Kamis, 03 April 2008

5 Harimau Muda

Perjalanan anak harimau menuju ibukota

Kita ikuti perjalanan Burhan terlebih dahulu, Masnan dan Burhan berangkat terlebih dahulu dibandingkan dengan Basri dan Saiful, pagi-pagi sekali mereka sudah siap untuk berangkat dengan dibekali makanan dan obat-obatan oleh Siti agar bisa digunakan selama dalam perjalanan panjang mereka.

Masnan datang ke nagari Batang Kapeh menggunakan kuda kesayangannya si Tunggul Item yang merupakan keturunan kuda yang hebat sekali anak dari kuda kesayangan raja yaitu kuda Petir Biru yang berasal dari negeri seberang, hadiah upeti dari saudagar negeri Tar-tar. Kuda yang sangat elok sekali dan mempunyai daya tahan tubuh yang hebat sekali bisa berlari terus menerus selama 2 hari tanpa makan dan minum dengan kecepatan yang tetap stabil.
Karena ingin cepat sampai di rumah, maka Masnan mengajak Burhan untuk naik kuda bersamanya. Burhan yang tidak pernah naik kuda sebelumnya, dalam hati merasa takut melihat kuda besar berbadan hitam pekat ini. Bagi dia, kuda ini terlihat tinggi dan besar sekali, tapi dia memang anak yang spesial sekali ketakutannya tidak diperlihatkannya di depan orang-orang dengan menggertakan giginya dia berusaha mengatasi rasa takutnya itu.

Ketika Masnan yang dari atas kuda mengulurkan tangannya kepada Burhan untuk mengangkat anak ini duduk di belakangnya, sempat Burhan ragu sejenak dan Masnan yang mengetahui ketakutan Burhan berusaha membujuk anak itu untuk tidak takut naik kuda ini. Dia tidak sempat mengajarkan kepada Burhan cara mendekatkan diri pada kuda ini, agar Burhan tidak takut lagi pada Tunggul Item.

Akhirnya siaplah berangkat mereka berdua, setelah berpamitan dengan yang lain, segera Masnan memacu kudanya ke arah Barat menuju Pagaruyuang. Selama di perjalanan Burhan memeluk pinggang Masnan erat-erat karena selain dia takut pada kuda tersebut, dia juga takut jatuh. Belum pernah seumur hidupnya naik kuda, selama ini dia hanya tahu naik gerobak yang ditarik kuda saja tapi benar-benar naik kuda ini merupakan pengalaman pertama baginya.

Pengalaman ini sangat tidak enak sekali, pantatnya sampai sakit duduk di atas kuda, dan punggungnya pegal sekali karena harus duduk tegak terus, tapi tidak pernah dimulutnya terdengar keluhan. Setelah setengah hari mereka berkuda, Masnan menghentikan kudanya untuk beristirahat, karena dia merasakan perut Burhan yang menempel di punggungnya berbunyi minta diisi, baru dia sadar dia tidak sendirian naik kuda tapi bersama seorang anak kecil yang tidak mempunyai daya tahan tubuh seperti dia. Dekat sebuah sungai, Masnan menghentikan kudanya untuk istirahat, dia membiarkan kudanya merumput dan minum air dari sungai tersebut, sementara itu Masnan membuka perbekalan untuk dimakan bersama Burhan. Sebenarnya Masnan sudah melihat wajah Burhan yang terlihat menahan sakit akibat menunggang kuda, tapi sengaja dia tidak menanyakan kepada anak itu karena dia melihat anak itu tidak mengeluarkan keluhan apapun atas penderitaannya. Dia jadi ingin menguji daya tahan ini sampai mana, Masnan tahu betapa sakit dan pegal-pegalnya semua urat di paha atas, punggung dan pantat anak itu belum ditambah teriknya matahari yang menyorot mereka, benar-benar penderitaan yang tidak mengenakkan sekali bagi seorang anak kecil seperti Burhan.

Setelah mereka memakan roti untuk mengganjal perut segera Masnan berdiri mengajak Burhan untuk melanjutkan perjalanan. Burhan yang belum pernah mengalami hal seperti ini, berusaha bangkit dari duduknya, langsung rasa sakit karena pegalnya menghajar paha dan pinggangnya, ingin dia berteriak tapi dengan keras hati dia mengunci rapat mulutnya. Dengan tertatih-tatih dia berjalan menghampiri Masnan yang sudah menunggu dia di dekat kuda mereka.

“Burhan, apa kamu kesakitan ?” tanya Masnan.

“Iya, paman.”sahut Burhan.

“Apa kita istirahat lagi sampai kamu memulihkan kondisi kamu?”

“Tidak perlu paman, aku masih bisa dan kuat untuk meneruskan perjalanan kita.”

“Kamu yakin?” tanya Masnan.

“Yakin, paman” dengan tegas Burhan menjawab pertanyaan Masnan.

Sebenarnya Masnan tidak tega melihat penderitaan Burhan, tapi dia tidak ingin mempunyai murid cengeng dan dia juga tahu Burhan merupakan seorang anak yang tidak suka dikasihani, dia akan berusaha sekuatnya sampai titik darah penghabisan baru dia minta tolong. Segera Masnan dan Burhan melanjutkan perjalanan mereka, kuda terus berlari cepat dan semakin lama semakin cepat sehingga Burhan hanya melihat kelabatan daun-daun di sepanjang jalan saking kencangnya kuda terebut berlari. Kesakitan dan pegal yang dirasakan oleh Burhan tambah lama tambah parah tapi tetap dia tidak mengeluhkannya sedikitpun. Bagi dia, ini adalah sebuah ujian hidup yang harus dilalui dan dia mengeraskan hatinya untuk bisa melalui semua ini. Lama kelamaan dia merasa mengantuk sekali, akhirnya dia tertidur di punggung Masnan, dengan tidak mengendorkan pegangan tangan kanannya pada pelana kuda, Masnan menggunakan tangan kirinya untuk memegang tangan Burhan agar dia tidak jatuh akibat goncangan dari lari kudanya.

Menjelang tengah malam sampailah Masnan di pinggiran sebuah desa, dia megurangi kecepatan kudanya agar tidak menganggu penduduk desa tersebut. Pelan-pelan dia menjalankan kudanya, baru dia masuk masuk wilayah desa tersebut, tiba-tiba dia mendengar suara keributan di ujung desa sebelah sana, terdengar teriakan dan jeritan yang menyayat hati. Segera dia memacu kudanya menuju arah suara keributan tersebut, sementara itu Burhan sudah terbangun dari lelapnya, seluruh badanya terasa remuk sekali tapi tidak keluar keluhan dari mulutnya. Dia juga mendengar jeritan yang mengiriskan hati, jantungnya berdebar-debar kencang, dia mempererat pelukannya pada pinggang Masnan.

Masnan mengetahui ketakutan Burhan, tapi dia ingin mendidik muridnya itu untuk melihat di lapangan secara langsung situasi apa yang sedang terjadi dan bagaimana mengatasinya. Mereka sudah mendekati tempat asal jeritan tadi, pemandangan di situ benar-benar mengejutkan hati Masnan, di lapangan luas itu dia melihat ada beberapa laki-laki kasar sedang memperkosa wanita-wanita kampung secara terbuka seperti binatang saja, dan para laki-lakinya sedang diikat di tiang dan sedang dilecuti. DI sudut kanan terlihat beberapa mayat bergelimpangan, keadaan ini sungguh mengerikan sekali dan yang terlebih menjijikan lagi hal ini disaksikan oleh 3 orang laki-laki yang berbentuk aneh sedang duduk di tengah-tengah kekacauan ini sambil menikmati santapan ayam panggangnya dan minum tuak. Mereka seolah-olah melihat sebuah pertunjukan yang memang disajikan untuk menambah selera makan mereka

Orang pertama yang dilihat Masnan dari ketiga orang ini, adalah yang sedang memegang paha ayam di tangan kiri dan di tangan kanan memegang dan meremas-remas kedua bukit seorang gadis, gadis itu sudah dalam kondisi menggenaskan sekali, rambut kusut masai, baju sudah sobek-sobek memperlihatkan bentuk tubuhnya yang memang aduhai, tapi pandangan mata gadis itu sudah kosong seperti orang mati walaupun dia belum mati. Dan orang yang memegangnya mempunyai bentuk wajah mengerikan penuh dengan codet dengan bibir yang tebal menjijikan dan mempunyai mata juling yang bergerak liar tidak menentu.
Sedangkan teman di sebelah kanannya telihat lebih mengerikan, hidungnya somplak sebagian, pipinya penuh dengan jerawat besar-besar dan bernanah yang dibiarkan oleh pemilik wajah tersebut meleleh membasahi mukanya. Benar-benar wajah yang memuakan sekali. Terakhir orang yang dilihat Masnan tidak memuakan dan mengerikan seperti kedua temannya, wajahnya biasa saja tapi sinar matanya kejam sekali dan senyumnya merindingkan bulu kuduk bagi yang melihatnya. Masnan menyesal membawa Burhan ke tempat itu, seharusnya dia meninggalkan bocah bersama kudanya di pinggiran desa sebelah sana, tapi karena keinginannya yang egois sehingga menyebabkan bocah yang masih kecil ini harus melihat pemandangan yang mengerikan seperti ini.

Ketiga orang yang sedang makan itu cepat menolehkan kepalanya melihat siapa yang sedang mendekati tempat bersenang-senang mereka. Mereka melihat seorang pria gagah bersama dengan seorang bocah mendekati tempat mereka dengan tenang. Mereka tertarik sekali melihat pria, bocah dan kuda yang datang mendekat tersebut dengan pandangan yang tajam, mereka saling pandang satu dengan yang lain dan tiba-tiba mereka tertawa terbahak-bahak yang menggema di seluruh tempat itu.

“Sakti, malam ini kau tidak lagi bakalan mengeluh karena kami dapat hiburan kesenangan sedangkan kau tidak, aku lihat kesukaanmu itu benar-benar pilihan tidak seperti bocah dusun tadi. Hahahahaa...” kata pria yang mempunyai hidung somplak itu kepada temannya.

“Belum tentu aku suka, karena aku belum lihat wajah dan bentuk tubuhnya dengan jelas.”kata pria yang bermata kejam tersebut dengan senyum-senyum.

Dalam hati dia senang sekali karena melihat calon mangsanya datang mendekat, dia yakin mangsanya kali ini jauh lebih baik dari tadi. Pria yang bernama Sakti ini mempunyai kelainan gila, sangat suka melakukan hubungan sex dengan bocah-bocah kecil baik itu laki-laki atau perempuan, tapi tidak sembarangan bocah juga, dia sangat pemilih dengan mangsanya, dia menyukai bocah yang berkulit bersih dan berbadan tegap serta berwajah bagus. Tadi dia sudah menyalurkan hasratnya kepada seorang bocah dusun, tapi anak tersebut tidak kuat menahan gelora gila Sakti, sehingga anak tersebut pingsan berkali-kali dan akhirnya mati dipukul kepalanya oleh Sakti yang kesal sekali melihat anak tersebut pingsan terus menerus, sedangkan dia menyukai sedang melakukan itu mangsanya harus menjerit-jerit kesakitan baru dia bisa mencapai kepuasannya. Benar-benar seorang sakit jiwanya (jaman sekarang disebut psikopat), dan terlebih menjijikan lagi dia suka melakukannya di depan teman dan anak buahnya seperti ingin memamerkan keperkasaannya.

“Dan kau, Epen, aku lihat kau sudah mengeluarkan liur dari bibirmu melihat kuda hitam yang bagus itu. Malam ini kita benar-benar menikmati kesenangan...hahahahaha..”kata pria yang sedang memegang gadis kepada pria yang hidungnya somplak itu.

“Benar sekali, sudah lama sekali aku menginginkan mempunyai kuda yang sangat bagus, ternyata malam ini ada orang yang berbaik hati mengantarkannya untukku. Menurutmu Pinyak, hadiah apa yang harus kuberikan kepada pria yang sudah baik hati mengantarkan kesenangan buat aku dan Sakti...hahahaha” kata Epen kepada teman-temannya itu.

“Menurutku, karena sudah lama sekali tidak pernah menguji coba ilmu terakhir kita, Pukulan Trisula Kalajengking Merah, bagaimana kalau kita hadiahkan dia pukulan tersebut. Dia merupakan tamu kehormatan kita untuk merasakan pukulan tersebut, bagaimana menurut kalian?”

“Wah ide yang bagus sekali, aku sudah tidak sabar lagi ingin mencicipi kesukaanku itu,”kata Sakti dengan mata berbinar-binar setelah dia melihat Burhan dengan lebih dekat lagi. Dia menyukai yang dia lihat, sungguh bocah yang membuat hasratnya terbangun dengan dahsyatnya.

Bocah itu mempunyai wajah yang begitu gagah dan bentuk badan segitiga terbalik yang sangat proposional sekali. Benar-benar bocah pilihan sekali, dia juga melihat anak ini mempunyai tulang dan darah yang bersih, dia sangat menyukai mangsanya kali ini jarang sekali dia melihat bocah seperti ini. Dulu dia pernah mendapatkan mangsa seperti bocah ini, dan dia puas sekali karena bocah itu bisa kuat menahan gelora hasrat birahinya berhari-hari sebelum akhirnya anak itu mati dibunuhnya. Apalagi anak ini seharusnya lebih hebat lagi, dia merasa tertantang melihat sinar tajam dari bocah itu ketika memandang dia dan teman-temannya walaupun mukanya pucat pasi melihat situasi di sekitanya, benar-benar menggairahkan untuk ditaklukan. Pikiran yang kotor dan menjijikan bermain-main di benaknya, kalau saja Burhan atau Masnan tahu apa yang ada di benak orang gila ini mereka akan menggidik ngeri dan jijik sekali.

Masnan yang mendengar pembicaraan mereka dan melihat keadaan ini menjadi sangat murka, dia tahu maksud hati orang yang bernama Sakti itu, dia mengincar Burhan untuk menjadi korban kepuasannya. Membayangkannya sungguh sangat menjijikan sekali, Masnan ingin sekali meremukan kepala mereka segera, tapi dia tahu diri dengan keadaan di sekitarnya apalagi dia harus melindungi Burhan. Dia pernah mendengar Pukulan Trisula Kalajengking Merah, pukulan ini dimiliki oleh pimpinan perkumpulan Kalajengking Merah yang dikenal di dunia persilatan dengan julukan 3 Iblis Darah Gila. Perkumpulan ini sudah lama sekali ingin dibasmi oleh pasukan kerajaan maupun orang-orang dari dunia persilatan tapi selalu saja mereka dapat meloloskan diri. Mereka merupakan perampok yang terkenal dengan kekejamannya, korban mereka selalu diperkosa dulu sebelum dibunuh baik itu wanita maupun anak kecil sedangkan laki-laki dewasa suka disiksa dengan racun mereka, Racun Kalajengking Merah.

Ilmu silat ketiga pimpinan perkumpulan ini sangat tinggi apalagi jika mereka menggabungkan diri membentuk barisan trisula, jarang orang yang bisa menandingi ilmu mereka. Oleh karena itu mereka sangat sombong sekali, seolah-olah tidak takut melakukan kekejaman di tempat umum. Sudah banyak korban mereka diantaranya ada keluarga bangsawan, keluarga pesilat kenamaan, dan orang-orang kaya daerah. Mereka pernah menyatroni Basri di rumahnya tapi kebetulan saat itu kedua mertua Basri sedang datang berkunjung sehingga mereka dapat dikalahkan walau akhirnya mereka dapat meloloskan diri dalam keadaan luka parah. Peristiwa itu membuat nama mereka hilang dari dunia persilatan, tapi sepertinya sekarang mereka mulai muncul kembali setelah hampir 5 tahun tidak kedengaran lagi namanya.

Kini Masnan harus menghadapi mereka seorang diri, dia merasa kuatir juga karena harus melindungi Burhan, tadi diam-diam dia sudah melepaskan panah ke angkasa untuk memanggil bantuan dari pasukan kerajaan. Dia berharap jika pasukan itu datang dia bisa meminta mereka melarikan Burhan sehingga dia bisa berkelahi dengan tenang tanpa memikirkan keselamatan Burhan lagi dan dia bisa menangkap dedengkot perkumpulan yang sudah mengganggu ketentraman masyarakat.

Burhan yang memang bocah polos dan selalu hidup sederhana, tidak pernah menyangka bahwa di luar lingkungannya ada hal-hal yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Dia melihat semua kejadian di tempat itu dengan bingung dan merasa aneh dengan semua tingkah laku orang-orang yang ada di sana. Matanya menatap tajam sekitarnya dan keningnya berkerut tanda tidak mengerti, tapi nalurinya mengatakan bahwa semua yang terjadi tersebut merupakan hal yang salah tidak sesuai dengan semua ajaran kebaikan yang dia terima selama ini. Ketika matanya beradu pandang dengan salah satu pria yang ada di dekat api unggun itu, dia merasa semua bulu kuduknya berdiri dan perasaan ngeri seakan menyelimuti dirinya, otomatis dia bergerak berlindung di belakang Masnan dengan memegang jubah panjangnya. Belum pernah sepanjang hidupnya Burhan merasakan kengerian seperti ini, dia merasa orang itu menatap dia seakan ingin menelannya terlihat jakun orang itu turun naik seakan setiap saat akan melahapnya.

Tapi walaupun begitu bocah inipun bukan bocah sembarangan, dia merupakan bocah pilihan untuk mengatasi sang angkara murka, wajahnya tetap tenang dan sinar matanya tetap tajam menatap semua yang terjadi. Di wajahnya tidak ada guratan takut, kuatir atau apapun, seolah tenang dan teduh saja, hanya Masnan yang tahu betapa ketakutannya anak ini, dia merasakan tubuh anak ini gemetar dan tangannya mencengkram erat jubahnya serta jantungnya berdebar keras di kakinya. Sempat Masnan menoleh untuk memberikan ketenangan pada anak ini, tapi begitu melihat wajahnya yang tenang tidak mencerminkan ketakutannya sama sekali, Masnan dibuat kagum sekali, inilah wajah yang akan bisa menipu orang di meja judi tanpa orang tahu dia sudah menipu. Dia melihat 3 orang yang ada di api unggun itu memancarkan sinar kekaguman yang sama dengannya ketika melihat wajah tenang Burhan.

Dalam hati ketiga orang itu langsung punya dugaan bocah ini pasti didikan orang hebat, dan pria yang bersamanya pasti juga orang hebat karena mereka melihat gerakan yang mantap dari pria itu dan wajah yang dingin memandang mereka dengan mata yang tajam memiriskan hati. Mereka tahu mereka berhadapan dengan orang yang berilmu tinggi juga, karena itu mereka harus hati-hati dan tidak boleh salah langkah, sekali salah nyawa taruhannya. Mereka sudah melihat nyawa mereka menjadi taruhan dalam penyelesaian mereka dengan pria gagah itu. Tapi mereka tidak takut selain ilmu mereka sudah meningkat secara personal dibandingkan dulu dan mereka juga menyempurnakan ilmu pukulan mereka dengan bimbingan guru baru mereka yang sangat mumpuni itu. Desa ini merupakan korban kedua setelah lama mereka menyembunyikan diri untuk menyembuhkan diri dan berlatih meningkatkan ilmu silat mereka.

Dendam mereka kepada suami isteri Pendekar dari Bukit Naga selalu membara, semua cacat yang ada di tubuh mereka merupakan hasil karya sepasang pendekar ini tapi mereka tahu mereka belum bisa menandingi pasangan pendekar itu bahkan dengan ilmu andalan mereka yang terbarupun masih belum mampu menandingi gabungan ilmu kedua pendekar itu. Oleh karenanya mereka harus mempunyai rencana yang matang agar bisa menghancurkan musuh mereka itu kalau perlu menggunakan cara licik supaya berhasil. Sebelum rencana itu terlaksana mereka ingin menguji coba ilmu mereka yang sudah disempurnakan, karena saat ini mereka bertemu dengan orang yang kelihatannya bisa menandingi mereka. Melihat cara pria gagah itu bergerak dan sinar matanya, kelihatan bahwa orang ini berisi pasti mempunyai tenaga dalam yang hebat karena bisa mengeluarkan sinar mata yang tajam jernih.

Sakti yang melihat bocah bersama pria gagah itu, merasa sangat baik sekali peruntungannya karena baru sekali ini dia melihat bocah pilihan yang jarang sekali bisa ditemui, berwajah gagah dan menyiratkan ketenangan, mempunyai sepasang mata yang bening teduh menghanyutkan setiap dia memandang mata bocah itu dia merasa dia ingin menenggelamkan diri ke dalam keteduhan mata bening itu. Hasratnya menjadi menggila setiap kali memandang wajah bocah itu belum lagi bentuk tubuhnya yang tegap gagah dengan dada bidang sungguh sebuah kombinasi yang nyaris sempurna yang dimiliki seorang bocah laki-laki, dia yakin jika bocah ini besar nanti pasti akan banyak sekali gadis-gadis jatuh hati padanya. Tapi hal ini tidak boleh terjadi hanya dia seorang yang boleh memiliki bocah sempurna ini, dia tidak akan membaginya dengan orang lain. Jika dia tidak dapat bocah ini maka tidak ada orang lain yang boleh memilikinya juga, dia sudah merencanakan jika mereka kalah nanti minimal bocah ini harus mati, dia cemburu dan iri membayangkan orang lain yang memiliki bocah ini. Sungguh pikiran orang gila dan sakit batinnya sampai bisa memikirkan hal seperti itu..

Epen yang sudah tergiur melihat kuda milik pria gagah itu langsung buka mulutnya,”Hai saudara, siapa awak (kamu) ini? Apakah datang ke sini ingin ikut berpesta bersama kami ? Hahahhaa..”

Masnan menahan kemarahannya, karena dia tahu jika emosinya naik maka dia tidak akan bisa tenang memikirkan situasi di sini, dengan suara lantang mencerminkan kegagahannya dia menyahut,” Namaku Masnan, dan ini muridku Burhan, aku tahu siapa kalian. Kalian merupakan pimpinan dari perkumpulan Kalajengking Merah yang bergelar Iblis Muka Setan, Iblis Mata Juling dan Iblis Gila Bocah.”

“Wah Pinyak, hebat dia bisa tahu siapa kita tapi dia kurang ajar mengatakan kau si mata juling..hahahaha” kata Epen, dia sengaja mengatakan seperti itu karena dia tahu temannya itu paling benci dibilang mata juling.

Benar saja pria yang bermata juling itu langsung naik darah mendengar Masnan memanggil dia juling, dia merasa matanya adalah keistimewaannya yang bisa melihat segala arah dalam waktu bersamaan sekarang dihina orang dengan kata juling, langsung saja dia membuang ayam dan gadis yang ada di pangkuannya, berdiri dan bersiap ingin menyerang Masnan, tapi untung keburu ditahan temannya yang bernama Sakti.

“Sabar dulu teman, kalau kau mau menghajar dia boleh saja tapi aku harus menyelamatkan dulu bocah kesayanganku itu supaya tidak kena hajaranmu. Dan lagian waktu kita masih panjang untuk mengerjai dia...hahahaha.. janganlah cepat kita mengotori tangan kita biar anak-anak saja yang menyelesaikannya,”kata Sakti dengan congkak, dia memang yang paling licik diantara mereka, dengan mengorbankan anak buah mereka dia bisa mengukur kekuatan lawannya terlebih dahulu sebelum dia turun tangan, kalaupun akhrinya dia turun tangan, lawannya sudah terkuras tenaga melawan anak buahnya itu.

“Anak-anak hayo siap-siap kalian untuk menghadapi mainan baru.”kata Sakti kepada anak buahnya. Begitu mendengar komando dari pimpinan mereka, segera mereka meninggalkan apapun yang sedang mereka kerjakan untuk siap-siap menyerang musuh. Di sini terlihat betapa hebatnya kepatuhan anak buah kepada para pimpinannya, padahal ada beberapa diantara mereka sedang melampiaskan nafsu binatangnya, biasanya tidak mudah untuk membuat orang yang sedang di puncak gairah menghentikan kegiatannya hanya berdasarkan perintah, tapi mereka melakukan hal itu dengan tertibnya bahkan sudah membentuk barisan walau ada beberapa diantara mereka tetap dalam kondisi memperbaiki pakaian mereka yang berantakan.

Mereka melakukan ini bukan karena mereka memang menghormati pimpinannya tapi karena takut, para pimpinan tidak segan-segan menyiksa mereka jika tidak mengikuti komando, pernah dulu ada teman mereka ada yang sedang keasyikan melampiaskan nafsunya tidak mendengar perintah pimpinannya, langsung saat itu juga dikebiri oleh pimpinan, tak tebayangkan kesakitan yang diderita teman mereka itu. Sejak saat itu tidak berani lagi mereka melanggar perintah dari pimpinan walau dalam keadaan yang tidak memungkinkan sekalipun. Pimpinan mereka memang kejam tapi juga royal, semua hasil rampok dibagi rata diantara mereka, bahkan tidak segan-segan memberikan hadiah besar kepada mereka jika memang pantas diberikan.

“Bagaimana pria gagah, hebat bukan anak buah kami? Dalam sekejab mereka siap untuk menyerang saudara, jadi lebih baik menyerah saja sebelum dagingmu dicincang oleh mereka. Kami akan memperlakukan saudara dan anak saudara sebaik mungkin sehingga anda tidak akan menyesal pernah hidup di dunia ini....hahahaha...”kata Sakti dengan pongahnya kepada Masnan.

Memang dalam hati Masnan ada kekaguman akan ketaatan anak buah dari perkumpulan Kalajengking Merah ini, tidak mudah untuk membuat orang bersiap dalam kondisi asyik masyuk seperti tadi. Dari sini dia dapat menganalisa betapa hebat dan kejamnya pada pimpinan itu sehingga bisa membuat anak buahnya dalam kondisi apapun mematuhi perintah tanpa banyak gerutu dan caci maki. Masnan semakin yakin dia dalam posisi sulit melihat keadaan seperti ini, tingkat kewaspadaan dan aliran tenaga dalam ke seluruh tubuhnya semakin meningkat seiring dia merasa akan bahaya yang mengintai Burhan setiap saat. Dia melihat orang yang bernama Sakti itu tidak melepaskan tatapan matanya kepada Burhan sedari mereka datang ke tempat ini, Masnan tahu orang seperti Sakti merupakan orang yang paling berbahaya diantara 2 pimpinan yang lain. Karena itu dia harus benar-benar kosentrasi menjaga segala kemungkinan yang terjadi, yang paling dia pikirkan adalah Burhan, kasihan anak ini kalau sampai jatuh ke tangan orang yang bernama Sakti tersebut.

Semua dalam keadaan membisu, belum ada yang berani bergerak karena takut akan kalah langkah, Masnan sudah berkeputusan akan melontarkan Burhan ke atas punggung si Tunggul untuk dibawa lari menghindar dan dia tidak mau gegabah salah mengambil langkah mengingat dia akan dikeroyok dan 3 pimpinan tersebut dalam keadaan menonton, dia tidak mau semua perhitungannya meleset sehingga semakin membahayakan Burhan. Hanya sekarang dia menunggu saat yang tepat agar bisa menyelamatkan Burhan sambil menunggu bala bantuan tiba. Panah yang dia lepaskan tadi merupakan panggilan khusus kepada para wakilnya untuk menemui dia secepat mungkin. Dia mempunyai 3 wakil yang berilmu tinggi juga dan masing-masing membawahi 3 kepala regu yang juga ilmunya setara dengan pimpinan perguruan silat tingkat menengah dan masing-masing regu mempunyai 30 orang anggota.

Dia memperkirakan orang yang ada di lapangan ini berkisar 50 orang perampok termasuk pimpinannya dan ada 20 orang penduduk desa yang dalam keadaan menggenaskan. Dia berharap para wakilnya mengerti tindakan apa yang harus dilakukan dengan terlepasnya panah khusus itu sehingga dia bisa menangkap juga para dedengkot perkumpulan ini.

Keadaan ini berlangsung cukup lama, ketiga pimpinan Kalajengking Merah ini sengaja belum ambil tindakan apapun karena mereka mau melihat mental lawannya apakah sekuat yang mereka perkirakan atau tidak. Jika lawan mereka merupakan lawan yang tangguh maka kondisi seperti ini tidak akan mempengaruhinya, tapi jika lawannya mental tempe maka dia akan bertindah gegabah tidak sabaran untuk memulai gerakan di saat itulah bisa terjadi salah langkah yang mengakibatkan kekalahan bagi pihak lawan. Tapi yang mereka hadapi adalah salah satu panglima kepercayaan dari sang raja, yang berarti bukan merupakan orang sembarangan yang gampang digertak atau dipermainkan dengan mudah. Setiap panglima mempunyai ciri khas masing-masing tapi mereka semua mempunyai kesamaan dalam tingkat kesabaran yang luar biasa sekali, mereka sudah didik untuk tetap tenang dan sabar dalam segala situasi sehingga mereka tidak pernah kalah dalam pertempuran apapun juga minimal seri.

Akhirnya malah pihak Kalajengking Merah yang tidak sabaran, Pinyak yang memang paling emosional diantara mereka sudah tidak sabar ingin melihat kehebatan pria gagah itu, dia merasa pria ini bisa dikalahkan dengan begitu banyak anak buahnya dan kedua temannya dibandingkan dengan pria itu sendiri belum lagi harus melindungi bocah yang ada di sampingnya. Berarti posisi pria itu tidak menguntungkan, tadi dia sudah marah sekali ketika pria itu menghina matanya. Sekarang kesabaran dia sudah menipis apalagi melihat pria itu memandang mereka dengan tenangnya tanpa ada perasaan takut dan ngeri di matanya. Langsung saja keluar perintah dari mulutnya untuk menyerang pria itu.

“Anak-anak, hayo serang pria itu dari empat penjuru, gunakan ilmu barisan Sengatan Kalajengking.”

Langsung anak buahnya bergerak dengan cepat membentuk 4 barisan kecil yang berbentuk kalajengking, ini tidak ada dalam perkiraan Masnan bahwa dia akan dikepung dari 4 penjuru dengan ilmu barisan yang sangat rapi sekali kerjanya, dia memandang sekelilingnya dan melihat ada 4 kelompok orang yang disusun sedemikian rupa sehingga membentuk kalajengking. Setiap kelompok terdiri dari 12 orang yang sudah siap dalam posisinya masing-masing, ada yang membentuk seperti capit kalajengking, ada yang di belakang 1 orang mendukung temannya membentuk setengah lingkaran seakan-akan menyerupai ekor kalajengking mengandung racun itu, dan memang terlihat di tangan orang yang di atas memegang tombak yang ujungnya berkilauan berwarna merah darah yang artinya sudah dilumuri dengan racun kalajengking merah. Mereka dalam posisi siap untuk menyerang hanya tinggal tunggu komando dari pimpinannya.

“Eh Pinyak, hati-hati dengan kuda yang bagus itu jangan pula kau suruh anak-anak sengat kuda kesayanganku itu. Kuhantam kepalamu nanti kalau terjadi sesuatu pada kuda cantik itu.” Kata Epen dengan kuatir.

“Iya Pinyak, kalau sampai bocah kecintaanku tergores sedikit saja kulitnya, akan kubikin lurus kedua biji matamu itu.”teriak Sakti dengan cemas.

“Kalian berdua ini maunya apa hah? Kalau kalian kuatir dengan barang kesayangan kalian, pikir saja sendiri bagaimana caranya menyelamatkan jangan aku yang kalian salahkan, kita ini sedang menghadapi musuh tangguh jadi tidak bisa menguatirkan apapun, bisa kalah kita nanti.” Kata Pinyak dengan gusar.

“Hmmm benar juga kau, Pinyak, baiklah Sakti hayo kita serang dulu pria itu kau ambil bocah itu dan aku menarik kudanya biar leluasa anak buah kita melawan dia. Eh pria gagah, supaya kau bisa melawan kami dengan tenang lebih baik kau serahkan kuda dan bocah itu kepada kami agar bisa dijaga dengan baik. Kau tidak usah kuatir kami pasti merawat mereka berdua dengan sebaik-baiknya.”kata Epen dengan tersenyum licik.

Masnan sudah tahu bahwa mereka tidak akan melepaskan kuda dan Burhan begitu saja, akhirnya dia mengambil keputusan untuk mendukung Burhan di punggungnya sementara si tunggul dibiarkan pergi karena kuda itu akan bisa lari dengan lebih cepat kalau tidak ada yang menunggangi dan dia tidak kuatir Burhan jatuh juga. Sgera dia menggamit tangan Burhan dan berbisik pada bocah itu.

“Burhan, keadaan gawat, paman akan menggendong kamu di punggung paman, tangan kamu harus memegang leher paman dengan kuat dan kaki kamu harus melingkari pinggang paman dengan erat supaya kamu tidak lepas, apapun yang terjadi kamu harus bertahan, jangan pernah lengah karena musuh kita sangat kejam sekali. Kamu bisa dan berani melakukan itu ?”tanya Masnan.

Burhan hanya menganggukkan kepalanya karena dia tidak sanggup mengeluarkan sepatah katapun dari mulutnya saking tegangnya, dan dia tahu jika ingin selamat dia harus melakukan apa yang diperintahkan, ini pengalaman pertama dan baru bagi dia di mana keselamatan dirinya terancam dan dia merasa tegang sekali ada perasaan takut tapi dia percaya pamannya tidak akan membiarkan dia celaka. Tanpa mengendorkan kewaspadaannya, Masnan mengulurkan tangan untuk mengangkat Burhan ke punggungnya dan Burhan melakukan semua yang diperintahkan, setelah merasakan posisi badan Burhan di belakangnya terasa mantap, Masnan kembali mengedarkan pandangan matanya ke sekelilingnya.

Burhan biarpun jantungnya berdebar keras, tetapi dia tetap bisa mengendalikan dirinya untuk tetap tenang menghadapi situasi genting seperti ini. Pikiran jernihnya bisa melihat bahwa pasukan lawan sudah mempersiapkan diri untuk menyerang, walaupun dia anak-anak tapi kecerdasannya di atas rata-rata, dia bisa melihat barisan yang ada di barat tidak sebaik 3 barisan lain. Lalu juga dia melihat barisan yang di utara pemegang tombaknya terlihat dalam posisi siap sekali dan mata orang itu berkilat tajam menandakan orang ini memiliki kekuatan di atas teman-temannya. Berarti barisan ini lebih tangguh dibandingkan barisan yang lain, Burhan menatap sekelilingnya dengan tenang sambil melihat-lihat keadaan.

Dia mengambil keputusan untuk membisikan kepada Masnan tentang apa yang dia lihat, dia ingin membantu agar mereka bedua bisa melewati keadaan yang genting ini dengan baik. Dengan berbisik-bisik di telinga Masnan, Burhan mengatakan temuannya, Masnan terkejut sekali dengan bisikan Burhan tidak dia sangka bocah ini bisa melihat keadaan dengan baik sekali walaupun Masnan dapat merasakan ketegangannya. Dia mengedarkan pandangannya ke barat dan melihat memang apa yang dikatakan Burhan benar adanya, tadi dia sudah melihat hal itu tapi tidak berpikir jauh tapi setelah mendapat bisikan dari Burhan apalagi dia melihat barisan Utara memang terkesan lebih tangguh dari barisan yang lain, dia jadi merubah siasat perangnya.

Burhan yang tadinya ditempatkan di belakang punggung sekarang dia rubah posisinya pindahkan ke depan badannya, ada dua hal dia melakukan hal ini pertama dia merasa barisan Utara kuat berarti berbahaya sekali kalau Burhan ada di punggungnya, kedua dengan Burhan pindah ke depan mungkin saja dia tidak terlalu leluasa bergerak tapi dia bisa minta bantuan Burhan untuk melihat keadaan di belakangnya, walaupun Burhan belum mempunyai mata tajam bisa melihat gerakan orang yang melebihi kecepatan orang biasa, tapi minimal anak itu bisa membantu dia melihat keadaan di belakang punggungnya.

Ketiga pimpinan Kalajengking Merah melihat kejadian yang berlangsung cepat yang dilakukan oleh lawan bersama bocah itu, mereka melihat bocah itu membisikan sesuatu di telinga pria tersebut dan tidak lama posisi bocah berubah menjadi ke depan. Mereka heran apa yang dibisikan oleh anak itu kepada lawan sehingga dia mengambil posisi yang berbeda, Sakti yang memang sudah mengincar anak itu merasa bahwa bocah kali ini merupakan anak yang sangat istimewa. Dia melihat ada ketenangan yang tidak wajar di mata anak itu, seakan mata itu bisa menghipnotis orang untuk menghentikan gerakannya, hanya dengan menatap matanya yang jernih dan teduh itu. Sakti sempat merasakan dirinya seakan tenggelam, ketika pandangan matanya beradu dengan pandangan mata anak itu, ada sesuatu yang berdesir di dadanya setiap melihat bocah itu, seakan ada perintah dalam hatinya untuk menjaga pemilik mata teduh itu. Makanya dia merasa kuatir mendengar perintah temannya untuk mengurung musuh menggunakan ilmu barisan mereka. Dia tahu ilmu barisan mereka merupakan ilmu barisan yang tangguh sekali hanya bisa dikalahkan dengan ilmu barisan dari Perguruan Dewa Kuda, sangat jarang ada pendekar yang bisa menghancurkan formasi mereka, kecuali pendekar tersebut benar-benar pendekar yang mumpuni.

Dia tahu lawan sekali ini sangat tangguh tapi tidak menutup kemungkinan setiap perkelahian pasti ada yang terluka, dia kuatir akan keadaan bocah yang dikaguminya itu. Sedangkan Epen, juga menguatirkan kuda incarannya, kuda itu terus menempel di dekat tuannya, dan dia melihat kuda itu juga dalam keadaan tenang walau dia bisa melihat kuda itu merasakan ketegangan yang ada di sekelilingnya tapi tetap saja kuda itu berdiri dengan kokoh dan gagah disamping tuannya. Benar-benar kuda yang hebat sekali, Epen semakin ingin memiliki kuda luar biasa ini, jika dia berhasil menaklukan kuda itu dia yakin kuda itu akan setia padanya seperti yang ditunjukan pada majikannya sekarang.

Pinyak sudah tidak sabar dengan keadaan ini, langsung mengeluarkan aba-aba,”Serang 2 siap 1 dan mundur 1.”

Bagi orang awam, mereka tidak mengerti arti perintah itu tapi bagi mereka yang diperintah sudah tahu apa yang akan dilakukan, segera barisan selatan dan timur menyerang ke arah Masnan bertiga, ketika Masnan mendengar teriakan aba-aba itu, segera dia menepuk tengkuk kudanya sebanyak 3 kali dan langsung kuda itu berbalik arah ke barat untuk berlari kencang ke arah barat. Sedangkan pasukan Barat yang sedang melakukan gerakan mundur tidak menyangka akan diserang oleh seekor kuda yang bergerak seperti angin besar menuju ke arah mereka, pasukan ini langsung kacau balau apalagi mereka juga mendengar teriakan pimpinan mereka yang tidak boleh melukai kuda itu. Kuda itu memperlihatkan keistimewaannya dengan mampu meloncati formasi 2 orang yang berdiri menumpuk menjadi ekor tersebut dengan indahnya sehingga mereka semua terpana menatap keindahan itu, tidak lama derap kuda itu menghilang di tengah kegelapan malam semakin lama semakin menjauh dan akhirnya tidak terdengar sama sekali, itu dilakukan dalam hitungan detik saja.

Masnan yang melihat kudanya menarik perhatian lawan segera menggunakan keadaan ini dengan sebaiknya, dia mengeluarkan 2 buah pil kecil dari pinggangnya untuk diberikan kepada Burhan dan dirinya untuk menelannya. Lalu dia juga mengeluarkan 2 butir benda bulat kira-kira sebesar gundu dan menyerahkan kepada Burhan untuk digenggam dalam kedua tangannya dengan pesan Burhan tidak boleh melemparkan kedua benda itu sampai dia merasa keadaan mereka sudah parah sekali dan tidak ada jalan keluar lagi. Sungguh tanggung jawab yang berat bagi seorang anak yang baru berusia 6 tahun, tapi kembali Burhan menunjukan keistimewaannya, dia tahu pasti apa yang harus dia lakukan dan mengambil keputusan untuk melakukannya sebaik mungkin. Sebenarnya Masnan juga ingin menguji bocah itu apakah dia memang seistimewa yang diperkirakan Masnan.

Untungnya tindakan mereka berdua tidak ada yang melihat karena semuanya sedang terpana menatap kehebatan kuda yang dimiliki lawan. Ketika sadar langsung Epen berkoar-koar memerintahkan untuk menangkap kuda itu kembali, anak buah mereka jadi bingung mau mengikuti perintah siapa, di tengah kebingungan tersebut dimanfaatkan oleh Masnan untuk bergerak cepat ke arah Selatan untuk mendobrak formasi yang ada di sana, mereka yang tidak menduga adanya serangan yang datang tiba-tiba gegalapan menerima serangan tersebut. Tapi ternyata itu serangan tipuan yang dilakukan oleh Masnan, karena begitu mereka bergerak menghindarkan diri, Masnan berlari cepat menjauhi lapangan tersebut, dia sengaja melakukan itu agar mereka mengikutinya dan meninggalkan penduduk yang dalam keadaan menggenaskan itu tanpa diganggu, karena dia kuatir benda yang diberikan kepada Burhan itu kalau dilontarkan ke tanah akan meledak dan melukai orang sedangkan penduduk itu tidak dalam keadaan bisa menolong diri mereka untuk menghindar dari daya ledakan itu. Jadi lebih baik dia menyingkir mencari daerah yang lebih lapang untuk menunggu mereka.

Melihat Masnan melarikan diri, segera ketiga pimpinan Kalajengking merah menyadari bahwa mereka telah ditipu mentah-mentah oleh pria itu. Segera mereka berlari memburu sambil berteriak-teriak memerintahkan anak buahnya untuk mengikuti mereka. Sakti yang tidak ingin kehilangan Burhan dengan cepat mengejar ke arah larinya Masnan, memang dian diantara mereka yang mempunyai ilmu peringan tubuh yang bagus, sehingga dia duluan sampai di tempat Masnan menunggu mereka. Dia tidak melihat Burhan, langsung dia mengedarkan pandangannya di sekitar tempat itu bahkan dia memandang pepohonan yang ada di sekitar mereka untuk memastikan di mana Masnan menyembunyikan bocah tersebut. Tetapi tetap saja dia tidak melihat bocah itu, hatinya berdebar keras sekali ketakutan kehilangan bocah yang sudah membetot hatinya itu.

“Eh pria gagah ke mana kau sembunyikan bocah tampan itu?” tanya dia dengan gusar kepada Masnan.

“Tidak perlu kau tahu ke mana dia, yang jelas dia sudah aman dari gangguan orang gilo kayak kau ini.”

“Hahaha... baiklah aku akan menangkap kau dulu dan menyiksamu sampai kau mengatakan di mana anak itu kau sembunyikan. Teman-teman, dia ada di sini.”teriak Sakti dengan nyaring sekali menggunakan ilmu suara jarak jauh. Segera saja tempat ini dipenuhi oleh teman-temannya, Pinyak langsung merepet mencaci maki karena dia harus membetulkan dulu baju dan celananya sebelum mengejar musuh yang lari cepat. Epen menyeringai buas karena tidak suka sampai dikerjai seperti tadi, musuh hampir saja lolos dan kuda incarannya sudah menghilang, dia ingin melampiaskan kekesalan hatinya pada pria gagah itu.

“Baiklah, kau memang orang hebat bisa menipu kami dengan caramu itu, tapi ini tidak berlaku untuk kedua kalinya, kali ini kau akan lumat seperti daging cincang karena sudah berani menipu kami. Hayo anak-anak cepat kalian siapkan barisan kalian, jika kalian berani lengah lagi seperti tadi kalian rasakan nanti akibatnya aku sendiri akan membuat kalian menyesal berani melanggar perintahku.”teriak Epen dengan garang.

Mendengar ancaman tersebut berlari-lari mereka mencari posisi mereka dan menyusun barisan seperti tadi dengan cepat, kembali Masnan melihat benar yang dikatakan Burhan bahwa barisan Barat paling lemah diantara semua barisan dan barisan Utara yang paling tangguh. Dia kagum sekali pada muridnya itu ternyata muridnya benar-benar mempunyai daya analisa yang tajam sekali, kelak dia bisa didik untuk menjadi ahli strategi yang hebat sekali bahkan dalam hati kecilnya Masnan tahu suatu saat nanti Burhan akan bisa melampauinya. Dan dia bisa berbangga diri bahwa anak yang hebat ini, dia ada ambil bagian dalam mendidiknya. Sekarang dia sudah siap menghadapi serangan mereka, Burhan sudah disembunyikannya di tempat yang aman, di mana mereka tidak akan pernah menduga di mana dia menyembunyikannya.

Dengan Masnan ditengah kepungan 4 barisan itu, terlihat ketiga pimpinannya menatap barisan tersebut dengan tenang karena mereka yakin sekali mampu mengalahkan orang ini. Karena Epen yang paling gusar dengan kejadian tadi maka komando ada di bawah kendalinya, kedua temannya tidak akan ikut campur karena mereka tidak mau membingungkan anak buahnya. Mereka bertiga masing-masing bisa memberikan komando kepada anak buahnya tapi tidak pernah sekaligus memerintahkan berbarengan. Bahkan jika mereka ikut bertempur mengeroyok lawan mereka, otomatis komando akan dipegang Sakti dan mereka semua tanpa terkecuali mematuhi apapun perintah dari Sakti, karena yang lain tahu Sakti yang paling cerdik dan licik diantara mereka, dia mampu membaca situasi dengan cepat sekali dan beberapa kali mereka berhasil lolos dari bahaya berkat kecerdikan Sakti. Dan sebenarnya diantara mereka, Saktilah yang paling berbakat, tapi dia memang orangnya tidak bisa dipegang buntutnya seperti seniman gila bertindak sesuai dengan angin mana yang menghembusi dia. Jadi mereka semua sepakat yang memimpin kelompok mereka diserahkan ke tangan Epen yang paling besar pengaruhnya terhadap anak buah mereka.

Dan barisan mereka sungguh dilatih dengan disiplin yang keras sekali, mereka bergerak sesuai dengan aba-aba yang diberikan, bahkan setiap hari tidak ada dilalui tanpa latihan yang keras dari pimpinan mereka, hanya saat-saat tertentu seperti sekarang ini saja mereka tidak berlatih. Tiap 1 bulan sekali mereka meliburkan diri dari latihan selama 1 minggu untuk bersenang-senang setelah itu mereka harus berlatih kembali, mereka telah melakukannya hampir 3 tahun belakangan ini, sehingga dapat dibayangkan kekompakan mereka dalam bekerjasama. Barisan mereka memang sangat terkenal di dunia persilatan bahkan didengung-dengungkan bisa menandingi barisan perguruan Dewa Kuda yang memang sudah mempunyai nama besar dalam ilmu barisan.

Epen dengan berkacak pinggang menatap tajam ke arah Masnan, dia sudah bertekat ingin melumatkan lawannya itu untuk melampiaskan kedongkolannya akibat kuda incarannya dibiarkan lolos oleh majikannya. Epen melirik kepada Pinyak dan Sakti, dia melihat kedua temannya menganggukan kepala tanda dia boleh mulai serangan mereka.

“Depan 1, dakek (dekat), 1 tunggu.”demikian teriakan perintah Epen kepada anak buahnya, segera membentuk formasi sesuai dengan perintah itu. Tiga barisan yaitu utara, selatan dan timur bergerak mematuhi perintah sedangkan barat tetap di tempatnya semula, barisan timur dan selatan bergerak saling berdiri berdekatan dan yang utara maju ke depan dari posisi semula, jadi sekarang posisi Masnan di depan barisan Utara dan membelakangi barisan Barat, sedangkan kedua barisan lain saling bersebelahan di belakang barisan Utara.

“Serang dengan Gelombang Sengatan Memecah Bumi.”teriak Epen, segera barisan utara menyerang ke arah Masnan dengan cepat sekali sambil bagian ekor yang memegang tombak mengayunkan tombaknya ke arah Masnan, disusul dengan kedua barisan di belakang bersiap untuk menggantikan posisi utara jika berhasil dipukul. Dua belas orang bergerak berbarengan meluruk ke arah Masnan yang sudah siap sedia. Terjadi benturan dan iringan teriakan kesakitan ketika benturan pertama terjadi diantara mereka, cepat sekali kedua barisan di belakang bergerak menutupi ruang langkah Masnan untuk menghindari serangan. Masnan merasakan bahwa tenaga dalam mereka semua masih di bawah dia, tapi yang dia salut sekali adalah kerapian gerakan mereka untuk saling menutupi kelemahan atau kekosongan akibat berhasil dipukul oleh Masnan.

Terdengar lagi teriakan Epen,”Kibasan Ekor Menyengat Bumi”, segera mereka bergerak lagi membentuk formasi baru untuk menghadapi Masnan, Barisan Barat yang tadinya diam saja mulai memasuki arena pertempuran. Sekarang Masnan dikeroyok 48 orang dengan 4 tombak beracun yang selalu mengincar dia kemanapun bergerak. Masnan tentu saja tidak membiarkan tombak itu mengenai tubuhnya segera dia melakukan serangan balik dengan ilmu andalannya Manyilang Tangan Bumi Tarangkek yang bermuatan tenaga dalam tiga perempat bagian, dia tidak mau keluarkan semua karena takutnya pemimpin mereka turun tangan dia tidak bisa melawan mereka. Itu saja dia sudah bisa mengimbangi formasi tersebut, melihat hal ini Epen tambah naik darah, dia memerintahkan lagi,” Terjangan Kaki Hantam Bumi” ini merupakan ilmu ketiga pada barisan kalajengking, berarti tinggal 2 gerakan lagi dalam formasi itu.

Keadaan ini berlangsung cukup alot dan dahsyat sekali, mereka yang jatuh bangun karena pukulan Masnan langsung bangkit kembali dan bergerak ke dalam formasinya untuk mengurung Masnan. Sungguh sebuah formasi yang sangat tangguh, mereka melakukannya dengan sungguh-sungguh mematuhi setiap perintah yang diberikan. Masnan melihat walaupun pimpinannya memberikan aba-aba formasinya tapi dalam formasi itu sendiri mereka mempunyai pimpinan barisan yang bergerak sesuai dengan instruksi dari tombak yang digerakkan oleh orang yang bertumpu pada bahu temannya atau bisa dikatakan sebagai ekor dari kalajengking. Masnan mulai merasa keadaan ini tidak menguntungkannya mereka sudah bertempur cukup lama, dan dia tahu 48 orang itu sudah pernah kena kepalan tangan dan kakinya tapi herannya mereka seakan tidak merasakannya. Dia mulai melihat sekelilingnya sambil tetap menghindari tusukan tombak beracun itu, ketika matanya terarah kepada orang yang bernama Pinyak, dia melihat mulut orang itu komat kamit dan matanya dalam posisi lurus menatap satu arah yaitu ke arahnya.

Masnan tidak tahu apa yang terjadi tapi dia melihat setiap ada yang jatuh tiba-tiba mereka bisa berdiri kembali dalam kondisi sepertinya tidak merasakan kesakitan akibat pukulan atau tamparan yang diberikan padahal jelas sekali kondisi mereka sudah babak belur tapi tetap saja mereka mampu bergerak seperti tidak ada apa-apa. Memang Masnan tidak mau membunuh mereka langsung selain dia tidak tega dia juga ingin menangkap mereka hidup-hidup agar bisa diadili sesuai hukum kerajaan. Ini bisa menjadi contoh bagi perampok lain untuk tidak berbuat seperti perkumpulan ini. Tapi ini hanya tinggal keinginan karena semakin lama formasi ini semakin berbahaya karena para anggotanya mulai bergerak nekat mendekati dan mengepung dia.

Epen yang melihat keadaan lawan sudah agak keteteran menjadi senang sehingga dia menjadi meningkatkan serangan untuk segera menyelesaikan pertarungan ini. Dia bersama teman-temannya juga menganggumi pria yang bernama Masnan ini, masih dalam keadaan tidak kekurangan sesuatu apapun padahal ilmu yang mereka lontarkan sudah mencapai tingkat ketiga. Kini dia melihat dia bisa melontarkan ilmu tingkat empat untuk semakin menekan lawan sehingga keadaan berbalik menjadi kemenangan di pihak dia.

Terdengar teriakan menggelegar dari mulut Epen,”Marapek(merapat) Badan Sejajar Bumi” ini adalah formasi yang paling berbahaya karena semua anggota barisan kembali mengepung Masnan dari 4 penjuru tapi dengan posisi kaki setengah ditekuk bahkan yang bergerak seperti capit, semua berjongkok dan orang yang bertumpu di badan temannyapun sudah turun ke belakang tombak tetap terentang di atas kepala. Tiba-tiba terdengar desingan tombak dari 4 penjuru menyerang Masnan, dan capit yang tadinya berjongkok begerak bersamaan meloncat ke depan menubruk kaki Masnan.

Dia diserbu dua arah dari bawah dan atas, jika dia mengelakkan tubrukan kaki meloncat ke atas sudah pasti tubuhnya menjadi sasaran empuk tombak, jika dia merunduk kakinya disamber dari bawah. Yang hebatnya lagi ke empat tombak berdesing ke arahnya tidak pada ketinggian yang sama, bahkan mereka berjenjang mulai dari setinggi si bawah pusar, setinggi perut, setinggi dada dan setinggi leher, semuanya susul menyusul dari 4 penjuru, jadi hanya orang2 yang benar-benar mempunyai ilmu peringan tubuh tingkat tinggi yang mau mengelak dari lontaran tombak itu. Dan dia tahu dia tidak punya ilmu seperti Kahar dalam hal ilmu peringan tubuh, tapi dia punya tenaga dalam yang kuat sekali yang bertumpu pada bumi, oleh karena itu dia memutuskan merundukan badannya dan memperkokoh kuda-kudanya mempersiapkan dirinya menggunakan ilmu Hempasan Angin Tabangkan Awan untuk menerima serangan dari bawah.

Jadi sebelum tombak itu mengenai tubuhnya segera dia mengayunkan tangannya ke arah bawah, terjadilah benturan yang hebat sekali dan terlihat orang yang berusaha menyambar kaki Masnan tadi terlempar semua ke belakang dengan wajah berlepotan darah karena tinjunya bersarang di wajah mereka dengan telak sekali, menimpa temannya di belakang yang sedang menunggu untuk membantu serangan mereka. Sedangkan tombak yang dilontarkan hanya sedikit sekali jaraknya dari punggung Masnan yang buru-buru merunduk menghindari serangan, diterima oleh masing-masing pemegang tombak, ini artinya tombak tersebut sudah bukan milik semula semua bertukar posisi sesuai dengan arah lontaran.

Benar-benar serangan yang berbahaya sekali, kini Masnan tahu kalau dia ingin segera menyelesaikan pertempuran ini dia harus secepatnya menyikirkan lawannya, yang berarti dia harus membunuh atau minimal melukai berat mereka. Segera dia merapal ilmu andalannya dalam tingkat yang lebih tinggi dari sebelumnya, dan bersiap menerima serangan berikut. Dan kembali dia melihat keanehan orang yang sudah kena hajaran dia dengan keras sekali, masih bisa berdiri dan membentuk formasi kembali, bahkan dia tidak melihat di wajah mereka rasa sakit akibat pukulannya itu. Dia memalingkan kepalanya ke arah pria yang bernama Pinyak itu dan dia melihat pria itu sedang komat kamit dan dari kepalanya keluar asap berkilauan keperakan dari ubun-ubunnya.

Langsung dia dapat menduga pria ini mempunyai ilmu hitam yang bisa menghipnotis orang untuk tidak merasakan kesakitan atau yang lebih dikenal di dunia persilatan dengan sebutan Ilmu Hitam Panarik (penarik) Sukma, ilmu ini sudah lama hilang dari dunia persilatan tapi kini bisa muncul lagi ini artinya dunia persilatan akan diguncang kembali dengan prahara. Tapi dia bisa melihat ilmu yang digunakan pria itu belum terlalu sempurna bahkan masih belum menyamai sang empunya ilmu ketika waktu dia kecil dulu melihat gurunya bersama para sahabatnya menghadapi Bandaro Rumbiah (sejenis daun yang digunakan untuk atap) seorang iblis yang mempunyai ilmu kebatinan aliran sesat tingkat tinggi. Dia mampu membuat orang yang setengah karat tetap melanjutkan pertempuran dengan tenaga yang sama seperti dia normal. Akhirnya Bandaro Rumbiah berhasil dibunuh, dan beredar kabar ilmu itu lenyap bersama meninggal sang pencipta ilmu itu. Tapi kini ilmu itu muncul kembali berarti ilmu jahat itu sudah ada perwarisnya, dia harus berhati-hati kalau ingin bisa selamat dari pertempuran yang mematikan ini.

Kembali dia diserang dari segala arah, pertempuran semakin lama semakin tidak beres, tenaga Masnan tambah lama tambah terkuras sedangkan musuh sepertinya tidak berhenti juga tenaganya tetap seperti semula. Dia melihat keadaannya benar-benar tidak menguntungkan, bala bantuan yang diharapkan tetap saja belum datang. Akhirnya dia mengambil keputusan untuk meningkatkan penggunaan tenaga dalamnya sampai tingkat tertinggi dan melontarkan puncak ilmunya Hampasan Angin Tabangkan Awan pada jurus terakhir. Dia mulai mempersiapkan dirinya, sedangkan Epen melihat bahwa lawannya akan mengerahkan ilmu mautnya kepada mereka, segera dia meningkatkan penggunaan ilmu barisannya ke tingkat kelima, teriaknya,”Kalajengking Merah keluar sarang!”

Dan semua barisannya tiba-tiba bergerak bergabung dan membentuk kalajengking besar dengan capit di kiri kanan, 4 orang yang memegang tombak memecahkan diri dua-dua orang membentuk capit, sedangkan di ekornya telah ada Sakti dengan tangan sudah memegang tombak pula berdiri di pundak kedua temannya Epen dan Pinyak. Mulut Pinyak masih dalam keadaan komat kamit, tapi tidak seperti tadi berdiri diam sekarang dalam posisi menahan tubuh Sakti yang akan bergerak menyerang seperti ekor kalajengking. Keadaan terasa semakin memanas, masing-masing pihak mengerahkan ilmu tertingginya untuk mengalahkan lawan. Keadaan ini sudah diperhitungkan oleh Masnan, hanya yang tidak pernah dia pikirkan adalah di jurus terakhir semua pimpinannya turun tangan sendiri.

Hal ini terjadi karena Sakti sudah melihat lawan sekali ini benar-benar hebat sekali sudah bertempur kurang lebih 2 jam tapi masih dalam kondisi tegar, kalo lawan lain sudah dari tadi kalah. Si licik ini bisa melihat walau mereka bergabung menjadi satu sesuai dengan ilmu mereka tetap saja mereka membutuhkan waktu yang lama untuk mengalahkan pria ini. Sedangkan dia merasa ada yang tidak wajar seakan-akan pria ini menunggu-menunggu sesuatu karena seharusnya dengan ilmu yang dia miliki dari tadi barisan mereka sudah hancur, bahkan mungkin sekarang mereka bertiga yang sedang bertempur dengan pria ini. Karena itu dia membisikan ke telinga teman-temannya dengan ilmu pengirim suara untuk segera menyudahi pertempuran ini, artinya mereka semua harus siap-siap terjun ke arena pertempuran dan membentuk formasi kalajengking besar.

Teman-temannya langsung menyetujui, karena mereka sendiri sudah mulai gemas dan kuatir seandainya mereka terbantai malam ini. Segera formasi besar itu mulai mengitari sekeliling Masnan dengan kecepatan pelan tapi sangat teratur dan rapi sekali. Keempat orang yang akan bertindak sebagai capit sudah mulai menghunuskan tombaknya ke arah Masnan dengan keadaan saling memunggungi satu dengan yang lain. Sedangkan Sakti sendiri sudah bersiap-siap untuk mengkomandoi pertempuran kali ini, dia sudah tidak sabar ingin segera mengetahui keberadaan bocah yang telah menawan hatinya itu.

“Serang kanan, mundur kiri.” Segera mereka melakukan perintahnya, dan Masnan yang menghadapi serangan capit kanan berusaha menangkis hujaman tombak ke arahnya, tapi baru dia mengangkat tangannya untuk menangkis capit, dari atas kepalanya sudah datang tombak yang dipegang Sakti yang menghujam ke kepalanya. Sungguh sebuah serangan yang ganas sekali kecepatan ekor jauh lebih menekan dari sebelumnya karena dilakukan oleh 3 pimpinan perkumpulan ini yang mempunyai ilmu dan tenaga dalam yang selisihnya tidak jauh dari Masnan.Gerakan Sakti yang ditopang oleh kedua kawannya sungguh hebat sekali, ekor itu bisa bergerak ke segala arah dengan tingkat kedinamisan yang tinggi sekali jauh dibandingkan dengan permainan anak buah mereka. Temannya bisa memegang kedua kaki Sakti dan mengayunkannya ke segala arah dengan tenaga dalam gabungan mereka bertiga sehingga menghasilkan tingkat serangan yang mematikan. Mulailah Masnan kewalahan dengan semua serangan ini, dia harus mengerahkan seluruh kemampuannya untuk bisa menahan serangan mereka.

Perlahan-lahan dia mulai keteteran dan harus mundur sampai jungkir balik menghindari serangan capit dan ekor barisan ini. Suatu saat tiba-tiba terdengar teriakan Sakti,”Kena kau,” dia melihat peluang untuk menghantam dada Masnan dengan tombak, padahal di saat itu Masnan sedang mencoba mengibaskan serangan dari kedua capit. Masnanpun berpikir kali ini kena dia akan tombak beracun itu, tapi emang Tuhan yang punya kuasa di saat genting itu tiba-tiba terdengar seperti suara deru ombak yang kencang sekali di telinga semua orang dan itu terasa menusuk-nusuk telinga mereka sehingga mengganggu kosentrasi mereka semua. Tapi Sakti memang hebat walau dia sempat sesaat kehilangan kosentrasi tapi dia tetap bisa melanjutkan serangannya, Masnan yang juga terpengaruh gelombang suara deru ombak itu semakin keteter dengan serangan dari Sakti. Untuk mengurangi kerusakan yang timbul akibat tusukan tombak didadanya itu dengan cepat dia menyilangkan tangannya ke dada untuk menahan tusukan tombak yang datang, dia rela kehilangan satu tangannya daripada mati tanpa perjuangan untuk hidup walau dia sudah mati langkah.

Ternyata Tuhan berkehendak lain, tombak yang mengarah ke dada Masnan, tiba-tiba hancur seperti debu dihantam oleh sebentuk kepalan tinju yang tidak jelas datangnya dari mana. Sakti yang memegang tombak itu sampai terlempar jauh bersama kedua teman yang memegang kakinya itu, getaran tinju yang sarat dengan tenaga dalam itu benar-benar menggetarkan dada mereka semua, sehingga mereka muntah darah menahan getaran tenaga dalam itu. Tapi mereka masih belum terluka dalam, mereka melihat keadaan yang sangat tidak menguntungkan tersebut buru-buru mereka melarikan diri meninggalkan semua anak buahnya untuk menahan kejaran orang hebat itu. Para anak buah melihat pimpinannya lari, semua ikutan berlari mengejar pimpinannya, dalam sekejab terdengar derap kaki orang yang berlarian semakin lama semakin menjauh. Masnan bergerak hendak mengejar mereka, tapi tiba-tiba di telinganya terdengar suara, “Sudah jangan dikejar lagi, kamu harus mengobati luka di tanganmu yang tergores tombak beracun itu.”

Kaget Masnan mendengar hal itu, dia tidak sadar bahwa ternyata tangannya sempat tergores oleh ujung tombak, dan dia melihat tangan kanannya disekitar goresan berubah berwarna merah menghitam dan dia merasakan aliran darahanya mulai membaca racun tersebut, buru-buru dia menotok tangannya untuk menghentikan aliran darahnya, tapi belum sempat dia melakukannya dia merasa tangannya seperti ada angin yang menggores lebih besar lukanya, segera saja darah hitam keluar dari luka yang menganga di tangannya itu mengalir dengan derasnya seakan-akan ada yang mengurutnya untuk keluar, memang dia merasakan ada tekanan udara pada lengan itu. Dia kaget sekali ada orang yang demikian hebatnya bisa melukai tangannya hanya dengan angin kibasan tangannya dan menekan urat di lengannya dari jarak jauh. Segera Masnan menegakkan kepalanya untuk melihat siapa gerangan yang membantunya itu, tidak terlihat orang sejauh matanya memandang kegelapan malam ini. Matanya yang sudah terlatih untuk melihat kegelapan tidak mampu melihat di mana orang itu tepatnya berdiri. Tidak lama pengobatan itu selesai, terdengar suara,”Hmmm racun di tubuhmu sudah aku keluarkan, buka mulutmu makan obat penawar ini,” terdengar desingan angin cepat sekali mengarah ke mulut Masnan.

“Kau balutlah lukamu segera dengan bubuk ini,”kembali terdengar desingan angin ke arahnya, dia sudah berusaha melihat darimana datangnya angin itu tetapi tetap dia tidak bisa melihatnya. Cepat dia menyambut bungkusan kecil yang dilemparkan kepadanya itu, dan membuka bungkusan serta menaruh bubuk itu di sepanjang luka goresannya itu, anehnya langsung lukanya mengering dan tidak lama kulitnya langsung menutup, yang terlihat hanya sebuah goresan panjang di tangannya seperti orang terluka akibat goresan kertas. Sungguh obat yang mujarab sekali dan dia ingin berterima kasih kepada penolongnya,”Tuan, terima kasih atas pertolongan tuan, budi besar ini akan saya bayar kelak, siapakah gerangan tuan.”

“Aku tidak butuh balas budinya, hanya pesanku lain kali berhati-hatilah, jangan gegabah membawa anak kecil ke medan pertempuran seperti ini.” Kata suara itu.

Masnan menyadari kesalahannya seharusnya dia tidak membawa Burhan ke tempat orang-orang jahat itu berkumpul, dia seharusnya meninggalkan anak itu di pinggiran hutan bersama kudanya sementara dia menyelesaikan pekerjaannya. Inilah kecerobohannya akibat rasa ego ingin mempunyai murid yang hebat melebihi teman-temannya, padahal dia sudah tahu bahwa muridnya tidak kalah istimewanya dibandingkan murid temannya. Sadarlah dia bahwa selama ini walau sedikit ada perasaan penasaran ingin mempunyai kelebihan yang bisa dibanggakan dari teman-temannya seperti Kahar yang mempunyai ilmu silat lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang lain. Dengan cepat dia memohon maaf kepada sang Pencipta agar dia diberi kelapangan hati dengan segala kelebihan dan kekurangannya.

Sesaat dia sudah tidak merasakan lagi kehadiran orang itu, tapi sempat dia terpikir olehnya darimana orang itu tahu dia bersama seorang anak di medan pertempuran ini. Tapi mengingat betapa hebatnya orang ini, dia yakin orang itu berkat tenaga dalamnya yang tinggi mempunyai pendengaran yang sangat peka sehingga bisa membedakan tarikan nafas orang dewasa dengan anak kecil. Dia sudah menyembunyikan Burhan dengan lihai sekali bahkan tadi lawan-lawannya saja sampai tidak tahu ke mana dia menyembunyikan anak itu. Mengingat Burhan, buru-buru dia berjalan ke arah pohon paling besar di situ dan mendorong pohon itu ke arah samping sedikit lalu dengan berjongkok memasukan kepalanya ke dalam lubang kecil yang ada di bawah akar pohon itu.

“Burhan, kamu mendengarkan paman?” lama tidak ada jawaban terdengar, mulailah Masnan cemas kalau terjadi sesuatu pada anak itu, karena tadi saking terburu-buru dikejar musuh begitu melihat tempat persembunyian yang bagus ini dia langsung saja memasukan Burhan ke dalam lubang kecil ini. Lubang inipun ditemukan tidak sengaja, saat dia sedang memandang sekeliling melihat di mana dia akan menyembunyikan Burhan, tiba-tiba Burhan memandang ke arah pohon tersebut, dia merasa ada yang aneh pada pohon itu kenapa pohon ini bisa berdiri condong ke arah kiri dan akarnya sampai keluar sebagian di permukaan tanah.

“Paman, lihat pohon itu aneh sekali.”

Masnan yang lagi bingung hendak menyembunyikan Burhan sempat jengkel mendengar pertanyaan Burhan, tapi dia tetap saja ingin melihat pohon aneh yang dikatakan Burhan itu, dengan maksud ingin mengomeli anak itu dalam keadaan genting masih melihat hal yang aneh. Tapi saat dia melihat pohon itu dia juga merasakan keanehan pada pohon itu, cepat dia bergerak ke arah pohon itu dan melihat-lihat di sekitarnya ternyata di samping belakang pohon itu ada lubang sebesar anak kecil yang bisa dimasukin oleh anak-anak. Pas saat dia hendak memeriksa lebih lanjut tiba-tiba dia mendengar desiran angin tanda lawan sudah dekat buru-buru dia menggapai tangan Burhan untuk menyembunyikannya di dalam lubang itu.

“Burhan, musuh sudah datang, paman tidak ingin kau celaka, maka paman akan sembunyikan kau di lubang ini, apa kau takut masuk ke dalam lubang ini?” Masnan sudah berpikir jika anak ini tidak mau, dia akan melindungi anak ini sampai titik darah penghabisan.

“Tidak paman, aku percaya orang baik pasti dilindungi Tuhan.” Sahut anak ini dengan gagah berani.

“Baiklah, paman masukan kau ke lubang ini dan menutupinya dengan daun, kamu tunggu di sini sampai keadaan aman baru kau keluar atau kau tunggu sampai paman memanggilmu. Kamu mengerti?”

“Mengerti paman.”

“Kamu memang anak yang berani, paman bangga menjadi gurumu, sekarang paman masukan kamu ke dalam lubang ini.”

Tidak lama Masnan menutup lubang tempat persembunyian Burhan, Sakti hadir di depannya, seperti yang telah diceritakan terdahulu.

Sekarang Masnan sedang kebingungan karena dia sudah memanggil-manggil Burhan tetapi tetap saja tidak ada sahutan, dan tanah tempat Burhan berpijak tadi sudah amblas ke dalam, dia kuatir sekali kalau terjadi apa-apa pada Burhan bagaimana pertanggungjawaban dia kepada teman-temannya dan keluarga Burhan. Kecemasannya semakin meningkat karena sudah sekian lama dia memanggil anak itu tetap tidak ada sahutan, lubang itu terlalu kecil bagi tubuhnya untuk dimasuki, karena cemasnya dia menggali lubang itu untuk diperbesar, tapi baru sebentar dia menggali tiba-tiba telinganya menangkap erangan suara anak-anak di bawah sana.

“Burhan... Burhan... kamukah itu?” teriak Masnan ke arah lubang itu.

Kembali terdengar erangan kesakitan dari dalam sana, Masnan semakin panik tambah cepat dia menggali tanah di sekitar pohon itu.

Terdengar suara lemah,”Paman, tolong aku.”

“Kamu di mana Burhan? Paman pasti menolong kamu, tunggu sebentar paman mencarikan tali buat menolong kamu.” Masnan melihat tidak memungkinkan baginya untuk menggali tanah itu, dia kuatir malah pohon itu akan ambruk menggetarkan tanah sehingga lubang persembunyian Burhan bisa tertutup selamanya.

Oleh karena itu dia langsung berdiri, dan memasukan jarinya di mulut dan bersiul nyaring sekali dengan ditambah tenaga dalamnya saking mencemaskan keadaan Burhan, dia memanggil kudanya karena di pelananya ada tali panjang yang disimpannya untuk keadaan-keadaan darurat seperti ini. Tidak lama terdengar derap langkah yang cepat sekali menuju ke arahnya, sepertinya tidak terlihat apa-apa hanya derap dan deru angin saja mengiringi kedatangan kuda hebat itu, mungkin karena kuda itu berbadan hitam pekat seperti malam sehingga saat dia bergerak dia hampir menyatu dengan pekatnya malam.

Ketika kuda itu sudah mendekati Masnan, dia mengurangi kecepatan larinya dan berhenti pas di samping Masnan.

“Kuda pintar, kau memang hebat dan kebanggaanku.”kata Masnan sambil menepuk-nepuk lehernya, kuda itu seakan mengerti dan mengangguk-anggukan kepalanya.

Masnan mengambil tali yang ada di pelana dan mengulurkan ke lubang itu, sambil berseru,”Burhan, paman menurunkan tali ke bawah, kamu peganglan tali itu, paman akan menarikmu ke atas.”

Lama Masnan tidak mendengar apapun di bawah sana, tali yang diulurkan oleh Masnan sudah 5 tombak panjangnya baru terasa menyentuh dasar, berarti Burhan jatuh dari ketinggian yang bisa membuat patah kakinya. Memikirkan ini Masnan tambah cemas lagi, kembali dia memanggil-manggil Burhan.

Tiba-tiba talinya terasa bergerak ada yang berusaha meraihnya, “Burhan, cepat raih tali itu, nak, paman akan menarik kamu ke atas, pegang talinya erat-erat jangan dilepaskan apapun yang terjadi.”

Masnan merasakan talinya seperti diganduli benda berat dan tertarik ke bawah sedikit sesuai dengan berat benda yang ada di bawah itu. Pelan-pelan Masnan menarik beban itu ke atas, semakin lama semakin cepat tarikannya karena dia ingin segera melihat keadaan Burhan, hampir mendekati permukaan tanah dia sudah melihat memang Burhan yang memegang tali itu erat-erat, wajah dan bajunya sudah berlumuran tanah. Buru-buru Masnan menariknya dan melepaskan tali, memegang tubuh Burhan yang melemas. Masnan menghapuskan noda tanah yang ada di wajah Burhan, tiba-tiba dia terpekik kaget karena wajah Burhan seperti terbungkus semacam cairan lilin yang tebal berwarna bening sehingga masih bisa melihat wajah Burhan di bawahnya, dan hanya mata, serta semua lubang di wajahnya saja yang tidak tertutup cairan yang membeku itu.

Belum hilang kaget Masnan, tiba-tiba di sampingnya telah berdiri seorang tua yang gagah sekali memandang wajah Burhan.

“Hmmm.”katanya, suara itu mirip sekali dengan suara orang yang menolong dia. Tangan orang tua itu bergerak di sekujur tubuh Burhan sambil terus menggumam tidak jelas, semakin dia memeriksa semakin berseri wajah orang tua itu.

“Anak yang hebat dan beruntung. Mempunyai susunan tulang yang sempurna dan susunan syaraf otak yang luar biasa serta ketahanan tubuh yang hebat, benar-benar kombinasi yang nyaris tanpa cacat.”kata kakek itu dengan senang,

“Siapa nama anak ini?”tanya kakek pada Masnan.

“Burhan, tuan, dan siapakah tuan, apakah tuan yang menolong saya tadi?”

“Kamu jangan panggil aku tuan, panggil saja pak Gaek (Tua). Apakah ini muridmu?”

“Benar sekali pak Gaek,” dalam hati Masnan heran kenapa orang ini bisa tahu Burhan adalah muridnya bukan anaknya.

“Pasti kau bertanya dalam hati kenapa aku tahu dia bukan anakmu, itu dikarenakan struktur tulangnya jauh lebih bagus darimu dan bentuk wajahnya tidak ada sedikitpun yang mirip denganmu,”kata orang tua itu dengan tersenyum geli.

Masnan semakin yakin bahwa orang tua yang senang dipanggil pak Gaek ini pastilah tokoh persilatan ternama yang sudah menghilang dari dunia persilatan. Dia berusaha mengalihkan pembicaraan karena dia kuatir wajah Burhan yang ditutupi oleh cairan bening itu.

“Pak, tahukah anda cairan apa yang membeku di wajah muridku ini?”

“Aku tahu, anak ini benar-benar beruntung sekali, kau pernah mendengar nama binatang Kadal Baangin (berangin)?”

“Pernah, dulu sekali diceritakan oleh guruku. Jangan katakan muridku mendapat semburan ludah dari kadal itu?”tanya Masnan was-was, karena dia pernah mendengar cerita bahwa kadal ini mempunyai kelebihan dan kekurangan, dagingnya sangat lezat sekali untuk dimakan, barang siapa yang pernah memakan dagingnya maka suhu tubuhnya akan bisa menyesuaikan diri pada lingkungannya, jadi suhu tubuh orang itu akan tetap stabil di udara dingin maupun di udara panas sekalipun. Hanya ludah kadal ini tidak baik bagi sembarangan orang, bisa menyebabkan kematian yang menggenaskan, tapi jika orang sudah pernah memakan dagingnya maka ludah ini tidak berpengaruh apapun bahkan bisa membuat bagian tubuh manapun kena semburannya, akan bisa menyembuhkan lukanya sendiri misalnya kalau orang itu kena goresan tombak seperti Masnan tadi maka luka yang menganga di kulit itu akan mengering dan menutup sendiri tanpa perlu bantuan obat-obatan apapun juga serta tidak meninggalkan jejak pada kulitnya.

“Apapun yang diceritakan oleh gurumu, itu benar adanya, anak ini sungguh beruntung sekali.”

Tiba-tiba Burhan membuka matanya dan saat dia membuka matanya dia langsung menatap wajah pak tua itu, dan orang tua itu langsung kaget menerima tatapan bening dan teduh dari Burhan.

“Hahahaha... Tuhan, Kau sungguh baik mengabulkan permohonan hambaMu yang rendah ini. Di usia yang semakin larut ini Kau berikan aku sebuah hadiah yang bagus sekali yang tidak berani aku meminta lebih,”kata kakek itu dengan berlinang air mata tapi mulutnya tetap tersenyum.

Masnan dan Burhan yang baru sadar itu terkejut melihat kakek itu tertawa dengan gembiranya sampai berlinangan air matanya. Mereka heran apa yang dikatakan oleh orang tua itu, terlebih lagi Burhan yang baru sadar dia masih kebingungan memandang sekitarnya.

“Paman, di manakah kita ini? Dan kenapa mukaku terasa tebal?” tanya dia kebingungan. Tangannya sudah terangkat hendak memegang wajahnya, tapi buru-buru orang tua itu menarik tangannya.

“Jangan kau pegang wajahmu dulu, besok siang baru boleh dibersihkan, karena cairan itu belum membeku sepenuhnya di wajahmu, jadi khasiatnya belum sempurna.”

Burhan memandang orang tua itu dengan bingung, matanya tajam menatap seakan ingin mengerti apa yang barusan dikatakan oleh orang itu.

“Anak yang baik, kau memang seorang anak yang beruntung sekali, aku melihat di tubuhmu sudah ada mengendap khasiat dari kadal yang kau makan dan juga aku merasakan aliran darahmu sangat baik sekali bahkan ada beberapa bagian jalan darahmu terbuka dengan sendirinya tanpa perlu latihan tenaga dalam untuk membukanya, ibaratnya tubuhmu sudah seperti wadah terbuka lebar yang menunggu diisi dengan tenaga dalam agar bisa membangkitkan tenaga murnimu. Boleh aku tahu selain kau makan kadal, apakah kau ada makan yang lain?”

Burhan yang berada di pangkuan Masnan masih dalam keadaan bingung berusaha menjawab pertanyaan orang tua itu,”Tadi waktu aku masuk ke dalam lubang bersembunyi, aku mendengar suara pertempuran tapi lama kelamaan aku merasa lapar sekali dan tubuhku mulai terasa sakit semua, aku tidak tahu harus bagaimana, jadi aku berjongkok di dalam lubang itu, pas tanganku meraba tanah, aku merasa tanah yang aku pegang berbeda dengan tanah biasanya, tanah ini sangat halus dan lembut sekali, tapi itu hanya ada di dinding kanan aku sedangkan dinding kiri tetap seperti tanah biasa.

Karena bosan, aku mengorek-ngorek tanah lembut itu untuk dibuat mainan, belum lama aku bermain, terdengar getaran keras yang menghantam tanah dekat tempat aku bersembunyi, dan tanah tempat aku berpijak ambruk dengan cepatnya, aku sudah tidak bisa berteriak minta tolong karena aku sendiri kaget dan berusaha menggapai di dinding supaya tidak jatuh semakin dalam. Tapi aku tidak dapat memegang apapun, aku jatuh di tanah yang empuk sekali walaupun begitu aku merasakan kakiku sangat sakit sekali. Lalu aku memandang sekeliling aku dan melihat banyak jamur yang aneh bentuknya mengeluarkan bau menyengat hidung, aku melihat semut-semut memakan jamur itu, aku pikir pasti jamur ini tidak beracun karena semut saja makan jamur ini. Aku memetik beberapa buah dan memakannya, memang baunya tidak enak tapi waktu sampai di mulut terasa enak sekali, jadi karena lapar aku memakan hampir semua jamur yang tumbuh di sekeliling aku.

Sedang aku asyik makan tiba-tiba keluar kadal yang juga ingin makan jamur yang sedang kucoba petik, dia menggigit tanganku karena kesakitan aku bales gigit dia dan dia melepaskan gigitan di tanganku dan menyemburkan ludahnya ke wajah dan leherku. Karena jijik dan kesal, ludahnya meleleh di wajah dan tubuhku, aku kembali menggigit kadal itu dengan kencang sekali, ternyata darah dan dagingnya terasa sangat manis, saking kelaparannya aku memakan binatang itu, aku sudah meminta maaf padanya karena memakan dia,”kata Burhan dengan air mata berlinang dan wajah yang merasa bersalah karena sudah bertindak kejam memakan kadal itu.

Burhan tidak pernah melakukan perbuatan seperti tadi, memakan mentah-mentah kadal yang menggigit tangannya itu, dia merasa dia sudah menjadi orang yang sama dengan penjahat tadi, makanya dia merasa sedih sekali.

Buru-buru Masnan menghiburnya,”Burhan, kamu melakukan itu karena ingin menyelamatkan dirimu, jadi apa yang telah kamu lakukan tidak salah.”

“Tapi paman jika seandainya aku tidak berebutan jamur dengan kadal itu pasti aku tidak akan memakan kadal itu,”bantah Burhan.
Kakek tua yang mendengar percakapan mereka tersenyum geli sekali, dia tahu anak yang ingin dia jadikan murid ini merupakan seorang anak yang baik dan tulus hatinya serta mempunyai prinsip. Benar-benar sesuai harapan dia selama ini, memang dia sudah memiliki 2 orang murid, mereka mengharumkan namanya di dunia persilatan tapi tidak ada yang mempunyai bakat seistimewa dan seberuntung anak ini. Dia ingin mengambil murid terakhir sebelum dia pergi dari dunia ini, ilmu terakhirnya harus ada pewarisnya, kedua murid pertamanya tidak bisa menguasai ilmunya, walau dia sudah melatih mereka dalam 2 tahun terakhir ini tapi tetap saja kemajuan mereka sangatlah lamban sekali.

Dia ingin ilmu terakhirnya ini dimiliki oleh orang yang berhati tulus dan tidak serakah, dan anak ini sangat mencocoki keinginannya itu. Mendengar guru dan murid ini masih berbantahan, dia merasa perlu menengahi.

“Anak yang baik, apa yang dikatakan gurumu benar adanya, jangan pernah menyesal apapun yang telah kau lakukan karena itu tidak menyelesaikan kesulitanmu, yang harus kau lakukan adalah berjalanlah terus ke depan dan perbaikilah semua kesalahan yang telah kau lakukan sebelumnya, agar jalan berikutnya bisa sesuai dengan hati nuranimu.”

Sungguh sebuah filsafat hidup yang sederhana sekali tapi mengandung arti yang begitu luas. Anak seusia Burhan mana mengerti dengan pernyataan dari kakek itu, tapi sungguh aneh sekali ternyata dia mengerti, karena memang anak ini mempunyai kecerdasan di atas rata-rata anak biasa dan suka menganalisa sesuatu makanya dia bisa mengerti apa yang dikatakan kakek itu walau tidak semua tapi minimal dia paham sedikit.

“Terima kasih kakek yang baik atas nasihatnya.”

Burhan berusaha bangkit berdiri dari pangkuan Masnan, tapi ternyata dia tidak mampu melakukannya, kakinya terasa lemas sekali. Masnan membantu dia berdiri, tapi karena kakinya lemas sekali akhirnya Masnan menggendongnya.

“Burhan, sekarang juga kita lanjutkan perjalanan kita, mudah-mudahan di jalan kita bertemu dengan pasukan kerajaan yang bisa bantu kita menolong penduduk desa itu.”

“Pak Gaek, kami pamit dulu karena perjalanan kami masih jauh, terima kasih atas pertolongannya,”kata Masnan sambil membungkuk hormat, dia tidak bisa merangkap tangannya karena menggendong Burhan.

“Orang muda, kamu akan mendidik anak ini?”

“Iya, ini amanat yang aku terima dari kakek guru kami.”

“Amanat, maksudmu?”

Masnan mempercayai orang tua itu, dan menceritakan secara ringkas tentang mimpi aneh Bumi, sahabatnya itu. Saat mendengar dedengkot persilatan akan ikut mendidik 5 orang anak itu dia terkejut bahkan ketika gelarnya disebut juga dia lebih kaget lagi. Jadi benar memang anak ini berjodoh dengannya, semesta sudah mengatur pertemuan ini sedemikian rupa sehingga dia juga berminat mengambil anak ini sebagai muridnya tanpa menyadari Tuhan sudah merancang buatnya.

“Hahaha... sekali lagi terima kasih Tuhan, telah Kau kirimkan anak ini untuk menjadi muridku.”

“Oya siapa namamu orang muda?”

“Nama saya Masnan, pak Gaek, dan siapakah nama bapak?”

“Apakah engkau, Masnan yang Panglima Kerajaan itu?”

“Benar sekali pak.”

“Bagus...bagus... kamu akan bisa meletakkan dasar yang baik untuk calon muridku ini.”

“Maksud bapak?”tanya Masnan kebingungan.

“5 tahun lagi aku akan menjemput anak ini untuk kudidik di kediamanku, jagalah dia baik-baik, pas siang hari nanti kau basuhlah tubuhnya di sungai yang ada di dekat sini tidak jauh dari desa sebelah Utara tempat ini. Khasiat jamur dan kadal itu pasti berguna sekali baginya, sayang aku tidak tahu nama jamur yang disebutnya tadi.”

“Selamat tinggal, sampai ketemu 5 tahun lagi.” Seiring dengan ucapan tersebut orang tua itu menghilang dari pandangan mereka. Masnan yang tahu dia berhadapan dengan orang yang hebat, penasaran ingin tahu siapa gerangan orang tua yang berwajah tirus penuh ketenangan itu.

“Pak gaek, siapakah gerangan bapak, bolehkah aku mengenal nama anda?”

Terdengar suara mengalunkan sebuah syair ,”Hai sang rembulan ke manakah kau sembunyi, aku akan mengejarmu dengan tanganku membelah lautan mencari tempat persembunyianmu di sebuah pulau.”

Mendengar syair itu Masnan tersentak kaget, itu merupakan syair yang sering disebut gurunya sebagai tanda ciri khas seorang dedengkot persilatan yang ternama jauh di atas jaman gurunya, beliau dikenal dengan nama Pandeka Tinju Lautan yang bersemayam di Pulau Bulan (dekat P. Batam sekarang). Tokoh sakti ini sudah lama menghilang dari dunia persilatan hampir 40 tahun tidak terdengar kabar beritanya, hanya anak muridnya saja yang dikenal orang karena mereka memang bergerak di dunia persilatan menunaikan tugas yang diberikan gurunya untuk membantu orang.

Kini dia melihat sendiri tokoh yang nyaris menjadi legenda itu, kalau tidak salah gurunya mengatakan bahwa dia mengundurkan diri di usia 52 tahun, jadi kalau dihitung sekarang seharusnya kakek itu berusia sekitar 90 tahun, tapi kenapa wajahnya masih terlihat lebih muda. Benar yang dikatakan dalam mimpi Bumi, bahwa salah satu dedengkot dunia persilatan akan mengambil muridnya sebagai pewaris, dia merasa bangga sekali diberi kesempatan untuk memberikan dasar-dasar silat pada muridnya. Ini artinya dia harus kerja keras agar tidak memalukan namanya di depan tokoh ini, dia berjanji akan mendidik Burhan dengan sebaiknya.

Segera dia berjalan menuju kudanya, dan naik ke punggung kuda serta mengarahkan kudanya menuju arah yang ditunjuk kakek sakti itu. Tidak lama dia berjalan, dia menemui anggota pasukannya yang sedang mencarinya, dan dia meminta mereka untuk pergi ke desa yang diserang perampok agar bisa membantu penduduk desa itu. Dua orang wakilnya dengan cepat memenuhi perintahnya dan seorang wakilnya mendampingi dia dalam perjalanan pulang ke ibukota.

Setelah melakukan apa yang diperintahkan oleh kakek sakti itu untuk memandikan Burhan tepat jam 12 siang di tengah sungai dekat desa, dia melihat wajah dan tubuh Burhan berubah menjadi lebih bersih dan sehat dari sebelumnya, semua kotoran yang melekat tubuhnya bersih bersama dengan terkelupasnya cairan yang membeku itu. Wajahnya terlihat lebih bersinar dan matanya terlihat lebih jernih dari biasanya, semua orang yang melihat anak ini melihat sebuah wajah yang gagah rupawan dan mempunyai aura yang kuat sekali serta keagungan yang hanya dimiliki oleh keluarga kerajaan saja. Sepintas orang akan menyangka Burhan merupakan anak dari seorang pangeran atau raja muda atau masih keluarga dekat kerajaan. Karena wajahnya sangat aristokrat sekali kelihatannya, dan ketenangan wajah ditambah dengan keteduhan pandangan matanya melengkapi seluruh nilai tambah yang ada di dirinya.

Masnan dan wakilnya melihat Burhan, seakan melihat seorang putra raja yang dalam pakaian sederhana, mereka mengagumi anak kecil ini, timbulah perasaan tenang dan damai setiap kali melihat wajah anak ini. Segera saja mereka jatuh sayang pada anak kecil ini, ada perasaan ingin melindunginya.

Jarak tempat mereka beristirahat dengan ibukota sudah dekat, Masnan mengajak wakilnya dan Burhan untuk secepatnya melanjutkan perjalanan. Burhan walaupun masih merasa uratnya sakit naik kuda, tapi perlahan-lahan dia sudah dapat irama menunggang kuda dengan baik.

Mereka melanjutkan perjalanan menuju ibukota, sesampai di rumah Masnan, sang wakil berpamitan untuk pulang ke rumahnya karena mereka sampai sudah menjelang malam. Mereka disambut oleh isteri dan anak Masnan, oleh Masnan, Burhan diperkenalkan sebagai muridnya. Burhan sesuai dengan ajaran sopan santun yang dia terima langsung mengambil tangan isteri Masnan dan menciumnya sambil memperkenalkan dirinya. Isteri Masnan yang bernama Risma langsung jatuh sayang pada anak gagah rupawan yang sopan ini, dia senang sekali ternyata murid suaminya sangat mengenal sopan santun walau dibesarkan di sebuah nagari. Sedangkan Hasnah, anak Masnan, merasakan mendapatkan teman bermain dan saudara, dia senang sekali dengan hadiah yang dibawa ayahnya kali ini.

Sejak hari itu Burhan tinggal bersama keluarga Masnan untuk menerima didikan dari sang paman agar bisa menjadi pandeka hebat yang akan mengalahkan sang kegelapan dan memusnahkan sang angkara murka.
Demikianlah perjalanan Burhan menuju tempat dia melaksanakan pendidikan dasarnya, bagaimana dengan Syaiful, pengalaman apa yang diterimanya ? Apakah berbeda dengan Burhan ?

bersambung
Diposkan oleh sieklie at 00:42 | Permanent Link | Komentar (0) |
Jumat, Januari 11, 2008
PART II

Seperti yang diceritakan sebelumnya selesai mereka makan siang, mereka berkumpul di ruang tengah untuk membicarakan bantuan yang diharapkan oleh wali Bumi pada penduduknya..


“Persoalan apa Wali Bumi, katakanlah pada kami siapa tahu kami bisa membantu!” kata Jintan.


“Yah Wali Bumi, bantuan seperti apa yang bapak harapkan dari kami mengingat teman-teman bapak orang-orang yang hebat yang sudah pasti lebih mampu menolong bapak dibandingkan kami.” Mamak Burhan angkat bicara.


“Jangan berkata begitu, memang teman-temanku ini hebat-hebat tapi justru merekalah yang menyusahkan aku karena itu butuh bantuan kalian.”kata Bumi sambil menghela nafas dan melihat sekeliling.


Mendengar hal ini para orang tua dan wali kaget sekali, bantuan seperti apa yang bisa mereka berikan jika orang hebat yang menyusahkan wali mereka.

“Pak Wali, tolong segera katakan bantuan seperti apa yang bisa kami berikan? Jangan buat kami penasaran.”kata Mamak Burhan.


Bumi melihat bahwa yang semuanya penasaran kecuali orang tua Saiful yang acuh tak acuh mendengarkan pembicaraan ini, mereka sepertinya ingin segera angkat kaki dari rumah Bumi, apalagi mereka melihat cara Basri memandang mereka membuat mereka tambah gerah. Memang wajah Basri tersenyum tapi senyumnya sangat sinis sekali dan sorotan matanya dingin menatap mereka, sungguh suatu pemandangan wajah yang mendirikan bulu roma bila setiap kali mereka memandang ke arah Basri. Bumi memaklumi perasaan Basri yang sangat menyukai anak-anak itu, apalagi dia sudah jatuh sayang pada Saiful semakin dia benci kepada kedua orang itu. Bumi merasa sebaiknya segera membicarakan keinginan mereka mengingat suasana hati Basri ini.


“Baiklah aku akan langsung katakan kepada kalian, kesusahan apa yang ditimbulkan oleh teman-temanku ini, seperti yang kalian tahu teman-temanku ini juga merupakan tokoh persilatan ternama di ranah Minang ini. Mereka sedang mencari murid untuk menurunkan ilmu silat mereka yang mumpuni ini. Kebetulan mereka menyukai anak-anak kalian dan berniat menurunkan ilmu mereka kepada anak kalian,” sengaja Bumi berhenti bicara agar para orang tua meresapi perkataannya.

Terlihat di wajah mereka kegembiraan karena anak mereka dipilih orang-orang seperti teman-teman wali yang hebat itu untuk dijadikan murid. Masing-masing dengan pemikiran sendiri bahwa kelak anak-anak mereka akan sehebat gurunya. Semua manggut-manggutkan kepalanya, dalam hati mereka merasa ini masalah kecil, mereka pasti setuju menjadikan anak mereka murid dari orang-orang hebat ini. Tapi mereka juga melihat di balik penjelasan dari wali Bumi ada hal lain yang belum diungkapkan, ini yang membuat mereka agak was-was.


“Bagaimana, apa kalian setuju anak kalian menjadi murid orang-orang hebat ini ?” Tanya Bumi.

Hampir semua mengangguk kepalanya tanda setuju, yang tidak memberikan reaksi hanya orang tua Saiful yang diam membisu saja, karena memang mereka tidak perduli akan nasib anak mereka. Bumi dan teman-temannya juga melihat hal ini, terlihat Basri saling melemparkan pandangan matanya dengan Bumi. Dalam hati Basri benar-benar kuatir jika mereka tidak setuju dia menjadikan Saiful muridnya.


“Jadi kalian setuju kan , anak-anak kalian menjadi murid teman-temanku ini?”Bumi memastikan.

“Benar bapak wali saya setuju anak saya mendapat guru seperti beliau-beliau ini.”kata Jintan.

“Saya tidak keberatan pak wali tapi siapa yang akan jadi guru anak saya, apa semuanya?”Tanya Lastri.

“Tidak semua menjadi guru anak kalian, temanku sudah memilih yang mana menjadi murid mereka. Seperti Masnan ini, beliau sudah memilih Burhan untuk menjadi muridnya.”kata Bumi sambil menoleh ke arah mamak Burhan seolah minta persetujuan.


Mamak Burhan yang memang seorang pencinta nagarinya sangat menyukai Masnan yang seorang perwira kerajaan, dia sangat senang kemenakannya didik oleh seorang perwira hebat seperti Masnan, malahan diam-diam dia ingin mengajukan permohonan kepada Masnan agar anaknya juga didik oleh perwira ini. Siapa tahu anaknya bisa hebat seperti perwira ini, walaupun dia sayang juga kepada Burhan tapi bila dibandingkan dengan anak sendiri tentu beda kadar sayangnya.

“Wali Bumi, kami setuju Burhan menjadi murid dari Panglima Masnan.”sengaja dia menyebutkan pangkat Masnan agar terdengar keren.


“Terima kasih Datuak mengijinkan saya menjadi guru bagi kemenakan anda, mudah-mudahan saya tidak mengecewakan harapan Datuak.” Sahut Masnan.


Sementara itu anak-anak yang tadinya asyik bermain dan mengobrol di sudut ruangan besar itu, mulai terlihat menegakkan badannya dan berjalan ke arah orang tua mereka yang sedang berbicara itu. Terutama Aswin penasaran sekali karena tadi dia mendengar paman Masnannya mengangkat Burhan jadi muridnya, dia ingin tahu paman yang lain memilih temannya yang mana untuk dijadikan murid.


Terdengar suara Bumi,”Dan Kahar ini memilih Bastian untuk menjadi muridnya, bagaimana Lastri apa kamu keberatan?”

Mendengar hal ini Lastri menjadi senang dan bahagia sekali, tidak pernah dia membayangkan bahwa Kahar akan memilih anaknya menjadi murid. Tadi saja dia sudah kuatir anaknya akan menjadi murid dari yang lain walau dia senang juga anaknya didik oleh orang hebat tapi kalau boleh jujur dia lebih memilih Kahar untuk menjadi gurunya. Segera dia menyetujui hal ini, dalam hati dia bahagia sekali, merasa jodohnya dengan Kahar diberikan kesempatan kedua oleh Yang Maha Kuasa. Seperti orang mabuk dia tersenyum-senyum sendiri membayangkan bagaimana mereka menjadi suami isteri nantinya. Dia tidak sadar bahwa ada yang memperhatikan dirinya yang sedang bahagia itu, mata jeli nan indah sudah memandang wajah temannya sejak mendengar Kahar menjadi guru anaknya jadi dia tahu perubahan yang terjadi di mata dan wajah temannya itu. Hatinya berdesir melihat semua ini, walaupun dia merasa Kahar hanya memperhatikan dirinya tapi dia tidak pernah tahu bagaimana kelanjutannya nanti seperti dulu siapa sangka akhirnya mereka berpisah juga.


Lastri seorang wanita yang ceria, periang dan mudah bergaul dengan siapa saja seperti Rohaya, wanita yang pernah sangat dekat dengan Kahar dulu, sedangkan dia seorang gadis pemalu dan pendiam, tidak pandai mengambil hati seorang laki-lakipun. Akankah tali asmara mereka yang terjalin dulu akan bisa menyambung kembali, atau malah semakin menjauhkan mereka? Siti tidak mau memikirkan lebih lanjut, dia hanya berpikir kalau memang nanti Kahar lebih bahagia bersama Lastri, dia akan merelakannya, karena bagi dia mencintai itu artinya tidak harus saling memiliki, yang terpenting ingin melihat orang yang dicintai bahagia selalu. Hal ini pernah dilakukannya dulu ketika Kahar lebih memilih Rohaya daripada dirinya, walaupun dia sangat terluka, tapi tidak pernah di wajahnya tampil kesedihan, selalu tersenyum melihat Kahar dan Rohaya saling bermesraan di depan matanya seolah-olah hal itu tidak melukai hatinya.


Kahar sempat melihat perubahan di mata Siti, dia melihat sekilas ada sinar kesedihan yang memancar dari mata yang indah itu, tapi belum sempat dia memastikannya sinar itu sudah lenyap berganti dengan sinar yang lembut dan penuh kasih karena Siti melihat Aswin datang mendekatinya. Ingin sekali Kahar juga menerima tatapan seperti itu, selama beberapa hari ini sinar mata Siti memang lembut menatapnya tapi hanya sebatas itu saja tidak seperti tatapan dia kepada Aswin, sinar matanya memancar dengan penuh kasih yang mendalam bahkan cendrung seperti memuja bocah nakal itu. Dia bertekat dalam hati dalam beberapa hari ini dia akan melakukan pendekatan kembali pada Siti, apapun resiko akan ditempuh seumpama harus berlutut memohon maaf dari Siti akan dilakukannya, dia sudah tidak mau melakukan kesalahan seperti dulu yang berakhir dengan kepahitan, dia kehilangan wanita yang paling dicintainya. Kini sekian tahun telah berlalu, dia tidak akan mengulang lagi kesalahan dan kebodohan yang sama, bagaimanapun caranya, dia akan berusaha menjadikan Siti miliknya dan tidak akan dia lepaskan lagi.


Sementara Kahar sibuk dengan gejolak hatinya, Bumi kembali melanjutkan pembicaraannya,”Dan Karim, aku telah memutuskan untuk menjadikan dia murid utamaku bersama puteraku.”


Orang tua Karim kelihatan gembira tapi kalau menuruti hati, mereka lebih ingin Karim menjadi murid Basri karena bisa diajarkan ilmu dagang juga, siapa tahu nanti Karim bisa melanjutkan usaha mereka lebih baik lagi.

“Dan terakhir untuk Saiful telah dipilih oleh Basri menjadi muridnya. Bagaimana dengan kalian, bapak dan ibu Saiful?” Tanya Bumi sambil menatap kedua orang itu.


“Kami terserah anaknya saja, jika dia mau kami tidak bisa melarangnya,” kata ibu Saiful dengan acuh tak acuh, karena dia sudah tidak tahan lama-lama dipandangi dengan tatapan yang dingin dari semua tamu wali nagari.


“Saya lihat semuanya sudah memahami maksud hati teman-temanku ini, dan aku senang kalian bisa menerima mereka akan menjadi guru anak-anak kalian. Tapi ada sedikit hal yang perlu didiskusikan dengan kalian terutama dengan orang tua Saiful dan Mamak Burhan. Seperti yang kalian ketahui Masnan dan Basri punya kesibukan dan keluarga yang tidak berada di sini. Mereka merencanakan akan pulang dalam waktu dekat ini, ini artinya mereka juga akan mengajak murid-murid mereka ke tempat tinggal mereka. Sedangkan Kahar karena dia seorang bujangan dan suka berkelana untuk sementara waktu akan tinggal di rumahku sampai dia mulai ingin berkelana lagi.”


Begitu mendengar hal ini langsung Mamak Burhan menyatakan ketidaksetujuannya, karena dia merasa bertanggung jawab kepada kemenakannya ini, kalau Burhan jauh dari sisinya dia tidak bisa lagi memantau perkembangan Burhan. Lastri senang mendengar Kahar akan menetap di sini, dia melihat kesempatan dia terbuka lebar untuk mendekati Kahar, sedangkan Kahar yang mendengar perkataan Bumi, kaget sekaligus senang karena secara tidak langsung Bumi mau mengatakan bahwa Kahar boleh tinggal di rumahnya sementara waktu, dia tidak akan membuang kesempatan emas ini secara percuma, jadi dia tidak komentar apa-apa mengenai hal ini. Yang paling terkejut sebenarnya adalah Siti, hatinya berdetak cepat membayangkan dia akan serumah dengan orang yang dicintainya itu. Entah apa yang akan terjadi dengan hubungan ketiga orang ini, kita lihat saja perkembangannya.


Bapak Saiful juga tadinya hendak protes tapi belum sempat dia buka suara, terdengar bisikan di telinganya,”Jika kau tidak setuju anakmu pergi, maka aku akan membuat kau menyesal telah pernah muncul di hadapanku. Tapi kalau kau setuju aku akan memberikan sejumlah uang emas untuk kau gunakan membeli rumah dan peralatan rumah yang lebih baik dari sekarang serta bisa kau gunakan untuk usaha.”


Segera dia menoleh ke arah Basri, dia menjadi bingung karena dia tidak melihat Basri buka mulut untuk bicara padanya bahkan terlihat sedang berusaha ajak bicara anaknya dan sepertinya yang lain tidak mendengarkan apa yang dibisikan ke telinganya. Dia melihat anaknya diam menatap Basri tapi dia tidak melihat sinar takut di mata anaknya seperti jika anaknya menatap dia dan isterinya. Dia tahu sebenarnya isterinya juga suka menyiksa anak mereka, dan dia tidak bisa berbuat apa-apa karena takut sang isteri akan meninggalkannya. Akhirnya karena memedam semua perasaan yang melukai hatinya membuat dia suka mabuk-mabukan sesudahnya melampiaskan semua luka hatinya pada orang di sekitarnya termasuk anaknya.


Kini dia merasa mendapat jalan menyingkirkan anak yang dibenci isterinya itu sekaligus dia mendapat uang banyak sehingga dia berharap isterinya menjadi lebih baik padanya dia. Dia berencana akan meminta uang sebanyak-banyaknya pada saudagar kaya itu dan pergi dari sini untuk tinggal di pusat kerajaan, dia tidak memperdulikan anaknya karena dia yakin saudagar itu akan bisa menjaga anaknya lebih baik lagi dan siapa tahu kalau anaknya besar nanti bisa jadi kaya raya serta memberi dia kelimpahan pada saat tuanya. Pikiran-pikiran egois ini bermain di benaknya, dan semakin memantapkannya untuk membiarkan anaknya ikut saudagar ini kalau perlu tidak usah kembali lagi.


Bumi melihat yang hanya protes Mamaknya Burhan sedangkan orang tua Saiful diam saja bahkan kelihatan bapaknya wajahnya seperti senang mendengar anaknya akan pergi meninggalkannya. Bumi menjadi muak sekali memikirkan kedua orang tua ini, jika dia yang jadi orang tua Saiful tidak akan pernah dalam kamusnya merelakan anaknya pergi dengan orang asing walaupun orang itu dapat dipercaya tapi tetap saja dia akan memaksa ikut kalau anaknya dia bawa pergi. Ternyata hal ini tidak saja dirasakan oleh Bumi, bahkan teman-temannya yang lain melihat juga hal ini, semua berpikir buruk terhadap orang tua Saiful. Dan yang paling mengiriskan hati adalah Saiful juga menyadari hal ini karena ketika Bumi mengatakan dia akan dibawa oleh paman yang murah senyum itu pulang ke kampungnya, orang tuanya tidak memberikan reaksi seperti yang dilakukan oleh mamak Burhan. Ini sangat memedihkan hatinya, dia merasa tidak berarti bagi keluarganya dan ini melukai dia dengan teramat sangat, malah timbul ketakutan dalam dirinya seandainya dia pergi apa nanti orangtuanya akan melupakannya?


Perasaan ini menghantuinya dan membuat dia tidak ingin pergi, seketika dia menarik diri dari dekat Basri dan beringsut mendekati orangtuanya. Basri yang merasakan hal ini menjadi bingung kenapa anak ini tiba-tiba menjauhkan diri darinya setelah mendengar ucapan Bumi, apakah orang tuanya melarang dia secara diam-diam tanpa sepengetahuannya? Tapi rasanya tadi dia melihat orang tua Saiful sudah setuju untuk membiarkan anaknya ikut dengan Basri, apalagi setelah diiming-iming akan diberikan uang emas. Basri menjadi cemas dan kuatir anak itu tidak mau ikut dengannya, tadi dia sempat melihat di pergelangan anak itu ada bekas ikatan tali yang kuat, sebelumnya dia tidak melihat karena tertutup baju tangan panjang anak itu, kebetulan ketika anak itu sedang mengangkat tangannya membenahi rambutnya dia melihatnya. Hatinya terkoyak merasakan penderitaan Saiful, dia yakin di badan anak itu pasti ditemukan lebih banyak bekas luka akibat penganiayaan orang tuanya. Dia bertekat bagaimanapun caranya dia akan membawa anak ini pergi menjauhi kedua orang tua sadis itu.


Ibu Saiful juga melihat anaknya menjauhi Basri, dia yang sudah mendengar bisikan suaminya tentang uang emas yang akan diberikan kepada mereka jika mengijinkan saudagar itu membawa anak mereka, mengerutkan keningnya. Dia sudah membayangkan akan bersenang-senang dengan uang emas itu, membeli baju-baju sutera seperti yang diimpikannya, alat-alat percantik diri, rumah yang bagus tidak seperti sekarang ini seperti kubangan kerbau kalau hari hujan karena masih berlantai tanah. Dia akan memaksa anaknya pergi dengan saudagar kaya itu, kalau perlu memakai kekerasan agar anaknya mau pergi, dia tidak rela uang emas yang hampir ada di genggaman tangannya lepas begitu saja. Dia sudah muak menjadi orang miskin terus ditambah lagi mempunyai suami yang begitu dibencinya membuat hidupnya terasa seperti di neraka, sekarang pintu surga terlihat sudah terbuka untuknya mana mungkin dia akan melepaskan begitu saja.


Sementara itu mamak Burhan masih berargumentasi dengan Bumi dan Masnan mengenai kepergiaan Burhan mengikuti Masnan, sebenarnya mamak Burhan keberatan karena dia ingin Masnan mengajari anaknya juga. Jika Masnan akan membawa Burhan pergi, ini artinya anaknya tidak akan bisa menjadi murid Masnan karena isterinya pasti tidak mengijinkan anak bungsu mereka yang baru berusia 3 tahun ikut Burhan berguru pada Masnan. Dia berharap dengan dia keberatan seperti ini Masnan akan mau mengajar Burhan di Batang Kapeh bagaimanapun caranya, karena Masnan sendiri yang meminta Burhan menjadi muridnya, ini artinya Masnan yang membutuhkan Burhan jadi pasti Masnan akan mengalah demi kepentingannya. Tapi dia salah memperkirakan hal ini, Masnan tidak bisa melakukan seperti yang dia minta karena dia harus segera balik ke markasnya, cutinya sudah hampir habis. Jadi jika memang Burhan tidak bisa ikut karena mamaknya tidak setuju, dia tidak bisa berbuat apa-apa, paling nanti dia pikirkan caranya bagaimana agar tetap dia bisa menjalankan amanat dari sesepuh itu, jadi dia tidak memaksa terlalu jauh.


Melihat Masnan tidak memaksa hendak membawa Burhan, dan sepertinya tidak menjadi masalah Burhan tidak ikut mamak Burhan menjadi bertanya-tanya dalam hati apa bukan dia yang kelewatan memaksa kehendaknya ? Karena dia tahu orang seperti Masnan pasti mempunyai tugas dan kewajiban yang sangat besar dan penting terhadap kerajaan, masak hanya gara-gara seorang anak kecil dia akan mengorbankan semuanya. Hanya karena kepentingan dia yang egois menjadikan masa depan kemenakannya jadi suram, minimal jika kemenakannya menjadi pasukan kerajaan seperti Masnan, dia akan kecipratan juga senangnya dan dia bisa mengangkat harga diri keluarganya karena mempunyai kemenakan seorang perwira kerajaan. Dia mulai menyesali tindakannya yang gegabah itu, tapi bagaimana memperbaiki keadaan yang sudah kadung seperti ini.


Tiba-tiba dia dapat akal, dia tahu Burhan sangat mengagumi perwira gagah ini, dia akan pura-pura menanyakan kepada kemenakannya apa mau ikut pergi dengan calon gurunya itu.


“Burhan,”kata Mamaknya sambil melambaikan tangannya menyuruh Burhan menghampiri dia, segera bocah itu mendatangi mamaknya,”Yah, Mamak.”sahut Burhan dengan sikap sopan. Ini tidak terlepas dari mata Masnan yang melihat bagaimana anak itu bertindak sangat sopan dan santun serta bersahaja tapi tidak mengurangi aura wibawa yang memancar dari tubuhnya.


“Burhan, kamu sudah mendengar tadi bahwa paman itu ingin mengangkat kau sebagai muridnya. Mamak setuju beliau menjadi gurumu supaya kelak besar nanti kaupun akan segagah gurumu itu. Masalahnya adalah jika kau mau menjadi muridnya kau harus ikut dia pergi ke Pagaruyuang, karena beliau merupakan perwira penting dari kerajaan kita. Mamak keberatan jika kau pergi dengan beliau karena selain tanggung jawab mamak pada ibumu juga masalahnya kau akan jauh dari mamak, jadi mamak kuatir kau tidak bisa menyesuaikan diri pada lingkungan keluarga gurumu itu. Jika kau tetap berkeras ingin ikut gurumu, karena memang ini demi masa depanmu juga nantinya, mamak tidak akan melarang sebab mamak ingin yang terbaik untukmu supaya kamu juga bisa membuat bangga orang tuamu yang sudah mengorbankan nyawanya untuk menyelamatkanmu dari marabahaya. Jadi nak, pikirkan baik-baik jangan kuatirkan mamak dan bibimu serta saudara-saudaramu, kamu bisa sekali-kali pulang untuk menjenguk kami disini tentunya seijin gurumu.”


Masnan yang mendengar perkataan Mamak Burhan, menjadi kagum juga pada mamak Burhan, anak berusia 6 tahun seperti Burhan sudah diajarkan untuk menjadi mandiri dan bertanggung jawab terhadap pilihannya, sebenarnya dengan usia 6 tahun, anak-anak masih belum terlalu mengerti dengan apa itu tanggung jawab mengenai pilihan hidup mereka, tapi kembali dia kaget bercampur kagum melihat wajah Burhan, anak itu sepertinya mengerti apa yang dikatakan mamaknya dan termenung seperti berpikir dulu sebelum menjawab, terkesan hati-hati dan tidak gegabah dalam mengambil keputusan, semua dipikirkannya dulu dengan baik.


Burhan memalingkan wajahnya ke arah Masnan dan bertanya,”Paman, apa benar paman menginginkan saya sebagai murid paman?”


“Benar sekali, Burhan, jika kau juga berminat menjadi muridku.”sahut Masnan.


“Paman, aku akan mempelajari apa dari paman, kalau aku boleh tahu.”


“Paman akan mengajarkan kamu banyak hal seperti ilmu agama, membaca dan menulis, ilmu silat, ilmu tenaga dalam dan lain-lain yang nantinya akan bermanfaat bagimu kelak, tapi dengan catatan kamu harus rajin dan giat belajar baru kamu bisa menjadi hebat kelak.”


“Apa aku bisa seperti paman menjadi seorang panglima kerajaan juga?” Burhan mengetahui Masnan seorang panglima dari Aswin, tadi saat mereka bercakap-cakap di sudut ruangan, Aswin banyak bercerita mengenai paman-pamannya ini, dia menceritakan sedemikian menariknya dengan cara bocahnya sehingga teman-temannya menjadi terkesima dan ingin menjadi sehebat paman-paman itu.


“Hahahaha… pertanyaan bagus. Paman tidak bisa menjawabnya, yang bisa menjawabnya hanya kamu sendiri, paman hanya tahu cara untuk bisa menjadi seorang panglima tapi apakah kamu akan menjadi panglima atau tidak nantinya semua kamu yang menentukannya sendiri.”


Kembali terlihat Burhan sepertinya merenungkan perkataan Masnan, matanya bersinar-sinar menandakan otaknya lagi berpikir keras. Masnan tahu Burhan seorang anak yang cerdas sekali dan juga sangat hati-hati, maka dia membiarkan Burhan dalam keadaan seperti itu, sampai dia siap melontarkan pertanyaan lagi.


“Apakah aku akan tinggal bersama paman dan keluarga? apakah keluarga paman tidak keberatan aku tinggal di rumah paman?”


“Jangan kuatir Burhan, keluargaku adalah keluarga yang bersahaja, kami selalu menerima siapa saja yang datang ke rumah kami, pintu rumah kami selalu terbuka untuk teman-teman dan sahabat kami yang datang mengunjungi kami. Dan lagi di rumah kami, ada beberapa kamar kosong yang biasa ditempati oleh para tamu kami yang menginap jadi kamu tidak usah kuatir kalau kamu jadi merepotkan kami. Hmmm sebelum kamu bertanya lebih jauh, paman akan mengatakan padamu bahwa paman mempunyai seorang putri yang hampir seusia kamu, jadi paman rasa kamu bisa mendapat teman bermain seusia kamu. Isteri paman juga sangat menyukai anak-anak dan paman yakin kamu akan bisa memperoleh kasih sayang dia.”


Burhan merenungkan kata-kata Masnan, “Paman, apa aku harus memanggil paman dengan sebutan guru atau paman?”

Mendengar pertanyaan ini Masnan tahu dia sudah memenangkan hati anak itu, tinggal tunggu anak itu siap memberikan jawabannya.


“Terserah kamu mau panggil apa padaku, paman boleh, guru boleh atau ayahpun boleh, aku tidak keberatan.”

Dia melihat Burhan memandang wajah mamaknya dan wajah dia secara bergantian, akhirnya dia lihat anak itu siap memberikan jawaban setelah mempertimbangkan semua seperti memang wataknya yang selalu berhati-hati dalam bertindak dan berkata-kata.


“Pertama aku akan tetap memanggil paman, kalau diperbolehkan,” dia memandang Masnan dan melihat anggukan Masnan, dia melanjutkan, ”Aku suka sekali menjadi murid paman, tapi aku punya syarat.”


“Baiklah, apa syaratmu, anak baik.” Kata Masnan penasaran.

“Paman, bisakah dalam setiap 2 tahun aku pulang ke sini untuk ketemu sama mamak dan keluargaku? “


“Tentu saja bisa, karena paman juga ingin bertemu dengan paman Bumi ini. Baiklah paman berjanji setiap 2 tahun sekali kamu boleh balik ke sini selama 2 minggu dan akan paman temani kalau tidak bisa nanti akan paman minta bantuan teman paman. Bagaimana menurutmu?”


“Baiklah paman, aku setuju, aku akan ikut bersama paman pulang.”kata Burhan tegas, dia merasa senang dengan adanya janji dari paman Masnan.


Dan mamak Burhan jadi senang sekali karena dia melihat ada kesempatan 2 tahun lagi puteranya bisa didik oleh perwira hebat ini.


“Burhan, karena kamu sudah menyetujuinya, mamak hanya bisa merestuinya dan mendoakan saja. Panglima, aku menyerahkan kemenakanku di bawah bimbinganmu, semoga kelak dia besar nanti dia akan bisa seperti anda.”


“Terima kasih atas restu dan pujian Datuak, aku tidak akan menyia-nyiakannya.”


Urusan Burhan selesai dengan sendirinya, direncanakan dalam waktu 3 hari kedepan Masnan akan pulang dengan membawa Burhan pergi. Sekarang giliran Basri karena dia juga mau membawa Saiful pulang ke rumahnya, dia berharap dia tidak menemukan kesulitan dalam hal ini.


“Bagaimana dengan kamu, Karim, apa kamu mau menjadi murid utama paman? tanya Bumi, sengaja dia menunda menanyakan Saiful karena dia ingin Saiful merasa nyaman dengan situasi ini, dia sudah melihat tanda-tanda kegelisahan pada wajah Saiful, dia tidak mau membuat anak itu jadi takut pada rencana mereka.


“Apakah nanti aku berlatih dengan Aswin, paman? “


“Iya. Apa kamu pikir nantinya kamu bisa mengalahkan Aswin? Sahut Bumi kepada Karim.


“Tentu saja bisa paman, nanti ketika aku sudah besar pasti aku bisa mengalahkan Aswin.” Jawab Karim dengan pasti.


“Baiklah kita lihat saja nanti, yang penting kamu rajin berlajar dan berlatih pasti bisa.”


“Paman akan mengajari apa padaku? Selama ini aku kan sudah berlatih sesuai dengan petunjuk paman, apa ada ilmu lain yang akan paman ajarkan padaku?”


“Iya, makanya kamu rajin berlatih biar kamu bisa tambah hebat lagi dan mengalahkan Aswin.”


“Apa aku boleh ikut berlatih dengan uda Karim dan Aswin juga paman?”Tanya Bastian.


“Hahahaha… Bastian, kamu sudah punya guru sendiri, kamu tahu beliau ini lebih jago dari paman, kamu beruntung dipilih beliau jadi muridnya. Walaupun kamu sudah diajarin paman Kahar, kamu bisa berlatih bersama-sama Aswin dan Karim, supaya ilmu kamu semakin mantap. Paman juga jadi bisa lihat siapa yang terhebat diantara kalian.”kata Bumi sambil memotivasi anak-anak itu.

Sebenarnya persaingan diantara mereka inilah nantinya yang membuat mereka terus tekun mengasah diri untuk menjadi yang terbaik, untung saja mereka dididik oleh tokoh-tokoh yang memang matang kepribadiannya kalau tidak akan bisa menimbulkan iri hati diantara sesama mereka yang bisa berakibat hubungan mereka malah jadi berantakan semua.


“Dan nanti kalau Burhan dan Saiful pulang liburan, kalian juga bisa berlatih bersama, jadi pasti akan ketahuan siapa yang malas berlatih dan siapa yang rajin.”kata Bumi sambil tersenyum jahil seperti Aswin kepada anak-anak itu. Padahal sebenarnya dia juga memperhatikan wajah Saiful, apakah anak itu memperlihatkan reaksi penolakan ketika dia berbicara seperti itu, tapi dia tidak melihat reaksi apapun pada wajah anak itu, ini membuat dia kuatir karena itu dia harus memikirkan dengan cara bagaimana supaya anak itu mau berguru dengan Basri. Belum sempat dia menemukan cara terbaik untuk menyampaikan hal ini, anaknya sudah buka suara yang secara tidak langsung membantu dia meyakinkan Saiful agar mau berguru dengan Basri.


“Uda Ipul, bagaimana menurut uda, apa nanti uda bisa mengalahkan aku setelah berguru dengan paman Basri?”Tanya Aswin sambil tersenyum-senyum nakal.


Anehnya begitu Aswin yang berbicara wajah sendu Saiful langsung memberikan reaksi, matanya yang tadinya redup menjadi bersinar. Terlihat mulutnya bergerak perlahan tapi suara yang keluar pelan sekali, hampir tidak terdengar. Aswin jadi kesal dengan cara menjawab Saiful.


“Uda, kan aku sudah bilang uda kalau bicara yang keraslah, uda, anak laki-laki masak bicaranya seperti anak perempuan.”protes Aswin dengan manja pada Saiful. Entah kenapa Saiful selalu merasa Aswin itu seperti adik yang dia tidak punya sehingga selalu berusaha untuk memenuhi semua permintaan Aswin. Ada perasaan ingin membahagiakan dan melindungi dari dalam dirinya terhadap Aswin, padahal dia tahu anak ini jauh lebih bisa menjaga diri daripada dirinya. Tapi ini juga mengherankan dirinya, Aswin selalu bisa membuat dia merasa ingin menjadi lebih baik dari dirinya sekarang seperti ada aliran dorongan semangat dari setiap perkataan dan perbuatan Aswin padanya.


Dia berusaha menjawab pertanyaan Aswin,” Uda pasti bisa mengalahkan kamu nanti, Win, lihat saja.”kata Saiful dengan nada lebih keras dan keyakinan yang tinggi.


“Jadi uda Ipul mau kan ikut dengan paman Basri untuk belajar macam-macam ilmu pada beliau?” Tanya Aswin, sebenarnya Aswin melakukan ini karena dia ingin Saiful pergi jauh-jauh dari orang tuanya yang jahat itu. Walaupun Aswin baru berusia 5 tahun tapi anak itu sudah punya pikiran seperti orang dewasa, dia tidak ingin melihat temannya disiksa seperti yang dilakukan oleh kedua orang itu.


Diam-diam dalam hati dia mencatat semua perbuatan kedua orang itu di dalam hatinya, jika dia sudah punya kemampuan dia akan membuat kedua orang itu menyesal atas semua perbuatannya. Dia tidak sadar sebenarnya dia sudah bisa melakukan hal itu, karena saat dia pertama kali melihat bagaimana kedua orang itu menyiksa Saiful, dia sudah hampir membunuh kedua orang itu kalau saja tidak cepat gurunya datang mencegah kekuatan alam bawah sadarnya bekerja muncul di permukaan. Aswin mempunyai kekuatan tenaga kebatinan yang menjadi warisan keluarganya yang turun temurun, kekuatan ini akan muncul pada yang berjodoh saja dan secara kebetulan kekuatan ini sekarang dimiliki oleh Aswin, tanpa yang bersangkutan mengetahuinya. Sudah lama kekuatan ini tidak pernah muncul, hampir 200 tahun tidak ada satu juga dari silsilah garis keturunan keluarga Aswin yang mewarisinya, baru Aswinlah kekuatan alam ini muncul kembali, oleh karena itu Aswin harus dididik benar-benar secara matang agar dia tidak menggunakannya secara sembarangan.


Saiful terdiam mendengar pertanyaan Aswin, dan ketika dia menatap mata Aswin dia melihat mata temannya itu menatap dengan penuh harap agar dia mengabulkan permintaannya. Kembali dia merasa seperti ada kekuatan yang mendorong dia untuk memenuhi permintaan Aswin, dia tidak ingin mengecewakan harapan yang dia lihat di mata temannya itu akhirnya dia memutuskan untuk memenuhinya. Dia tahu paman yang murah senyum itu tidak akan menyakitinya seperti kedua orang tuanya itu, sekalipun dia akan kehilangan kedua orang tuanya karena kepergiannya ini, dia tidak merasa menyesal karena dia bisa memenuhi harapan Aswin. Di dunia ini yang paling berharga dalam hatinya adalah teman-temannya terutama Aswin, selama hidupnya baru sekali ini dia merasa berbahagia memiliki orang yang menyayanginya seperti dia menyayangi mereka. Dia melihat teman-temannya bersedia menjadi murid teman ayah Aswin dan semua berjanji akan kembali untuk mengalahkan Aswin, oleh karena itu dia memutuskan untuk menerima tawaran itu dan tidak pernah mengecewakan temannya apapun yang terjadi.

Dan dia sudah berjanji juga untuk bisa mengalahkan Aswin, dan dia tahu dia harus berlatih di bawah bimbingan orang hebat baru dia bisa menandingi Aswin, karena dia sudah melihat kemampuan Aswin untuk melakukan hal-hal yang mustahil yang bisa dilakukan olehnya dan teman-teman lainnya. Sering dia dan teman-teman yang lain membicarakan ingin bisa seperti Aswin, dia melihat Burhan dan Karim serta Bastian sudah bertekat untuk bisa mengalahkan Aswin jadi kenapa dia tidak melakukan hal yang sama. Karena selama ini dia merasa malu dia lebih tua dari Aswin tapi selalu saja Aswin yang melindunginya bukan sebaliknya, untuk itu dia bertekat harus bisa menlindungi Aswin suatu saat kelak.


“Bagaimana uda Ipul, jadi tidak ikut paman Basri, uda bisa pulang 2 tahun sekali seperti uda Burhan bertemu dengan kami di sini, lalu kita bisa latih tanding siapa yang paling hebat,”Tanya Aswin mendesak karena dia takut temannya tidak mau pergi.


“Baiklah Aswin, demi kamu, aku akan ikut paman Basri,”kata Saiful pelan tapi tegas menjawab pertanyaan Aswin.


“Hore…. Asyik… Nanti aku akan punya lawan tanding, tidak seperti sekarang aku bosan tidak ada teman tanding ilmuku… Terima kasih teman-teman, aku tunggu kalian untuk menandingi aku,” kata Aswin sambil melonjak-lonjak kegirangan.

Basri mendengar percakapan kedua anak itu merasa lega sekali akhirnya Saiful mau ikut dirinya, dia berterima kasih kepada Aswin karena telah memungkinkan hal itu. Bumi juga senang anaknya bisa membantu teman-temannya untuk menjalankan amanat dari sesepuh. Sedangkan anak-anak lain tersenyum senang dan bahagia juga merasakan kegembiraan Aswin, mereka bertekat akan belajar sebaik-baiknya agar bisa mengalahkan teman mereka yang nakal ini. Selama ini mereka selalu kalah jika bertanding apapun dengan Aswin baik itu adu lari, adu kecepatan tangan, adu memanjat, bahkan Aswin bisa memecahkan batu bata dengan tangannya. Dan mereka ingin bisa melakukan hal itu, dan entah kenapa Aswin selalu bisa membangkitkan perasaan persaingan di dalam diri mereka tapi anehnya mereka tidak iri akan kemampuan Aswin karena teman mereka ini tidak pernah menyombongkan kemampuannya bahkan membantu mereka untuk bisa seperti dia.


“Paman Basri, aku titip temanku uda Saiful, tolong paman menjaga dia dengan baik yah, karena aku tidak mau lihat dia bersedih lagi dan aku ingin saat dia kembali nanti dia akan bisa lebih sering tersenyum seperti paman,”kata Aswin dengan jahil tapi Basri juga melihat di balik kejahilannya Aswin menatap penuh harapan padanya agar bisa membantu teman yang dia sayangi itu.


“Aswin, jangan kuatir paman dan bibi pasti akan menjaga uda Saifulmu dengan sebaik-baiknya, tidak akan mengecewakan harapan kamu,” sahut Basri dengan tersenyum.


“Terima kasih paman,”kata bocah nakal itu.


“Nak, paman akan membawamu pergi dalam 3 hari ini persiapkanlah semua keperluanmu, nanti paman akan jemput kamu di rumahmu pagi-pagi sekali agar kita bisa naik kereta dengan santai,”kata Basri kepada Saiful.


Saiful menganggukkan kepalanya, dia tidak berani memandang orang tuanya karena takut melihat tatapan marah dari kedua orangtuanya, dia merasa di rumah nanti pasti kedua orangtuanya akan memukul dia karena telah lancang ambil keputusan seperti itu, tapi dia sudah tidak perduli lagi karena dia nekat ingin memehuhi janjinya kepada Aswin, tidak ada yang bisa mencegah dia untuk membuat Aswin bahagia seperti tadi.


Hari menjelang sore ketika mereka meninggalkan rumah wali nagari, sudah ada kesepakatan diantara mereka mengenai pembicaraan tadi. Masnan dan Burhan serta Basri dan Saiful dalam waktu 3 hari ke depan akan berangkat meninggalkan nagari Batang Kapeh menuju rumah masing-masing. Sedangkan Kahar berhubung dia tidak punya tempat yang dituju maka untuk sementara dia akan menetap di rumah wali Bumi sampai saat dia akan pergi ke Gunung Merapi sesuai dengan saran Datuak Inyiak Balang dalam rangka memperdalam ilmunya.


Tidak banyak terjadi dalam 3 hari ke depan, hanya yang ada sebuah perestiwa kecil yang membuat hubungan Kahar dengan Siti membaik. Ini bermula dari kenakalan Aswin, anak nakal ini suka sekali mandi di lubuk (danau kecil)yang ada dalam hutan, air di lubuk ini sangat jernih berasal dari air terjun yang mengalir dari atas bukit. Suatu siang karena panas sekali anak nakal ini ingin sekali mandi di sana tapi dia tidak ingin mandi sendiri, dia tidak bisa mengajak gurunya yang sedang asyik bersemedi, dia juga tidak bisa mengajak bundanya yang sedang pergi keluar memetik daun obat, apalagi mengajak sang ayah yang sejak pagi tadi sudah pergi dengan teman-temannya entah ke mana. Yang tinggal di rumah hanyalah Kahar yang memang dari tadi pagi sedikit merasa kurang enak badan sehingga memilih untuk tinggal di rumah beristirahat.


Melihat hal ini, Aswin mengajak Kahar untuk pergi ke lubuk tersebut, dengan bujuk rayu yang tidak tertahankan akhirnya Kahar mengabulkan permintaan Aswin. Pergilah mereka ke lubuk tersebut, dan sesampai di sana ketika Kahar melihat air jernih dari lubuk itu langsung terbit keinginan di hatinya untuk berenang bersama Aswin. Kedua laki-laki satu besar dan satu kecil asyik sekali bermain air dan berenang-renang di lubuk itu, terdengar gelak tawa dan jeritan senang dari kedua orang itu. Mereka tidak sadar ada sepasang mata yang indah sekali menatap mereka dengan tersenyum maklum atas kelakuan kedua orang ini. Sepasang mata milik Siti ini menatap dari gua di balik air terjun, dari tadi sebenarnya Siti sudah menyadari kehadiran mereka, dia memang punya kebiasaan setelah sibuk seharian mencari daun obat, dia suka sekali berenang di lubuk ini dan beristirahat dalam gua di belakang air terjun. Dia sedang mengeringkan tubuh dan rambutnya ketika kedua orang ini datang dan menyeburkan diri mereka.


TIba-tiba Kahar merasa bulu kuduknya berdiri dan sesaat dia tertegun merasa kehadiran seseorang di sekitar mereka, yang anehnya dia merasakan kehadiran Siti bukan orang lain. Segera dia mengedarkan matanya di sekeliling lubuk untuk melihat apakah benar ada orang di sekitar mereka. Dia tidak melihat ada orang, dia berdiri mematung memandang ke arah hutan, Aswin yang melihat keadaan Kahar jadi bingung dan bertanya. Kahar mengatakan bahwa dia merasa kehadiran seseorang di dekat mereka. Aswin langsung mengerti apa yang dimaksudkan Kahar, karena dia sudah tahu bahwa bundanya suka beristirahat di gua, pasti yang dimaksudkan oleh pamannya itu adalah bundanya.


Segera dia menarik tangan sang paman untuk berenang mendekati air terjun yang berada cukup jauh dari tempat mereka berenang sekitar 8 tombak. Kahar yang tidak mengerti maksud Aswin menurut saja ditarik, dia berpikir anak itu mengajak dia bermain dengan air terjun walau dia tetap merasakan getaran kehadiran Siti di dekat mereka. Sebenarnya dia penasaran sekali, tapi dia berusaha menepis perasaannya karena dia kuatir dia hanya terlalu banyak berkhayal mengenai Siti sehingga di saat-saat seperti inipun dia merasa kehadiran Siti.


Siti yang sibuk mengeringkan rambutnya tidak menyangka bahwa kedua orang yang tadinya diintai olehnya sedang berenang menuju ke arahnya. Siti dalam kondisi memakai baju dalamnya yang tipis karena baju luarnya masih lembab dikarenakan baju tersebut habis dicuci akibat kena Lumpur saat dia mendaki bukit untuk mengambil daun obat, tidak menyadari mereka sudah ada di balik air terjun dan sedang naik untuk masuk ke dalam gua. Kahar tidak menyangka di belakang air terjun ada sebuah gua, menjadi ingin masuk ke gua untuk melihat ke dalamnya. Ternyata gua ini cukup terang karena di langit-langit gua ada sebuah lubang yang cukup besar sehingga bisa dimasuki cahaya dari luar membuat gua itu terlihat jelas dalamnya.


Saat itulah Kahar dan Aswin melihat sebentuk badan perempuan yang tinggi langsing dan berkulit sawo matang yang mulus sekali dalam balutan kain tipis berwarna putih, jantung Kahar seakan berhenti berdetak karena secara naluri dia tahu siapa gerangan wanita tersebut. Hal ini dipertegas dengan teriakan Aswin memanggil Siti dan saking kagetnya Siti langsung memutar badannya ke belakang tanpa mengingat bahwa dia tidak menggunakan baju sepantasnya. Terpampanglah di depan mata Kahar sebentuk tubuh wanita yang elok dan indah dipandang mata, dengan kedua bukit dada yang terlihat ranum seperti mangkuk, perut yang datar dan di tengahnya seperti ada jalur yang seksi sekali, serta kedua tungkai yang seperti bulir padi sangat menggiurkan mata laki-laki yang melihatnya.


Tidak berkedip mata Kahar melihat keindahan yang dimiliki sang pujaan hati, tak terasa mulutnya menganga sehingga meneteskan air liurnya. Aswin yang senang sekali melihat bundanya tidak memperhatikan keadaan Kahar, dia sudah berlari menghampiri sang bunda dan menubrukan badannya, Siti yang tidak siap dengan kehadiran mereka tidak bisa menjaga keseimbangan tubuhnya, akibat tubrukan dari Aswin hampir jatuh terjengkang ke belakang, keburu ditangkap oleh Kahar, yang entah bagaimana bisa bergerak cepat sekali menahan tubuh Siti supaya tidak terjatuh.


Sesaat mereka berdua tidak tahu hendak berkata apa hanya saling memandang saja, Kahar tidak melepaskan tangannya dari tubuh Siti dan Siti tidak berusaha keluar dari pelukan Kahar. Keadaan ini cukup lama, dan Aswin melihat hal ini, anak yang tidak mengerti apa-apa ini terheran melihat kedua orang dewasa ini hanya saling menatap tapi tidak saling bicara. Bolak balik matanya menatap Aswin dan Siti berulang kali, akhirnya karena tidak tahan lagi dia menarik tangan Siti dan bertanya kepada mereka mengapa tidak saling berbicara. Mereka seperti disadarkan oleh keadaan mendengar suara Aswin, segera Siti berusaha melepaskan diri dari pelukan Kahar tetapi Kahar sepertinya berat melepaskan tangannya dari tubuh molek wanita yang telah menambat hatinya itu, jauh dalam dirinya getaran gairah kejantanannya berdetak keras sekali. Nafsu dan gairah ingin memiliki sang pujaan semakin menghunjam dirinya dengan kuat sekali, dia sadar hal ini timbul karena perasaan cinta dan rindunya kepada Siti yang terpendam sekian lama.


Akhirnya Siti terbebaskan dari pelukan Kahar, tapi ini menyebabkan dia tambah malu sekali sekarang Kahar bisa melihat tubuhnya setiap detailnya dengan jelas sekali cahaya yang memantul di gua mempertegas pemandangan yang ada di depan mata Kahar. Dalam hati dia berjanji ini adalah yang terakhir kalinya dia memeluk Siti dalam keadaan seperti ini hanya dalam waktu sebentar saja, lain waktu jika dia memeluk wanita molek ini lagi pasti dia akan memuaskan dirinya dalam waktu yang lama sekali…. Dia sudah membayangkan apa saja yang akan dia lakukan dengan wajah yang memerah merona itu, bibir ranum menantang, dan tubuh molek yang membangkitkan gairah kelelakiannya itu. Dia akan memastikan kali ini mimpinya akan terwujud apapun caranya, dia sudah tidak sanggup lagi menahan rasa cinta dan rindunya kepada Siti, memikirkan Siti sudah tidak di pelukannya saja dia sudah merasa tubuhnya dingin sekali. Cukup sudah semua penderitaannya kehilangan wanita yang dicintainya ini, sekarang wanita itu di depan matanya tidak akan dia lepaskan lagi, apapun halangannya akan dihancurkannya.


Siti melihat emosi yang terpencar di wajah Kahar, dia melihat emosi yang kuat sekali mempertegas wajah jantan itu, matanya seakan memancar api yang membara hanya yang dimengerti secara naluriah oleh seorang wanita, pipinya semakin memerah melihat hal itu. Dia tidak berani berharap banyak lagi seperti dulu karena takut kejadian dulu terulang kembali, dia tidak sanggup kalau harus menanggung kesakitan dan penderitaan kehilangan pemuda yang dicintainya ini. Siti sudah melihat bahwa ibu Bastian juga menaruh perasaan pada Kahar, walaupun dia merelakannya tapi tetap sebagai perempuan perasaan halusnya tersakiti melihat sang pujaan hati lebih memilih perempuan lain daripada dirinya. Karena itu dia tidak mau lagi mengalami hal yang sama kedua kalinya, kini dia lebih berhati-hati lagi dan tidak berani menaruh harapan besar akan hubungan mereka.


Sejak kejadian di lubuk itu, Kahar selalu terbayang-bayang wajah dan kemolekan tubuh Siti di pelupuk matanya, dia tidak bisa tidur nyenyak dan selalu gelisah, dia sudah tidak tahan dengan keadaan ini, harus segera diselesaikan mulailah dia memberanikan diri untuk berbincang-bincang dengan sang pujaan hati dan mencari cara agar secepatnya dia bisa memiliki Siti. Dia sudah berusaha menyampaikan kepada Bumi mengenai perasaan hatinya ini dengan sangat hati-hati sekali agar tidak mengejutkan semua orang, dan dia merasa Bumi mengerti maksud hatinya tapi kenapa dia tidak merasakan Bumi berusaha membantunya mendekatkan dia kepada Siti. Seakan Bumi menunggu tindakan dia terlebih dahulu, karena tidak sabar dengan semua ini mulailah dia mendekatkan diri kepada Siti bahkan sampai Siti pergi mencari obatpun dia mau ikut agar Siti tidak curiga dia menggunakan Aswin untuk menjadi tameng keinginannya itu.


3 hari telah berlalu, tiba saat keberangkatan Masnan dan Burhan serta Basri dan Syaiful, ternyata setelah kejadian hari itu sepulang dari rumah wali nagari Syaiful dikejutkan dengan tidak marahnya kedua orangtuanya sehubungan dengan rencana kepergiannya mengikuti Basri, bahkan yang lebih mengherankan lagi mereka sepertinya tidak sabar akan kepergiannya itu. Dia menjadi sedih sekali, dia merasa tidak ada orang yang menyayanginya lagi kecuali Aswin dan temannya yang lain. Dia bertekat untuk belajar dengan rajin dan giat agar nantinya dia bisa membuat orang tuanya bangga sehingga mereka akan menyayanginya. Sungguh pemikiran yang meremukan hati jika ada yang tahu apa yang menjadi pemikiran bocah berusia 6 tahun ini. Seperti apapun perlakuan kedua orang tuanya kepadanya tetap saja dia menginginkan kasih sayang dari mereka. Terlihat bahwa dia haus akan kasih sayang dari kedua orang tuanya, dan sering dia iri melihat anak2 yang lain begitu disayangi kedua orang tuanya, tapi untunglah dia tidak mempunyai sifat jahat akibat perasaan irinya itu.


Terlihat sudah ada 2 kereta di depan rumah wali nagari, yang akan mengantarkan mereka kembali ke tempat asalnya. Masnan dan Burhan sudah siap dari tadi, setelah pamit dengan Bumi dan mamak Burhan, mereka berjalan menuju kereta untuk melanjutkan perjalanan. Sedangkan Basri masih menunggu Syaiful yang belum datang juga, dia gelisah sekali apakah anak itu akan jadi ikut atau tidak. Bumi sudah menyuruh tukang kebunnya untuk menyusul ke rumah Syaiful, tidak lama terlihat tukang kebun itu menggendong Syaiful di belakangnya berlari-lari. Begitu mendekat, Basri langsung naik darah karena dia melihat keadaan wajah dan tubuh Syaiful yang babak belur. Rasanya dia ingin terbang ke rumah anak itu untuk menghajar orang tuanya, buru-buru dia mengambil Syaiful dari gendongan tukang kebun, dengan hati yang pedih sekali dia membawa masuk anak itu untuk diobati sebelum dia membawa anak itu pergi. Ingin sekali dia secepatnya membawa anak ini pergi agar tidak usah lagi menerima siksaan dari orang tuanya.


Bumi yang melihat keadaan Syaiful juga menjadi geram sekali, dia menanyakan kepada tukang kebun apa yang terjadi. Tukang kebun tidak tahu apa yang terjadi hanya pas dia sampai di sana dia melihat orang tua Syaiful sedang memukuli anaknya, dan dia marah sekali melihat hal itu, di lihat di situ ada sebuah tongkat panjang langsung dia ambil tongkat itu dan memukulkannya kepada bapak Syaiful. Orang tua Syaiful langsung menghindar dari kejaran tongkat yang digunakan tukang kebun. Setelah itu tukang kebun menggendong Syaiful yang sedang tidak sadarkan diri itu ke rumah wali nagari, karena kuatir nanti dikejar oleh bapaknya Syaiful makanya dia berlari-lari sambil menggendong anak itu.


Syaiful yang sudah dibawa ke dalam langsung ditangani oleh Siti, Aswin yang baru habis mandi langsung ke ruang pengobatan bundanya untuk melihat ada kejadian ribut apa di sana . Alangkah kagetnya dia melihat temannya babak belur seperti itu, kemarahannya timbul dengan hebatnya, terlihat matanya berubah menjadi berkilat-kilat kehijauan memancarkan cahaya mematikan. Tiba-tiba dia menggerakan tubuhnya, melesat dengan cepat sekali ke luar rumah, Basri dan Bumi tidak memperhatikan hal itu karena mereka sedang cemas dan prihatin akan keadaan Syaiful, tapi Kahar melihatnya dan dia terkejut sekali dengan kecepatan Aswin yang berlari keluar itu, anak berusia 5 tahun seperti Aswin mempunyai kemampuan untuk bergerak secepat itu tidak pernah dia temui sebelumnya.


Karena kuatir Aswin akan menimbulkan masalah, buru-buru Kahar menyusulnya, dia harus mengerahkan tenaga ilmu peringan tubuhnya 4 bagian untuk dapat menyusul larinya Aswin yang telah mendahuluinya. Dari jauh dia melihat Aswin seperti anak peluru yang berlari cepat sekali ke arah selatan dari rumahnya. Melihat hal ini Kahar semakin mempercepat larinya agar bisa menyusul anak itu, ketika sudah dekat Kahar mengulurkan tangannya untuk menangkap tangan Aswin tapi dia tidak menyangka ternyata Aswin mengelak dengan tangkas sekali.


Semakin cepat anak itu berlari dan semakin cepat pula Kahar mengejarnya sebenarnya ingin sekali dia mengukur kemampuan Aswin yang sebenarnya, sayang sekali saat ini tidak memungkinkan karena tadi dia sudah melihat mata Aswin berkilat-kilat kehijauan dengan sinar mata yang mencorong mematikan, dia takut anak itu berbuat yang tidak baik pada orang tua Syaiful karena saking marahnya. Segera dia mengeluarkan ilmunya untuk menangkap Aswin, untunglah Aswin ini masih kecil dan belum matang ilmu, kalau sudah belum tentu dia dapat menangkap dengan begitu mudahnya.


Buru-buru dia menenangkan anak kecil yang sedang marah ini, dengan susah payah akhirnya dia berhasil meyakinkan anak itu untuk tidak melakukan hal-hal yang bisa menimbulkan penyesalan nanti. Dia membujuk anak itu untuk pulang melihat keadaan temannya yang akan segera berangkat dengan Basri. Dengan menggandeng tangan Aswin, Kahar mengembangkan ilmu peringan tubuhnya agar cepat bisa sampai di rumah Bumi. Benar yang dikatakan Kahar terlihat Syaiful sudah sadarkan diri dan sedang dipersiapkan untuk bisa menempuh perjalanan panjang ikut dengan Basri.


Dengan berurai air mata Aswin memeluk Syaiful karena dia sedih sekali melihat keadaan temannya itu, Syaiful yang melihat anak bandel ini menangis karenanya menjadi terharu dan akhirnya ikut-ikutan menangis. Orang dewasa di sekeliling mereka juga berkaca-kaca matanya melihat kejadian ini. Siti membekali Basri dengan segala macam obat yang diperlukan oleh Syaiful, Basri sudah tidak bisa ditahan menunggu kesembuhan Syaiful baru berangkat. Dia beralasan akan bisa membunuh kedua orang tua Syaiful bila dia masih lama lagi di sini, jadi lebih baik sekarang perginya, dia akan memastikan Syaiful akan aman selama di perjalanan.


Akhirnya Bumi meluluskan permintaan Basri untuk segera membawa Syaiful pergi bersamanya. Setelah semua persiapan selesai, mereka semua berjalan mengantarkan kepergian Basri dan Syaiful.


Dengan berlari-lari Aswin mengiringi kereta yang membawa teman tersayangnya Syaiful ke tempat paman Basri, dia sempat membisikan kepada temannya itu bahwa dia akan menunggu kepulangan temannya agar mereka bisa bermain kembali, dan Syaiful berjanji akan menjaga dirinya dan belajar dengan giat supaya bisa mengalahkan Aswin.


Aswin mengantar temannya sampai di pinggiran nagari dengan ditemani oleh Kahar yang takut anak ini melakukan sesuatu yang akan disesalinya nanti. Untunglah setelah habis mengantar temannya pergi, Datuak datang menjemput muridnya itu. Kahar hanya merasakan angin lembut menerpa tangan kanannnya saat dia melihat ke kanan, dia tidak melihat siapapun, dan dia menoleh ke arah Aswin, anak itupun sudah tidak ada di tempat. Kemudian terdengar suara yang dikenalnya sebagai suara Datuak, mengatakan membawa Aswin pergi berlatih.


Kahar geleng-geleng kepala akan kehebatan Datuak Inyiak Balang tersebut. Dan dia juga bertanya dalam hati akan jadi apa Aswin besar nanti karena dia sudah merasakan pembawa yang hebat sekali pada anak bandel itu. Teringat dia akan tugas yang diembankan padanya, mudah-mudahan dia bisa mendidik Bastian sehebat Aswin, karena dia juga bisa melihat muridnya itu juga mempunyai suatu perbawa lain dibandingkan teman-temannya.


Kini dimulailah tugas mereka untuk mendidik calon-calon pejuang yang akan membela kebenaran di masa depan itu.


Sementara itu di suatu tempat, di dekat daerah Sungai Puar terdapat sebuah rumah yang besar sekali, pada halamanya sedang berkumpul seratus orang yang sedang giat berlatih ilmu silat. Di dalam rumah tersebut, di sebuah balairung besar, terlihat berkumpul 13 orang yang diketuai oleh seorang pria setengah baya yang berparas aneh, sebelah wajahnya mencerminkan ketampanannya di masa muda, dan sebelahnya sangat menyeramkan sekali karena kulitnya sudah hancur dan mengoyak mengerikan wajah tampan itu. Kedua mata pria itu dingin mengerikan sekali sedang menatap semua yang hadir di ruangan itu. Mereka sedang merencanakan sesuatu yang akan mengacaukan keadaan kerajaan yang sedang aman dan tentram ini.


Siapakah mereka dan apa gerangan yang sedang mereka rencanakan ?
Diposkan oleh sieklie at 15:04 | Permanent Link | Komentar (0) |
Senin, Desember 03, 2007
V. PARA MURID
Part I

Sementara menunggu anak-anak itu datang, Bumi mengajak Kahar, Basri dan Masnan ke ruang kerjanya. Maksud Bumi sebelum mereka bertemu lebih baik dia memberitahu kepada teman-temannya latar belakang dari calon murid mereka nantinya. Setelah duduk di tempat yang tersedia, Bumi mulai angkat bicara untuk menyampaikan kepada teman-temannya.

“Saudara-saudaraku, aku pikir sebelum kalian berkenalan dengan calon murid kalian terlebih dulu aku ingin memberi sedikit info yang aku ketahui kepada kalian mengenai mereka supaya nanti lebih bisa cepat saling mendekatkan diri satu dengan yang lainnya, bagaimana menurut kalian ?”

“Uda Bumi, gagasan uda bagus sekali jadi nanti kami tidak akan sungkan berhubungan dengan keluarga si anak dan juga bisa lebih cepat memahami karakter mereka, ini sangat membantu sekali untuk bisa mengatasi kecanggungan diantara kami.” Kata Basri.

“Benar sekali uda, karena Basri dan aku pasti akan membawa pergi kedua murid kami ke tempat kami, seharusnya kami lebih mengenal mereka supaya lebih gampang menyesuaikan diri. Beda dengan Kahar berhubung belum berkeluarga dia bisa saja tinggal di sini untuk mendidik muridnya itu.” Kata Masnan dengan senyum kecil yang terlihat mencurigakan bagi Kahar.

“Aku sih tidak keberatan kalau Kahar mau latih muridnya di sini, aku malahan senang artinya aku punya teman latih tanding yang hebat untuk membantu meningkatkan ilmu silatku. Dan juga aku dapat bantuan tambahan orang untuk menemani Siti kalau dia pergi ke nagari-nagari tetangga untuk mengobati orang. Selama ini aku selalu menguatirkan dia kalau pergi jauh-jauh, pernah sekali waktu hampir 3 bulan lamanya dia menghilang tanpa pengawal yang biasa mendampinginya, aku cemas sekali tapi ternyata dia diundang oleh Rangkayo Syamsul dari Koto Gadang untuk mengobati penyakit isterinya yang parah sekali. Karena diburu waktu Siti sampai lupa memberitahukan kepadaku ke mana dia pergi.” Kata Bumi sambil tersenyum-senyum simpul.

Mendengar ini wajah Kahar menjadi merah sekali karena dia benar-benar malu, saudara-saudaranya sudah bisa menebak isi hatinya kepada Siti. Untuk menutupi perasaannya itu dia berusaha mengalihkan pembicaraan yang sudah menjurus memojokan dia tersebut.

“Uda Bumi, bisa tidak uda ceritakan pada kami mengenai latar belakang anak-anak tersebut?” kata dia cepat-cepat, takut mereka tambah semangat menggodanya.

“Sabarlah Kahar, kenapa kamu terburu-buru begitu, apa yang kamu kejar? Apa sudah tidak sabar mau ke ruang makan bantuin Siti siapkan makan siang?”goda Bumi sambil tersenyum jahil.

“Bukan begitu uda, aku cuma ingin supaya aku bisa lebih mengenal muridku dengan baik sehingga bisa memikirkan metode apa yang terbaik yang bisa kuajarkan kepadanya karena waktu kita untuk mengajar mereka singkat sekali hanya 5 tahun. Sedangkan mereka belum punya dasar-dasar ilmu yang memadai untuk menerima pengajaran kita, benar kan ?”kata Kahar dengan tersipu dan berusaha mengalihkan pembicaraan.

“Sudahlah uda jangan kamu ganggu juga adik kita itu, nanti yang ada malah dia bisa benar-benar jadi manusia api seperti anakmu bilang.”kata Masnan sambil tersenyum.

“Hehehehe….. kau benar Masnan, yah sudah aku akan mulai menceritakan mengenai Burhan dulu, karena dia yang tertua dari kelima anak lainnya.” Sahut Bumi.

“Burhan, merupakan anak yang tenang dan pendiam, dia sudah tidak mempunyai orang tua lagi sejak nagarinya dilanda gampo(gempa) besar beberapa waktu yang lalu. Sekarang dia tinggal bersama dengan keluarga mamak(paman)nya, anak-anak mamaknya sepantaran dengan dia yang berusia 6 tahun, satu anak perempuan berusia 7 tahun dan satu anak laki-laki berusia 3 tahun. Keluarga mamaknya bukan keluarga berada, mereka juga keluarga miskin, untuk hidupnya mamak dan isterinya harus bekerja di sawah orang lain dan menerima upah untuk menghidupi keluarga mereka. Kehadiran Burhan sebenarnya memberatkan mereka, tapi karena mereka sepasang suami isteri yang baik hati, mereka tetap menerima kehadiran anak itu. Dan untungnya Burhan seorang anak yang tahu diri, suka membantu mamaknya dengan menemani dan menjaga kedua anak mamaknya, membersihkan rumah bahkan kadang-kadang aku lihat dia sedang memasak nasi untuk makanan mereka semua.

Aku suka sedih memikirkan nasibnya, dia baru berusia 6 tahun tapi kehidupan yang keras membuat dia seperti bukan kanak-kanak lagi, cara berpikirnya sudah seperti orang dewasa, penuh pengertian dan bijaksana, kadang-kadang aku suka terheran-heran dengar semua perkataannya. Aku suka suruh Aswin memanggil dia main ke sini sore-sore sambil aku ajarkan ilmu pernafasan untuk menguatkan badannya, Aswin juga berteman baik dengan dia, bahkan kadang-kadang aku melihat Aswin lebih mematuhi perkataan Burhan daripada aku.” Kata Bumi dengan menghela nafas.

“Uda Bumi, sudah berapa lama kau ajarkan dia ilmu pernafasan?” Tanya Masnan.

“Kira-kira hampir 2 tahun, aku mengenal anak ini pertama kali ketika dia sakit dan dibawa mamaknya berobat pada Siti, dia harus dirawat dengan sebaik-baiknya karena kondisi dirinya parah sekali, ketika itu dia baru datang diantar orang ke tempat mamaknya tidak lama sepeninggalan orang tuanya. Badannya kurus sekali, kulitnya bercak-bercak merah, nafasnya tinggal satu-satu seakan-akan setiap saat bisa meninggal, menurut orang yang membawanya dia tertimbun tanah selama 7 hari dan masih hidup waktu ditemukan tapi dalam kondisi yang menggenaskan sekali. Dan menurut Siti, dia digigit oleh semut beracun dan kelabang bertanduk yang sangat berbahaya sekali racunnya. Campuran kedua racun ini menyebabkan dia dalam keadaan kritis, yang mengherankannya lagi seharusnya dia sudah lama mati akibat keracunan kedua binatang itu tapi entah kenapa dia tetap bisa bertahan hidup sampai diantarkan ke sini, sudah menjelang 1 bulan dari gampo tersebut terjadi. “

“Siapa orang itu uda, kenapa dia bisa tahu Burhan harus dibawa ke mamaknya di sini?”Tanya Masnan dengan serius.

“Aku tidak tahu jelas siapa orang itu, kamu bisa tanyakan langsung pada mamaknya ketika mereka datang. Yang aku tahu ketika orang itu datang, dia hanya bilang bahwa dia disuruh seseorang untuk mengantarkan anak ini ke Batang Kapeh karena mamaknya tinggal di sana , lalu seseorang itu memberikan uang untuk biaya perjalanan mereka. Hanya itu saja keterangan yang aku ketahui, selebihnya aku tidak tahu karena kesibukanku saat itu jadi tidak membuat aku ingin mengetahui lebih lanjut.” Jawab Bumi.

“Tapi dia benar-benar anak yang tangguh, ketika dia diobati oleh Siti, aku tahu sekali dia itu kesakitan karena Siti harus berusaha menetralisir kedua racun yang mengendap di tubuhnya, jadi Siti terpaksa meminumkan kepadanya air murni dari Danau Maninjau yang telah dicampur dengan sari bunga Cempaka Biru. Ketika air campuran tersebut diminumkan padanya, tidak lama dia menggeliat-geliat kesakitan dan seluruh tubuhnya mengeluarkan keringat segadang-gadang biji jagung, tapi dia menggigit bibirnya tidak mengeluarkan rintihan sedikitpun. Menurut Siti, penderitaan dia itu belum tentu orang dewasa bisa menahannya karena kerjanya pemunah racun itu harus melebur kedua racun itu menjadi satu sebelum dikeluarkan melalui kencing. Dan dia harus meminum ramuan tersebut selama 1 bulan penuh sampai kedua racun itu benar-benar hilang dari tubuhnya.”

“Aswin sempat menangis melihat Burhan kesakitan seperti itu, cukup lama dia bertahan dalam kondisi seperti itu sampai akhirnya dia pingsan tidak sadarkan diri. Aku sempat bingung juga kenapa Aswin bisa tahu seberapa kesakitannya Burhan ketika itu, ketika kutanyakan kata dia, saat dia pegang tangan Burhan, dia mencengkram tangan Aswin dengan kuat sekali sampai sakit rasanya, tapi Aswin tidak merasakan kesakitan itu karena dia merasa kasihan melihat penderitaan Burhan. Tadinya aku tidak sadar juga kenapa Aswin bisa menahan sakit akibat cengkraman Burhan, kini aku tahu ternyata anakku saat itu sudah diisi oleh datuak sehingga bisa menahan sakit. Sejak saat itu sampai saat kesembuhannya, Burhan selalu ditemani Aswin, bahkan anakku mau tidur hanya dengan Burhan saja, dan Burhan perlahan-lahan sembuh, proses kesembuhannya memakan waktu hampir 3 bulan.”

“Setelah dia sembuh, Burhan dan Aswin menjadi sobat sejati, mereka begitu dekat satu dengan yang lainnya, Burhan selalu menutupi semua kenakalan Aswin dan cendrung selalu membela anakku yang bandel itu. Dan aku tertarik dengan ketabahan dan kesetiaannya mulai mengajarkan dia ilmu pernafasan itu tujuannya agar bisa memperkuat kondisi tubuhnya. Tidak lama keluarga mamaknya membawa dia pulang ke rumah mereka, sejak saat itu anakku suka bermain ke sana dan setiap senja Aswin akan membawa Burhan ke sini untuk berlatih ilmu pernafasan dan meditasi denganku selama 2 jam setiap harinya. Dan ternyata dia merupakan seorang murid yang berbakat ditambah lagi dia tekun dan rajin sekali melakukan latihan, aku menjadi bersemangat mengajarinya tidak seperti ajarin Aswin walaupun anakku itu tidak kalah bakatnya tapi setiap mengajari dia, rasanya aku mau marah-marah terus akibat kemalasannya tapi sejak ada Burhan, anakku jadi ikut-ikutan rajin berlatih.” Kata Bumi sambil menggeleng-geleng kepala ingat kelakuan anaknya.

“Uda Bumi, dari tadi kau hanya ceritakan keistimewaan anak ini, apa tidak ada kejelekannya sama sekali?” Tanya Masnan penasaran.

“Uda Masnan, dari tadi uda terus bertanya tentang anak ini, apa uda suka anak ini ?” Tanya Kahar.

“Entahlah Kahar, aku merasa anak ini akan cocok menjadi muridku, ada perasaan seakan-akan dia akan menjadi bagian dari hidupku.”kata Masnan sambil merenung.

“Mengenai kejelekannya, aku merasa tidak terlalu mempengaruhi semua keistimewaan dia. Dia itu terlalu pendiam, apa yang ada di hatinya tidak akan pernah kita bisa tahu, semua kesedihan dan kesusahannya tidak pernah terungkap keluar semua tersimpan rapi di dalam hatinya. Pernah aku menanyakan kepadanya bagaimana caranya orang tua dia meninggal, dia hanya menatapku dengan sedih dan di matanya kulihat kepedihan yang begitu dalam, tapi satu katapun tidak keluar dari mulutnya. Hanya dengan menatap dia, aku rasanya tidak sanggup lagi mendesak dia untuk menceritakan kisah hidupnya yang begitu menggenaskan harus kehilangan orang tuanya dalam usia muda. Sejak saat itu aku tidak pernah bertanya lagi mengenai orangtuanya dan kehidupannya saat dia masih di kampungnya, takut dia merasa sedih.”

“Hmmm… anak yang luar biasa, kuat menahan derita dan tabah menjalani kehidupannya tanpa mengeluh. Benar-benar anak pilihan, aku akan bangga sekali bisa menjadi gurunya walau tidak dalam waktu yang lama, tapi aku yakin dia pasti akan bisa menjadi seorang pendekar yang gagah berani.”kata Masnan dengan hati senang.

“Bagaimana dengan kalian, Kahar dan Basri, apa kalian ingin anak ini menjadi murid kalian?”

“Uda Masnan, jangan senang hati dulu, kita kan hanya baru mendengar kata uda Bumi, belum kita lihat anak itu secara langsung, siapa tahu begitu melihatnya uda tidak berkenan mengambilnya sebagai murid.”goda Basri.

“Tidak mungkin Basri, aku tidak akan tertarik pada anak ini, aku mempercayai penilaian uda Bumi, walaupun nanti pas saat ketemu ternyata anaknya berwajah jelek sekalipun, aku tetap akan mengangkat dia menjadi muridku.”tegas Masnan.

“Yah ampun uda, masak lihat calon muridnya dari segi paras, jelek atau tampan yang penting hatinya, untuk apa dia tampan kalau dia buruk hatinya, malah nanti dia akan memalukan kita sebagai gurunya.”kata Kahar.

“Bukan begitu maksudku Kahar, itu perumpaanku saja. Bagaimana uda Bumi, apa menurutmu dia bisa menjadi muridku?”Tanya Masnan.

“Kita lihat saja nanti Masnan, jangan terburu-buru menentukan hanya dari ceritaku mengenai Burhan, kau kan belum mendengar tentang anak-anak yang lain. Dan satu hal yang perlu kau ketahui Burhan bukan anak yang berparas tampan, tapi aku menyukai parasnya karena mempunyai karakter wajah yang jantan, dan aku yakin jika dia besar nanti akan banyak wanita yang mencari perlindungan pada dirinya.”kata Bumi dengan nyengir.

“Ah, uda Bumi macam-macam saja, bilang anak orang jelek tapi bisa membuat wanita menyukai dia, gimana ni uda penjelasannya.”kata Masnan dengan tersenyum.

“Yah sudah, kau lihat saja nanti anaknya.”

“Terus uda gimana dengan anak yang lain?” Tanya Basri penasaran. Kalau mau jujur memang dia tertarik juga dengan Burhan tapi dia tidak mau rugi jadi perlu mendengar latar belakang anak yang lain.

“Baiklah, anak kedua yang kita bicarakan adalah Karim, anak ini adalah anak sepupuku yang dititipkan padaku beberapa waktu yang lalu ketika orangtua pergi ke tanah seberang, baru beberapa waktu yang lalu orangtuanya pulang dari rantau dan mengambil anak tersebut kembali. Anak ini dititipkan ke aku setiap kali orang tuanya pergi, jadi dia sudah akrab dengan Aswin, bahkan menjadi teman sekomplotan Aswin dalam melakukan kenakalan, mereka berdua merupakan anak yang paling nakal sedunia menurutku. Dan lucunya mereka patuh sekali pada Burhan, setiap aku melarang mereka melakukan sesuatu mereka hanya saling pandang satu dengan yang lain lalu tetap saja melakukan apapun yang aku larang. Tapi ketika Burhan melarang mereka, tidak satupun dari mereka yang akan melanggarnya. Sering aku bertanya-tanya wibawa apa yang dipunyai Burhan sehingga mereka patuh padanya?”kata Bumi dengan gemas sekali.

“Sebenarnya Karim anak yang pintar nan licik, dia bisa memasang wajah tidak berdosanya untuk mengelabui orang atas perbuatannya, tapi sejak bergaul dengan Aswin kelicikan dia berkurang tapi tingkat kenakalannya bertambah. Yang aku maksudkan licik adalah dia mampu membuat anak lain yang bertanggung jawab atas semua perbuatan kenakalannya. Dia hampir selalu lolos dari setiap hukuman atas perbuatannya, hanya pada Aswin saja yang dia tidak mampu memanipulasi, karena ternyata kelicikan anakku di atas Karim.”

“Hahahaha…. Uda Bumi, seharusnya kau bersyukur bahwa tidak ada orang nantinya yang bisa mengerjai anakmu.”tawa Masnan dengan keras, sedangkan yang lain mendengarnya sambil tersenyum.

“Sejak kenal Aswin, memang banyak juga perubahan dalam dirinya, tadinya dia merupakan anak yang bandel luar biasa, suka mengerjai anak lain sampai orang tua anak-anak itu mengeluh dan mengadu padaku mengenai masalah ini. Karena pengaduan inilah akhirnya aku memutuskan untuk menerima anak ini di rumahku setiap kali orang tuanya pergi, tidak lagi membiarkan anak itu ditinggalkan dengan pembantu di rumah. Dan itu sudah berlangsung sejak 1 tahun yang lalu, dan sama seperti Burhan dan Aswin, aku mendidik anak ini dengan ilmu pernafasan dan meditasi agar bisa meredam sedikit kenakalannya. “

“Wah uda, masak setelah mengatakan yang baik-baik mengenai Burhan, sekarang malah menjelek-jelekan Karim, jangan-jangan karena uda sudah pusing atas kelakuan anak itu makanya jadi tidak melihat keistimewaan anak itu lagi.”kata Kahar menggoda Bumi, karena biarpun Bumi menjelek-jelekkan anak tersebut tapi tetap di nada Bumi, dia bisa merasakan rasa sayang Bumi pada anak ini.

“Aku bukan mau menjelek-jelekan anak ini tapi memang kenyataannya begitu kok.”bantah Bumi.

“Tapi uda, masih tidak ada sedikitpun kebaikan dalam diri anak tersebut?”Tanya Basri.

“Kebaikannya ada yang justru juga kelemahannya, dia bisa membujuk orang untuk melakukan apa yang dikehendakinya tanpa orang itu punya rasa keberatan sedikitpun. Bila sedang senang dia suka bernyanyi-nyanyi kecil dan suaranya merdu sekali, bisa membuat orang terbuai mendengar suaranya. Selain itu dia suka meniru-niru suara dan gaya temannya, dan yang istimewanya, cara dia meniru persis sekali. Aku suka keliru antara suara dia dengan Aswin, karena dia mampu menirukan suara Aswin dengan baik sekali tanpa cela, bahkan gaya berjalan Aswinpun mampu ditiru olehnya. Kadang-kadang hal ini membuat dia berkelahi dengan Aswin, karena anakku merasa terganggu dengan Karim meniru-niru dirinya, tapi untungnya mereka sehabis berkelahi langsung baikan lagi. Sebenarnya Karim seperti itu karena dia kesal sendirian di rumah dengan pembantu yang selalu menuruti semua perintahnya, akibat bosan dia mulai belajar meniru semua gaya dan suara orang tuanya untuk mengerjai pembantunya. Lama-lama dia mulai mempelajari gaya dan suara orang lain, dan pada akhirnya ini menjadi salah satu keahlian dia untuk berbuat kenakalan.”

“Tapi uda Bumi biarpun dia mampu meniru suara orang lain, tapi dia kan masih anak-anak pasti suara orang dewasa yang ditirunya tidak sempurna, pasti masih ada aksen anak-anaknya.”kata Kahar.

“Itu benar sekali, Kahar, tapi kau tahu dia bisa memanfaatkan kain untuk mengeluarkan suara yang berat seperti orang dewasa, entah bagaimana cara dia melakukannya tapi dia pernah berhasil mengelabui Aswin dan Siti ketika dia meniru suaraku.”

“Bagiku ini menunjukkan bahwa Karim juga bukan anak biasa, dia mempunyai kecerdikan dan kepintaran yang luar biasa untuk membuat dirinya senang, selain tentunya bakat alami dia untuk meniru orang lain.”

“Memang betul yang kau katakan itu, Basri tapi ingat hal ini bisa membahayakan orang lain jika dia bermaksud jahat kalau dia besar nantinya. Aku kuatir saja dia bisa mencelakai orang lain dan dirinya akibat bakatnya, makanya aku berusaha untuk menanamkan budi pekerti padanya dengan menyuruh Burhan dan Aswin berteman dengan dia untuk mengajarkan hal-hal baik yang harus dilakukannya.”

“Untungnya dia punya perasaan sungkan pada Burhan, dan sedikit perasaan agak takut pada Aswin, aku sendiri tidak tahu kenapa dia punya perasaan takut pada Aswin. Karena aku pernah melihat suatu ketika dia berbuat kenakalan yang keterlaluan menurutku, dan baru aku mau menegur perbuatannya tapi sudah didahului oleh Aswin.”

“Kenakalan seperti apa yang dilakukannya sehingga menyebabkan anakmu marah?” Tanya Masnan.

“Dia melempari orang gila dengan batu dan teriak-teriak mengejeknya terus, ketika orang gila itu mengejar dia, langsung suruh pembantunya memukuli orang gila itu. Aswin marah sekali melihat hal itu belum pernah aku melihat anakku marah seperti itu, Aswin hanya panggil nama dia sekali saja begitu Karim menoleh ke arah anakku, langsung aku melihat wajahnya berubah menjadi takut dan buru-buru menyuruh pembantunya berhenti memukuli orang gila itu, segera dia menghampiri Aswin dengan kepala menunduk serta berbisik minta maaf. “

“Aku heran sekali kenapa ketika melihat wajah Aswin, dia menjadi takut, padahal aku perhatikan wajah anakku biasa saja seperti wajah anak-anak marah.”

“Masak sih, aku yakin pasti ada sesuatu dalam diri Aswin yang tidak terlihat olehmu uda, tapi terlihat oleh Karim.”

“Mungkin juga Kahar, ada yang terlewatkan olehku saat itu karena aku terlanjut heran dengan kelakuan Karim. Tapi untunglah sejak saat itu Karim berubah menjadi anak yang lebih baik, masih tetap nakal tapi tidak mencelakai orang lain. Bersama dengan anakku dia selalu berbuat keributan di mana saja, hanya bila bersama Burhan saja mereka tidak melakukan perbuatan yang menjengkelkan.”kata Bumi dengan gemas bercampur geli.

“Bagaimana dengan anak yang lain uda, apa mereka dekat juga dengan Aswin?”Tanya Basri.

“Sabar Basri, kamu sepertinya sudah lapar yah jadi tidak sabar menunggu kelanjutan cerita dariku.”goda Bumi.

“Bukan begitu uda, aku hanya ingin segera mengetahui latar belakang mereka supaya pas ketemu lebih tahu apa yang mau kukatakan karena aku ingin segera pulang dan segera melatih ilmu baruku itu seperti yang uda katakan, waktu kita tidak banyak untuk melatih anak-anak tersebut.” Bantah Basri.

“Benar yang kau katakan Basri. Sekarang kita bicara tentang Saiful, sebenarnya aku tidak tahu harus berkata apa tentang anak ini. “Bumi berkata dengan wajah serius.

“Memangnya kenapa uda?” kejar Basri penasaran.

Dengan menghela nafas Bumi bercerita tentang Saiful, “Baru-baru ini aku mengetahui ternyata Saiful itu sering dianiaya orangtuanya. Selama ini aku heran kenapa anak itu selalu memakai baju tangan panjang dan celana panjang. Dan tidak seperti anak yang lain dia selalu murung dan wajahnya selalu terlihat sedih tidak pernah aku melihat dia tertawa seceria teman-temannya. Dia seorang anak yang pemalu dan pemurung sekali, tadinya aku pikir wajahnya sering luka dan bengkak akibat berantem dengan teman seusianya atau seperti alasan yang sering dia katakan saat dia berobat pada Siti bahwa dia sering jatuh karena tidak hati-hati berjalan. “

“Aku tidak pernah memperhatikan hal ini sebelumnya, 3 bulan yang lalu Aswin pulang ke rumah dan bicara padaku, dia bertanya apa pantas seorang ayah memukuli anaknya sampai babak belur bahkan anak itu tidak bersalah sekalipun. Aku yang tidak tahu arah pembicaraan anakku tentu saja agak marah mendengar pertanyaan seperti itu. Aku pikir anakku mau menguji aku, makanya aku menegur dan memberitahukan padanya, sampai kapanpun aku tidak akan memukul dia tanpa alasan yang jelas.”

“Saat aku tanya dia mengapa dia berkata seperti itu, dia menceritakan tentang penderitaan Saiful, rupanya saat itu dia ke rumah Saiful, terus dia mendengar rintihan-rintihan kesakitan, karena penasaran dia mengintip ke dalam rumah, dia melihat sebuah pemandangan yang mengejutkannya, Saiful sedang dipukuli habis-habisan oleh bapaknya dan ibunya hanya melihat saja anaknya dipukuli. Aswin shock sekali melihat itu, karena tidak tahan dia melempar bapak Saiful dengan batu dan menyebabkan luka di kepala bapaknya. Karena terkejut Bapaknya Saiful berhenti menyiksa anaknya dan melihat ke arah jendela. Aswin yang melihat Saiful tergeletak di lantai dalam keadaan babak belur marah sekali. Menurut cerita orang tua Saiful saat itu mata Aswin memancarkan sinar kehijauan yang tajam sekali ke arah mereka, dan wajahnya berubah sangat menakutkan sehingga yang tadinya mereka mau memarahi Aswin karena ikut campur urusan mereka, malah menjadi ketakutan sekali melihat wajah dan mata Aswin. Mereka seperti berhadapan dengan seorang yang sangat agung sekali dan itu membuat mereka berlutut kepadanya untuk meminta ampun. Aku tidak tahu apa yang dilakukan Aswin kepada mereka, tapi saat itu mereka benar-benar merasa ketakutan sekali, mereka tidak berani menceritakan apa yang telah anakku katakan pada mereka.”

“Gila, jaman sekarang masih ada juga orang tua yang sakit seperti itu. Kalau orang seperti itu bertemu dengan aku, akan aku lumat dia menjadi bubur.”kata Basri dengan marah sekali.

“Ketika aku mengetahui hal itu aku juga naik darah, buru-buru aku hendak ke rumah mereka, tapi Aswin bilang dia sudah membawa Saiful untuk diobati oleh Siti. Aku langsung ke ruang pengobatan Siti, apa yang aku lihat di sana benar-benar menggenaskan sekali, anak itu tergeletak di sana dengan wajah hancur berlumuran darah, tulang rusuknya patah, tangannya penuh dengan luka akibat dibakar pakai rokok. Rasanya saat itu juga aku ingin membunuh bapaknya, tubuh kurus kering seorang anak kecil yang berusia 6 tahun mana kuat dia menahan pukulan dari seorang dewasa yang bertubuh sebesar kau, Masnan. Aku merasa malu sekali sebagai seorang wali nagari tapi tidak tahu adanya penyiksaan yang dilakukan oleh seorang dewasa kepada anak kecil di wilayahku. Ternyata ayah Saiful seorang pemabuk dan pejudi, sedangkan ibunya seorang wanita yang tidak mencintai suaminya, karena kekesalan hati sang ayah maka dilampiaskan hal itu pada anaknya, sang ibu yang melihat hal itu masa bodoh saja karena memang sejak dulu dia sudah membenci anaknya yang menurutnya adalah hasil suaminya memperkosa dirinya.”

“Yah Tuhan, aku sampai tidak bisa berkata apapun saat itu, ingin aku mengusir kedua orang itu dari wilayahku, tapi aku takut nanti malah aku tidak bisa mengawasi mereka jika mereka kembali menyiksa Saiful. Sejak kejadian itu Saiful tinggal di rumahku, kalian tahu dibutuhkan waktu hampir 2 bulan untuk memulihkan tubuhnya akibat deraan itu. Setiap kali aku melihat Saiful, hatiku sedih sekali, ingin rasanya berteriak meminta keadilan pada Tuhan kenapa ini harus terjadi pada anak seperti dia. Burhan, Aswin, Karim dan bahkan si kecil Bastian selalu menjaga dan melindungi dia, mereka berusaha menghibur dan menjadi teman yang baik bagi Saiful. Aku jarang mendengar tertawa lepasnya, selama di sini baru sekali aku mendengar suara tawanya ketika dia sembuh dan anak-anak yang lain merayakannya dengan bertindak gila-gilaan di kamar Aswin. Ketika aku masuk mau melarang mereka berbuat keributan, saat itu aku baru melihat senyum dan tawa yang tulus di wajah Saiful, aku tidak sampai hati melarang mereka, hatiku terenyuh melihat senyum dan tawa itu seakan-akan perbuatan ini baru pertama kali dilakukannya.”

Mendengar kisah ini, semua pria yang ada di ruangan itu merasakan hatinya iba dan pedih sekali atas penderitaan anak yang bernama Saiful itu. Bahkan Basri berlinangan air mata, karena jauh dalam lubuk hatinya dia sangat menginginkan seorang anak untuk memeriahkan rumah tangganya tapi apa daya karena dia pernah keracunan sangat hebat membuat dia tidak bisa memiliki seorang anak. Sempat hal ini membuat dia putus asa dan tidak ingin menikah, tapi isterinya, seorang pendekar wanita yang hebat bernama Ropita, berjuluk Gadis Jarum Neraka, tetap bersikeras memilih dia menjadi suaminya, walaupun mengetahui mereka tidak bakal dikarunia seorang anakpun. Memang mereka merencanakan hendak mengangkat anak dalam waktu dekat ini, hanya belum sempat terlaksana karena mereka berdua masih sibuk mengurusi usaha mereka.

Di dalam hati Basri bertekat akan mengambil Saiful sebagai muridnya, karena dia ingin memberikan kepada Saiful perasaan kasih sayang orang tua kepada anaknya, dan ingin menerima cinta yang tulus dari seorang anak.

Lanjut Bumi,”Kalian tahu yang paling memiriskan hatiku adalah ketika aku Tanya kepada Saiful apakah orang tuanya benar menyiksanya, dia malah membela orang tuanya dengan mengatakan dia yang nakal sehingga orang tuanya ingin memberi pelajaran kepadanya supaya lain kali tidak berbuat nakal lagi. Bahkan setelah dia sembuh, dia ingin pulang ke rumahnya, katanya kasihan ibunya tidak ada yang bantuin bersihkan rumah kalau dia kelamaan tinggal di rumahku.”

“Benar-benar anak yang berhati mulia, walaupun disiksa habis-habisan seperti itu masih saja dia berbakti pada orangtuanya. Aku ingin sekali anak itu bisa ikut denganku menjadi muridku, pasti Ropita sangat senang sekali aku bisa membawa pulang Saiful untuk menemaninya.”kata Basri.

“Jadi, kau sudah menetapkan pilihanmu Basri, tidak mau yang lain ? Kita belum mendengar kisah mengenai Bastian kan ?” kata Masnan.

“Uda Masnan, aku sudah menetapkan pilihanku untuk memilih Saiful menjadi muridku, aku tahu kau sudah mempunyai seorang putri, bisa jadi kasih sayangpun terpecah jika Saiful menjadi muridmu, kasihan putrimu nantinya. Sedangkan kami tidak mempunyai seorang anakpun, jadi jika kami melimpahkan kasih sayang padanya tidak akan ada yang merasa iri hati. Karena anak seperti Saiful itu membutuhkan penanganan lebih supaya dia bisa membuka pintu hatinya kepada orang dewasa dan dengan kasih sayang yang berlimpah untuk membuat dirinya merasa menjadi manusia seutuhnya. Tidak seperti sekarang, dia tidak tahu salahnya apa sehingga menerima siksaan seperti ini, orang tuanya sudah memanipulasi jiwanya sehingga dia tidak bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah lagi secara manusiawi.”

“Wah Basri, kau benar-benar serius sekali ingin mengambil Saiful menjadi muridmu, kalau begitu aku sudah tidak bisa bicara lagi, baiklah apa ada yang keberatan jika Saiful jadi murid Basri?”Tanya Bumi.

Masnan dan Kahar sama-sama geleng-geleng kepala karena mereka melihat di wajah dan mata Basri terlihat tekat untuk memiliki Saiful sebagai muridnya, kalau sudah begitu pasti dia pasti akan melakukan apapun agar bisa menjadikan Saiful muridnya. Dan mereka berdua tidak mau ribut hanya masalah begini saja, Masnan sendiri sebenarnya sudah puas dengan Burhan menjadi muridnya, apalagi mendengar cerita mengenai Burhan, dia merasa Burhan akan cocok ikut dia, sebab dia sudah terbiasa menjaga anak mamaknya. Putri Masnan, merupakan seorang anak perempuan yang nakal sekali bernama Nilam berusia 4 tahun, dia tahu semua orang menyayanginya sehingga dia menjadi manja sekali. Bahkan Masnan sendiri tidak sampai hati marah kepada Nilam setiap dia melakukan perbuatan yang nakal. Dia berharap Burhan bisa menangani anaknya seperti dia bisa menangani Aswin, yang dia tahu merupakan seorang bocah laki-laki yang bandel dan cerdik sekali.

“Baiklah, aku teruskan cerita mengenai Bastian, dia merupakan anak terkecil dari kelompok mainnya Aswin, hampir seusia dengan Aswin tapi Aswin tua beberapa bulan darinya. Aku tidak tahu banyak mengenai latar belakang keluarga mereka. Yang aku tahu sepeninggal ayahnya, ibunya mengajak anaknya pindah ke sini, mereka sudah tinggal di sini sekitar 4 tahun lamanya. Ibunya sangat akrab dengan Siti, mungkin karena mereka sebaya, jadi cepat sekali bisa dekat. Ibu bastian bernama Lastri, pernah aku mendengar dia mengatakan kepada Siti bahwa dia tidak mempunyai sanak keluarga karena dia anak tunggal dari orang tuanya yang sudah lama meninggal, selama ini dia dibesarkan oleh keluarga teman ayahnya dan mempunyai guru silat yang dia tidak tahu siapa namanya, karena setiap kali mengajar selalu memakai topeng jadi sampai sekarang dia tidak pernah tahu siapa gurunya itu. “

“Ketika usianya sudah cukup, dia merantau untuk memperdalam pengalaman dan ilmu silatnya. Saat dia merantau di tanah Jawadwipa itulah dia bertemu dengan ayah Bastian, dan mereka menikah. Sampai sebelum ayah Bastian meninggal karena sakit mereka masih tinggal di Jawa, tapi setelah ayah Bastian meninggal mereka meninggalkan daerah itu dan pulang kembali ke asal sang ibu, akhirnya sampailah mereka ke sini. Menyukai daerah ini mereka mulai menetap, sejak kecil Bastian menjadi teman bermain bagi Aswin, tapi Aswin memperlakukan Bastian seperti adiknya saja, selalu berusaha melindungi Bastian dari gangguan siapapun. Lastri juga menyayangi Aswin, dia selalu mengatakan dia mempunyai anak kembar yang nakal sekali, dan aku juga merasakan hal yang sama. Mereka benar-benar seperti anak kembar, ke mana-mana selalu berdua, tapi sejak Aswin mengenal Burhan, Karim dan terakhir dengan Saiful, mereka berlima menjadi sahabat karib bahkan kata Aswin, mereka sudah terikat sumpah setia satu dengan yang lainnya. Anakku benar-benar memusingkan kepala, lagaknya seperti orang dewasa saja.”kata Bumi gemas.

“Dan perlu kalian ketahui dikarenakan Bastian beribukan seorang ibu yang pandai silat, maka sejak kecil dia sudah dilatih silat oleh ibunya, makanya dia bisa mengimbangi kenakalan Aswin. Aku pernah melihat ibunya berlatih dan ilmu silatnya lumayan menurutku, ketika aku pegang tubuh Bastian aku juga sudah merasakan di dalam tubuhnya sudah mengalir tenaga dalam, ini berarti ibunya sudah melatih anaknya sejak kecil. Menurut Siti, Lastri sering menanyakan kepada dia mengenai khasiat tanaman atau binatang2 yang bisa memperkuat tubuh. Terakhir aku dengar dari Siti, dia pernah menanyakan mengenai khasiat dari Lebah Biso (Racun) Api yang merupakan salah satu binatang langka.”

“Hmmm…. seingat aku, konon kabarnya binatang ini merupakan piaraan dari Dewi Kipeh Matohari dari Gunung Merapi. Tapi kenapa dia menanyakan hal ini, apa dia kenal dengan sang Dewi atau dia juga memelihara binatang ini?” kata Kahar dengan kening berkerut.

“Aku tidak tahu mengenai hal itu, karena aku tidak pernah masuk ke rumahnya, tapi kalau dari cerita Siti yang sering main ke rumahnya, dia tidak pernah melihat adanya sarang lebah di rumah itu.”

“Khasiat Lebah Biso Api sangat bagus sekali bagi manusia yang meminum madunya dan memakan ratu lebah. Lebah ini ukurannya sama besar dengan lebah biasa hanya yang membedakan mereka mempunyai tubuh berwarna bening merah keemasan seperti bara api. Dan di setiap satu sarang akan berisikan 5 ekor ratu yang dipimpin oleh 1 ekor ratu yang mempunyai warna tubuh yang paling indah dan cemerlang. Lebah-lebah ini sekali menyengat bisa menyebabkan binatang atau manusia mati seketika dengan tubuh hangus, tapi yang aneh ratu lebah ini tidak mempunyai sengat sehingga ratu-ratu ini sangat dijaga dengan ketat oleh lebah pekerjanya.”

“Kahar, kenapa kau bisa mengetahui mengenai perihal lebah ini?” Tanya Masnan.

“Dulu, aku pernah melihat dan menangkap lebah api itu karena aku tertarik melihat keanehan tubuh lebah itu. Aku sempat tersengat oleh lebah yang kutangkap itu, dan tidak lama tubuhku serasa seperti terbakar api, panas sekali dan tenaga dalamku bergolak dengan hebat sekali. Karena kesal aku makan lebah api itu dengan harapan rasa terbakar di tubuhku menghilang, tapi ternyata aku keracunan malahan panas tubuhku meningkat dan aku merasa kulitku terbakar perih sekali serta mulai melepuh, banyak tumbuh benjolan-benjolan berisikan air di sekitar tubuhku. Ini sangat menyiksa sekali aku tidak bisa mengerahkan tenaga dalamku karena dia bentrok dengan racun dari lebah api itu. Aku tidak tahu berapa lama aku dalam keadaan seperti ini, ketika aku sadar dan membuka mataku, di depanku berdiri seorang wanita tua yang masih cantik memandangku dengan tenang. Dia mengatakan bahwa untung dia lewat di tempatku, sehingga bisa menyelamatkan nyawaku karena makan lebah apinya, dia memperkenalkan dirinya dengan sebutan Dewi Kipeh Matohari dan mengatakan lebah api itu adalah piaraannya. Aku disembuhkan dengan menggunakan madu dari lebah api tersebut, tapi ada efek yang tidak terduga pada diriku, tenaga dalamku berubah menjadi berunsurkan api, karena racun lebah api melebur ke dalam tenaga dalamku.”

“Sejak saat itu aku berlatih ilmuku mengarah ke unsur api akibat sengatan lebah biso api itu. Dan sang dewi mengatakan kepadaku, untung aku tidak memakan ratu lebah apinya karena kalau itu terjadi entah bagaimana dia bisa membantuku. Karena aku harus minum madunya dulu beberapa waktu baru kemudian boleh makan ratu lebah api untuk menambah tenaga dalamku.”

Yang heran adalah Bumi, semua terjadi sesuai dengan perkataan dari Pangeran Satyawarman, bahwa sang guru akan memilih murid-muridnya sendiri tanpa dia harus memberikan petunjuk kepada mereka siapa yang akan menjadi murid mereka masing-masing. Dan semua itu cocok dengan kelima unsur yang disebut oleh beliau untuk melengkapi unsur air, yang menjadi pusat keseimbangan dalam menghancurkan dunia kegelapan.

Terdengar suara ketukan di pintu, dan anak buah Bumi memberi salam sekaligus memberitahukan bahwa para tamu sudah hadir di ruang tengah. Segera mereka beranjak menuju ke ruang tengah untuk menemui calon murid mereka. Di sana terlihat semua hadir, Lastri ibunya Bastian, orangtua Saiful, orang tua Karim yang kebetulan sudah pulang dari merantau, Mamaknya Burhan dan Siti ada bersama mereka. Sedangkan anak-anak terlihat sedang berkumpul di sudut ruangan berbicara sambil ketawa cekikikan. Bumi memanggil nama Aswin, dan segera semua bocah itu melihat ke arah Bumi, mereka melihat 5 orang bocah yang berwajah cakap dan lugu yang sedang memandangi mereka. Dalam hati mereka, jika bocah-bocah ini besar nanti pasti akan membuat banyak perempuan yang tergila-gila, mereka semua mempunyai ketampanan yang berbeda satu dengan yang lain.

“Aswin, bawa teman-temanmu ke sini, kenalkan dengan para pamanmu!”

“Baik ayah, hayo teman-teman aku kenalkan dengan para pamanku yang gagah berani ini.”

Segera bocah-bocah ini berdiri mengikuti Aswin yang menghampiri keempat pria gagah yang sedang berdiri dekat pintu pembatas ruang tengah dan ruang dalam. Aswin memperkenalkan mereka semua dengan cara dia yang lucu dan menggemaskan.

“Hmmm…. Teman-teman, pria yang gagah dengan kumis melintang itu bernama Paman Masnan, pria yang selalu tersenyum manis itu bernama paman Basri dan terakhir yang paling ganteng diantara semua pamanku yang tercinta ini bernama paman Kahar atau aku sebut beliau, Manusia Api… hehehehe..” kata bocah nakal tersebut dengan tertawa jahil.

“Manusia Api…? Kenapa disebut demikian ? Apa dia bisa mengeluarkan api ? Bagaimana caranya ?” Tanya keheranan bocah yang paling kecil diantara mereka dan mempunyai wajah yang sangat imut-imut pada Aswin.

Belum sempat Aswin menjawab, langsung Kahar yang menjawab karena dia tidak mau Aswin membuat dia jadi bahan tertawaan apalagi ada Siti,”Pertanyaan bagus sekali, anak baik. Paman tidak bisa mengeluarkan api, hanya Aswin saja yang pintar-pintar memberi julukan Manusia Api pada paman.”

“Iya, tapi tidak mungkin Aswin berikan nama Manusia Api pada paman kalau tidak ada alasannya!” bantah bocah lain yang berwajah gagah dan sinar mata tenang itu.

Semua mata para bocah itu memandang Kahar, seolah minta jawaban, sepertinya mereka lupa siapa yang memberi julukan kepada Kahar. Kahar yang ditanya balik seperti itu kebingungan juga ditatap keempat pasang mata dengan penasaran dan sepasang mata yang memandang dengan nakal sambil tersenyum-senyum jahil.

Ketiga temannya memandang dia dengan tersenyum-senyum, sedangkan orang lain di ruangan itu memandang bingung pada pemuda tampan ini, tapi ada 2 orang wanita yang memandang wajah Kahar itu dengan perasaan yang berdebar-debar. Akhirnya Kahar memutuskan untuk menceritakan yang kejadian tadi pagi dengan versi dia, tapi belum sempat dia bicara, sudah dipotong oleh Bumi yang kasihan melihat dia dipelototin oleh bocah-bocah nakal itu.

“Sudah, nanti saja kalian Tanya sama Aswin sendiri, sekarang paman mau memperkenalkan orang tua kalian pada paman-paman ini.”

“Tapi ayah, para paman kan belum kenalan sama teman-temanku!” kata Aswin.

“Ya, sudah kamu lekas perkenalkan temanmu pada para paman.”

“Baiklah paman-pamanku tercinta,”kata Aswin dengan lagak jenaka,”ini aku perkenalkan teman-temanku,”sambil menunjuk tangannya ke arah kanannya, “anak yang berwajah gagah menyeramkan itu bernama Burhan, terus di sebelahnya yang bermata dingin itu bernama Saiful, di sebelah kiri yang ini yang paling bawel namanya Karim, sedangkan yang kecil lucu itu bernama Bastian.”

“Aswin, aku itu tidak kecil, umur kita sama.”protes Bastian.

“Lho memang badan kamu paling kecil diantara kita, benar tidak teman-teman?” Tanya Aswin.

Yang lain manggut-manggut menjawab pertanyaan Aswin sambil tersenyum geli karena mereka tahu sebentar lagi akan terjadi perang mulut antara kedua bocah itu. Belum sempat Bastian membela diri, segera Bumi bicara,” Anak-anak, sekarang giliran kalian perkenalkan orang tua kalian pada paman-paman ini.”

“Bastian, kamu kenalkan ibu kamu pada paman di sini.”perintah Bumi cepat, karena dia sudah tahu jika tidak cepat melerai mereka, bisa ribut berkepanjangan.

Dengan wajah cemberut bocah imut-imut ini menghampiri ibunya dan menarik tangannya menuju ke arah pria-pria itu, “Paman sekalian ini ibuku, namanya Lastri.”

Lastri dengan merangkap tangan di dada memberikan salam kepada mereka semua, sambil mencuri-curi pandang pada Kahar. Segera mereka membalas sapaan itu dengan hormat yang sama. Ibu Bastian ini merupakan seorang wanita yang cantik, masih berusia muda sekitar 28 tahunan, dan matanya bersinar cukup tajam menandakan dia mempunyai ilmu tenaga dalam. Hatinya bergetar saat dia melihat Kahar, karena wajah pemuda itu mirip sekali dengan teman masa kecilnya dulu, dia ingin menanyakan hal ini kepada Kahar tapi tahu situasi tidak memungkinkan oleh karena itu dia akan mencari kesempatan untuk menanyakan hal ini.

Kemudian Bumi menunjuk kepada Burhan, segera bocah ini mengetahui maksud Bumi, dan berjalan menghampiri mamaknya. Mereka berjalan menuju ke kelompok ini, “Paman, ini mamakku namanya Datuak Sapinggan Alang.”

“Salam kenal saudara-saudaraku.”kata mamak Burhan dengan kedua tangan merangkap di dada, dibalas oleh mereka semua.

Giliran Karim yang ditunjuk Bumi, sebelum anaknya menghampiri kedua orang tua Karim sudah mendahului berjalan menuju mereka.

“Perkenalkan nama saya, Jintan, dan isteri saya, Hasnah.”kata orang tua Karim dengan ramah.

Tinggal giliran Saiful yang memperkenalkan orang tuanya, tapi Bumi dengan cepat mengarahkan matanya ke arah dua orang yang sedang berdiri dengan agak takut-takut memandang ke mereka. Kedua orang ini merasakan tatapan kemarahan dari para pria yang belum mereka kenal itu mengarah kepada mereka. Bumi melambaikan tangannya memanggil kedua orang itu, dengan perlahan kedua orang itu mendekati.

Basri yang memang berniat untuk mengambil Saiful sebagai muridnya, sudah memperhatikan bocah itu sejak Aswin memperkenalkan mereka. Hatinya sangat terenyuh melihat tubuh kurus anak yang bernama Saiful itu, anak ini cukup tinggi dibandingkan dengan anak seusianya, tubuhnya ringkih sekali, berwajah sendu dan memiliki mata yang begitu dingin. Dia kelihatan tampan sekali pada saat tersenyum, di kedua belah pipinya terlihat dekik yang sangat dalam. Dan entah kenapa begitu memandang wajah sendu itu, Basri langsung jatuh sayang kepada anak ini, dia berjanji dalam hati akan merawat anak ini sebaik-baiknya, bila memungkinkan dia ingin mengangkat anak ini sebagai anaknya, tapi nanti masalah ini dibicarakan lagi karena dia belum tahu bagaimana reaksi isterinya begitu melihat Saiful.

Ketika kedua orang tua Saiful sudah sampai di dekat kelompok ini, Basri baru menolehkan kepalanya menatap kedua orang yang begitu kejam terhadap anak sendiri. Sang ibu berwajah cantik manis dengan tubuh yang masih sintal tapi memiliki mata yang sangat dingin sekali seperti mata anaknya. Sang ayah berwajah biasa saja dengan bibir lebar dan tebal sehingga membuat wajah itu terlihat jelek sekali jika tersenyum, tapi berbadan tinggi besar dan urat-urat yang menonjol di sekitar tangannya membuat pria ini kelihatan sangat menyeramkan. Membayangkan kepalan tangan sebesar buah kelapa meninju anak seringkih Saiful membuat Basri ingin sekali menghajar pria itu sampai semaput.

Dengan tergagap pria itu memperkenalkan namanya dan isterinya, keempat pria yang lain dengan wajah dingin menyambut penghormatan yang diberikan kepada mereka. Setelah itu segera Bumi mengajak mereka ke ruang makan untuk makan siang bersama, anak-anak mendengar kata makan langsung gembira dan berlari-lari mengikuti Aswin yang menarik tangan Burhan dan Saiful ke dalam. Siti sudah menunggu mereka semua di ruang makan, dan sudah mulai menyajikan makanan di meja dan menata piring dan gelas di setiap kursi yang ada. Lastri dengan cepat berusaha membantu Siti, sedangkan ibu Saiful pura-pura tidak melihat kesibukan itu, dia malas sekali membantu karena takut jari tangannya bisa rusak. Selama ini setelah Saiful berusia 5 tahun, ibunya memaksa dia untuk mengurus dapur dan menyediakan makanan, bayangkan anak sekecil itu sudah dipaksa melakukan pekerjaan seorang ibu, benar-benar perempuan yang sadis sekali.

Oleh karena itu Basri yang sudah mendengar kisah Saiful menjadi tidak suka sekali pada kedua orang ini, dia sempat melihat tubuh ringkih Saiful yang menegang ketika kedua orangtuanya mendekati dan berdiri di belakangnya. Seolah-olah tubuh kecil itu siap jika terjadi sesuatu, ini merupakan sebuah gerakan reflek dari sang bocah setiap saat dia bersama kedua orangtuanya itu. Mendidih hati Basri melihat keadaan itu, ingin rasanya dia berteriak memaki-maki kedua orang yang tidak tahu malu itu, tapi dia kuatir jika dia melakukan itu dia akan membuat Saiful takut menjadi muridnya.

Karena tidak tahan Basri langsung berjongkok memandang Saiful,”Namamu Saiful kan ? Berapa usia kamu sekarang?” Tanya Basri lembut pada Saiful. Mata Saiful memandang Basri dengan dingin dan membisu, melihat hal ini ayahnya langsung mendorong tubuh anaknya untuk menjawab pertanyaan itu. Tangan Saiful langsung menutupi wajahnya dan tubuhnya mengkeret seolah-olah dia takut dipukul oleh sang ayah. Basri yang melihat hal ini tidak tahan lagi ingin segera meninju muka ayah Saiful dan memakinya, tapi untung Bumi segera melihat perubahan wajah Basri, cepat dia memegang pundak Basri untuk menenangkannya. Sedangkan ayah Saiful melihat wajah Basri menjadi takut dan berkeringat dingin, karena mata Basri memancarkan hawa pembunuh ke arahnya.

“Tenang Saiful, kamu tidak usah takut sama paman Basri, dia orang baik dan ingin mengetahui usia kamu jadi kamu harus menjawabnya.” Kata Bumi dengan lembut.

“Iya, uda Saiful, aku kan sudah bilang kalau ditanya harus jawab, kan uda tidak bisu.”tukas Aswin.

Dengan suara perlahan sekali nyaris tidak terdengar Saiful menjawab pertanyaan Basri,”6 tahun”

“Kamu takut pada paman?”Tanya Basri.

Saiful menggeleng-gelengkan kepalanya sambil menunduk, tadi saat dia memandang wajah pria murah senyum ini, dia merasakan sebuah kehangatan dalam dirinya. Dia tahu pria ini tidak akan pernah menyakitinya seperti ayahnya, dia melihat cara pria itu memandang dirinya seperti ayah Aswin memandang Aswin, ada perasaan bahagia ditatap seperti itu. Sekalipun mata ayah Aswin menyorot marah pada anaknya tapi tetap dia merasakan beda dengan sorotan mata ayahnya. Saiful benar-benar seorang anak yang sangat sensitive akibat luka batinnya yang diderita sejak dia kecil, sehingga dia bisa menyelami perasaan orang lain padanya. Diam-diam di hatinya terbesit pikiran seandainya pria bernama Basri ini ayahnya pasti hidupnya akan penuh senyum seperti pria itu. Sekarang ini dia tidak mampu terlalu banyak tersenyum karena memang dia merasa tidak ada hal yang bisa membahagiakan dirinya di rumah, kecuali saat dia bersama teman-temannya.

Basri merasa lega sekali, Saiful tidak takut padanya, dia merasa ada sebuah kemajuan dalam hubungan mereka, dia akan menyediakan waktu agar anak ini mau pergi bersamanya, tadinya dia buru-buru mau mengajak anak itu pergi tapi setelah melihat Saiful, dia tahu harus pelan-pelan membujuk anak ini untuk ikut bersamanya karena anak ini mempunyai trauma dengan orang dewasa selalu kuatir dia akan dipukul. Dia bertekat anak ini harus ikut dengannya menjauhi orang tuanya yang sadis dan kejam itu.

Begitu juga dengan Masnan, dia merasa puas sekali dengan pilihan hatinya, Burhan memang benar-benar seorang anak yang berbadan kokoh dan berwajah jantan sekali, dengan alis hitam yang tebal dan mata yang begitu tenang melihat sekitarnya, benar-benar bocah pilihan. Dia yakin sekali bisa mengajarkan ilmunya kepada Burhan tanpa perlu susah payah, ditambah lagi dia akan tenang sekarang karena ada yang akan menemani putrid tunggalnya bermain.

Dan Kahar puas dengan calon muridnya, yang memang seperti Aswin katakan bertubuh paling kecil diantara mereka dan memiliki wajah imut-imut sekali serta mata yang berbinar-binar terang seperti bintang di pagi hari. Mengingatkannya pada adik terkecilnya yang sudah meninggal dunia, dia seperti menemukan lagi adik yang paling disayanginya itu dalam diri Bastian.

Lain lagi dengan Bumi, selama ini karena dia sudah tahu kelakuan Karim, selama anak itu bergaul dengan anaknya dan akhir-akhir ini menjadi muridnya bersama yang lain, dia sudah lama mengamati tingkah laku anak itu dan sudah tahu anak itu merupakan bocah pilihan dengan kecerdasan yang ditunjukan selama ini mengatasi semua kesulitan yang datang padanya dan tugas yang akan diembannya kelak.

Mereka semua puas dengan calon murid mereka, sekarang tinggal bagaimana menyampaikan kepada orang tuanya untuk bisa membawa murid tersebut pergi ke tempat mereka. Bumi yang melihat wajah teman-temannya jadi senang karena dia tidak melihat ada kekecewaan di wajah mereka, semuanya sepertinya antusias sekali untuk cepat-cepat bisa membawa muridnya pulang terutama Masnan dan Basri.

Segera Bumi mengajak mereka semua ke ruang makan untuk makan siang bersama sambil saling mengakrabkan diri. Basri yang telah jatuh sayang pada Saiful berjalan mendampingi bocah itu, dia belum berani mengulurkan tangannya takut sang anak akan menjauhkan diri jadi dia hanya mengajak Saiful untuk berjalan bersamanya. Saiful yang sensitive ini bisa merasakan rasa sayang dari Basri, dia senang sekali ternyata ada orang asing yang bisa menyukai dia, tapi di wajahnya tidak terlukis kebahagiaannya, hanya matanya tidak bersinar sendu dan dingin seperti tadi, sekarang ada setitik cahaya di sana. Basri melihat hal itu dan menjadi senang sekali, dia semakin optimis anak ini akan bisa dia pulang.

Masnanpun berjalan di samping Burhan, dia menyukai cara berjalan Burhan yang gagah dan kokoh, bahu bidang yang tegap dan langkah kaki yang mantap membuat dia merasa tidak sia-sia selama ini dia menunggu untuk mendapatkan seorang murid yang bagus seperti Burhan. Dan dia juga yakin isteri dan anaknya pasti menyukai anak ini, sebenarnya jika dia mau jujur dialah yang paling bahagia dengan adanya Burhan, dia merasa seolah-olah mendapat anak laki-laki yang selama ini dia inginkan tapi sayang sang isteri tidak bisa memberikan anak laki-laki untuknya karena kondisi isterinya yang tidak memungkinkan. Tidak seperti pria lain yang mempunyai isteri lebih dari satu dengan alasan apapun, dia mempunyai prinsip jika laki-laki tidak bisa memenuhi janji yang telah dikeluarkan dari mulutnya maka dia bukan seorang kesatria yang pantas dihormati, melainkan seorang pecundang besar. Burhan merasakan perhatian pria ini padanya, dan di dalam hati dia sangat mengagumi dan menaruh rasa hormat pada pria gagah tersebut, dia ingin jika dia besar nanti akan bisa seperti paman Masnan yang kelihatannya gagah perwira dan berwibawa.

Karim, Bastian dan Aswin berjalan bersama-sama sambil saling berbicara dan tertawa-tawa. Disusul oleh para orang tua dan wali dari masing-masing anak itu. Kahar berjalan bersama Bumi sambil sekali-kali mencuri pandang ke arah Siti yang kelihatan sedang asyik bercakap-cakap dengan ibu Bastian. Kedua perempuan ini benar-benar cantik sekali, ibu Bastian masih terlihat cantik sekali mungkin karena usianya yang masih muda. Dia juga merasakan bahwa wanita ini sering mencuri-curi pandang ke arahnya, dia merasa risih sekali karena jauh dalam lubuk hatinya dia berharap Sitilah yang mencuri-curi pandang padanya. Tapi terlihat Siti dengan tenang dan lembut berjalan dan tidak pernah sekalipun dia merasa memandang ke arahnya.

Sampai di ruang makan, di meja makan tersaji makanan yang banyak dan terlihat sangat mengundang selera, seperti ada daun singkong rebus, gulai pakis, rendang, gulai kol, ikan bakar, ayam balado, dan lain-lain, tidak ketinggalan lado mudo (cabe hijau) dan krupuk merah yang menjadi ciri khas daerah Batang Kapeh. Wah benar-benar menggiurkan, Bumi menyilahkan tamu-tamunya untuk duduk, dengan segera mereka mengambil posisi mengelilingi meja besar itu. Anak-anak kebagian duduk di meja kecil yang terletak di sudut ruangan, di sana juga tersaji makanan khas untuk anak-anak.

Setelah berbasa-basi sejenak, mereka mulai makan dengan lahap, makanannya benar-benar sangat enak sekali, tidak lama berkumandang pujian untuk Siti yang telah susah payah memasak makanan seenak ini. Yang dipuji hanya bisa tersipu malu, dan Kahar memandang sang pujaan hati dengan mata yang berbinar-binar, makanan yang dimakannya terasa sangat nikmat melebihi makanan yang tersaji di istana Pagaruyuang. Cukup lama juga mereka menikmati makanan lezat ini, karena mereka makan sampai menambah-nambah nasinya, semua orang merasa senang dan gembira.

Setelah mereka mencicipi hidangan penutup seperti pisang hasil kebun sendiri, es kelapa muda dan kue manis, mereka berjalan kembali ke ruang tengah untuk melanjutkan pembicaraan. Sampai di ruang tengah, masing-masing ambil posisi duduk yang menyenangkan bagi mereka.

Bumi membuka pembicaraan ini dengan memberikan salam kepada mereka semua, dia memperkenalkan teman-temannya dengan gelar dan status mereka miliki karena ini akan mempermudah mereka untuk memberitahukan maksud dari dia dan teman-temannya yang ingin mengambil anak-anak mereka sebagai murid.

“Para saudara sekalian, tadi kita sudah mengetahui nama dari teman-temanku ini, tapi kalian kan belum tahu siapa mereka ini sebenarnya.” Dia melihat warganya manggut-manggutkan kepalanya membenarkan ucapannya.

“Baiklah aku akan memberitahu kepada kalian mengenai mereka, pria berkumis nan gagah tersebut seperti yang kalian tahu bernama Masnan, beliau adalah wakil panglima pasukan Garuda Malayang, yang sangat terkenal dengan kehebatan para anggotanya. Beliau bergelar Panglima Garuda Emas, yang artinya beliau merupakan pimpinan dari pasukan Garuda Emas, sebuah pasukan elite utama kerajaan yang bertugas mengawal keluarga raja dan melindungi istana dari serbuan pengacau. Tidak sembarang orang bisa masuk jadi pasukan Garuda Emas, banyak pemuda-pemuda kita berambisi bisa masuk jadi anggota tapi seleksinya sangat ketat sekali sehingga yang benar-benar hebat dan tangguh yang bisa menjadi pasukan Garuda Emas.” Kata Bumi dengan bangga.

Pasukan Garuda Malayang merupakan pasukan yang sangat terlatih dengan baik dan menjadi kebanggaan kerajaan. Pasukan ini terdiri 5 unit utama, yaitu pasukan Garuda Emas, Garuda Perak, Garuda Besi, Garuda Hitam dan Garuda Merah. Garuda Emas bertugas melindungi istana dan keluarga raja, Garuda Perak merupakan pasukan perang yang dimiliki kerajaan bertugas untuk melindungi kerajaan dari serangan musuh, Garuda Besi merupakan pasukan penjaga keamanan di perbatasan kerajaan dengan tetangga, Garuda Hitam merupakan pasukan mata-mata kerajaan, tidak ada yang tahu berapa banyak anggotanya dan siapa pimpinan pasukan ini karena semua mereka menggunakan topeng dan pakaian dari kain hitam bahkan mata mereka ditutup dengan kain jaring hitam sehingga orang lain tidak bisa menduga siapa gerangan orang-orang dari pasukan ini konon kabarnya orang yang direkrut di dalam pasukan ini merupakan orang-orang yang terhebat dan pilihan dari pasukan garuda lainnya (tidak ada seorangpun yang tahu bahwa panglima pasukan ini adalah Bumi, hanya 3 orang saja yang tahu hal ini, yaitu raja, penasihat kerajaan dan panglima besar kerajaan). Dan terakhir adalah pasukan Garuda Merah yang bertugas menjaga keamaan di dalam kerajaan ibaratnya polisi jaman sekarang. Masing-masing pasukan Garuda ini dipimpin oleh seorang panglima yang bertanggung jawab kepada panglima besar dan raja. Ini sekelumit tentang unit-unit yang ada dalam pasukan Garuda Malayang.

“Ah, uda Bumi ini terlalu memuji, aku hanya orang biasa saja, kebetulan saja raja mempercayai aku untuk memimpin pasukan Garuda Emas itu.” Kata Masnan dengan rendah hati.

Para orang tua dan wali dari anak-anak itu sangat terkejut saat mendengar perkenalan dari Bumi, tidak pernah mereka sangka ternyata pria gagah ini merupakan seorang panglima dari pasukan elit kerajaan. Bermacam-macam perasaan timbul di hati masing-masing, ada perasaan bangga, kuatir, cemas dan takut, yang paling mendesak adalah perasaan bertanya-tanya kenapa seorang panglima kerajaan diperkenalkan pada mereka, apa tujuan sebenarnya. Tapi mereka semua diam dan menunggu perkenalan selanjutnya, sekarang mereka menjadi penasaran siapa sebenarnya kedua pria lainnya.

“Nah, yang di samping kiriku ini bernama Basri Surian, merupakan seorang pedagang sangat terkenal sekali. Mungkin yang suka merantau dan berdagang di luaran mengenal Balai Gadai Damai atau Rumah Makan Sabana Sero, beliau ini pemiliknya.”kata Bumi.

Orang tua Karim langsung menarik nafas kaget karena mereka sudah mendengar kedua nama tersebut, tidak pernah mereka menyangka pria murah senyum ini adalah pemilik Balai Gadai Damai, yang merupakan tempat orang menggadaikan barang-barangnya untuk mendapatkan uang, ada di mana-mana, hampir di setiap nagari ada balai ini, begitu juga dengan rumah makan tersebut juga tersebar di banyak tempat dan sangat terkenal dengan masakan rendang dan gulai otaknya yang luar biasa enaknya. Itu yang mereka tahu saja, tapi dari kabar yang beredar pemilik kedua tempat ini bahkan punya banyak usaha lainnya dan isterinya merupakan pendekar pilih tanding yang terkenal 20 tahun yang lalu dengan julukan Gadis Jarum Neraka, dengan senjata rahasianya berbentuk jarum sudah banyak tokoh sesat yang dibinasakannya dan tidak pernah memberi ampun kepada mereka.

“Beliau ini mempunyai julukan Rangkayo dari Sijunjuang.”sambung Bumi kepada yang lain.

Kembali terdengar desah kaget mendengar julukan beliau, sungguh tak terbayangkan bagaimana kaya rayanya orang ini dan pasti ilmu silatnya juga sangat hebat karena beristerikan seorang pendekar wanita ternama. Tamu yang lain yang belum pernah mendengar julukan ini jadi bertanya-tanya pada Jintan, sambil berbisik-bisik Jintan dan isterinya menjelaskan pada mereka, setelah itu mereka baru mengerti siapa pria murah senyum ini dan bertanya-tanya dalam hati jika dia memang orang sekaya itu kenapa berpakaian sangat sederhana sekali. Mereka sempat meragukan hal ini tapi karena yang memperkenalkan adalah wali nagari yang sangat mereka hormati jadi mau tidak mau mereka mempercayainya.

“Nah, pemuda yang tampan ini bernama Kahar atau terkenal juga dengan nama Sutan Mudo Barangin, masih kemenakan dari raja kita sekarang, dan beliau juga sangat terkenal di dunia persilatan.”

Mereka semua yang hadir tambah terkejut lagi dengan status dari pemuda tampan itu, ini artinya dia seorang pangeran juga. Memang terpancar di wajahnya aura keagungan keluarga kerajaan, sikap dan tindak tanduknya sangat halus sekali seperti sikap seorang bangsawan. Lastri merasa lebih terkejut lagi, karena teman masa kecilnya memang dari keluarga kerajaan juga, semakin yakin dia bahwa Kahar adalah teman masa kecilnya, dia sudah merencanakan akan mendekati pemuda ini dan menanyakannya. Sebenarnya Kahar adalah teman kakaknya tapi sering bermain juga dengan dirinya, diam-diam waktu kecil dia berangan bisa menjadi isteri Kahar, dan perasaan cinta ini sampai sekarang masih ada di dadanya. Dia tahu Kahar belum mempunyai isteri, dia sudah menanyakannya pada Siti, walaupun dia sudah punya anak tapi dia yakin masih bisa merebut hati Kahar, karena dia masih terlihat cantik dan usianya juga masih lebih muda dari Siti 2 tahun ditambah lagi waktu kecil dulu mereka pernah berjanji akan menjadi suami isteri ketika besar nanti.

Lastri mulai mengkhayalkan menjadi isteri Kahar, dia tidak menyadari bahwa Kahar tidak mempunyai perasaan apapun padanya bahkan ingat dia teman masa kecilnya saja tidak. Hati Kahar sekarang ini terisi penuh dengan wajah Siti, dia sudah tidak mampu lagi melihat wanita lain, apalagi sang pujaan hati begitu memikat hati penampilannya siang ini seakan membetot sukmanya keluar dari tubuhnya. Ini sebabnya dia tidak dengar saat Bumi memperkenalkannya pada yang lain, karena dia sedang sibuk meredakan denyut jantungnya ketika pandangan matanya bersirobok dengan kerlingan mata Siti. Bumi yang tidak mendengar sahutan dari Kahar, memalingkan wajahnya melihat Kahar, dan langsung tawanya hampir tersembur keluar, karena melihat wajah Kahar yang memerah malu sambil curi-curi pandang pada Siti. Seorang pria dewasa yang terkenal ketampanannya dan ilmu silatnya yang hebat bisa salah tingkah di depan seorang gadis.

Semakin bulat tekat Bumi untuk menjodohkan kedua insan ini, karena dia sudah melihat tanda-tanda dari keduanya yang saling menyukai. Dia merencanakan nanti malam akan menanyakan hal ini pada Kahar, apakah serius ingin mempersunting Siti. Tidak pernah terpikirkan olehnya bahwa mereka berdua pernah saling menjalin hubungan asmara dulunya yang berakhir dengan kesedihan, ditambah lagi dengan kehadiran Lastri yang akan menyulitkan dia menyatukan kedua insan ini.

Setelah acara perkenalan selesai, para orang tua dan wali keempat anak yang sedang asyik bermain dengan Aswin ini tambah menjadi sungkan terhadap tamu istimewa dari wali nagari mereka. Tidak pernah terlintas dalam benak mereka untuk bisa bertemu dan berbicara dengan tamu istimewa ini. Dan ini semakin timbul pertanyaan dalam hati mereka, mau apa orang-orang terkenal seperti mereka mau berkenalan dengan mereka yang bukan siapa-siapa ini. Dengan wajah yang kebingungan mereka memandang wajah wali nagari dan ingin mengajukan pertanyaan. Bumi yang sudah melihat gelagat mereka ingin bertanya segera membuka suara untuk menjelaskan.

“Bapak-bapak dan ibu-ibu, kedatangan kalian ke rumah aku ini dikarenakan aku mau minta pendapat dari kalian mengenai sebuah persoalan, entah kalian bisa membantu atau tidak?”



Apa tanggapan mereka atas permintaan Wali Nagari itu ? Apa yang akan terjadi dengan calon murid ini ?


bersambung
Tags: 5 | bumi | harimau | kegelapan | minang | muda | nagari | ranah | siti | wali
Diposkan oleh sieklie at 08:58 | Permanent Link | Komentar (0) |
Selasa, November 13, 2007
IV. Para guru
Pagi-pagi sekali sudah terlihat kesibukan orang di Batang Kapeh, ada yang sudah bersiap-siap masak untuk sarapan, mencuci, mandi, jalan pagi sambil menghirup udara segar. Benar-benar suasana terasa tenang dan damai, orang-orang yang tinggal di rumah Wali Bumipun sudah bangun sejak tadi, dan di halaman belakang rumah sudah terdengar suara-suara orang yang sedang berlatih silat. Terlihat Wali Bumi sedang berlatih silat dengan Masnan, sedangkan Kahar dan Basri duduk memperhatikan mereka dari arah teras belakang rumah. Di atas meja kecil dengan tempat mereka duduk sudah tersedia 4 gelas kopi yang mengeluarkan asap mengepul dan 1 kendi berisikan air putih segar untuk mereka nikmati di pagi yang cerah ini. Tak lama Siti keluar dari rumah sambil membawa sepiring pisang goreng dan ketan putih dicampur kelapa dan gula untuk menemani mereka sambil minum kopi. Di belakang Siti, menyusul Aswin yang baru bangun dengan mata yang masih sayu memandang ke halaman belakang melihat ayahnya bersilat dengan paman Masnan.

“Selamat pagi uda Basri dan uda Kahar, apakah tidurnya nyenyak semalam ?” Tanya Siti kepada mereka.
“Selamat pagi juga Siti, wah awak (kamu) terlihat segar dan cantik sekali. Kami bisa tertidur dengan nyaman semalam walaupun sempat juga berpikir tentang mimpi aneh uda Bumi.” Jawab Basri.
“Selamat pagi Siti.” Jawab Kahar,

Hanya perkataan itu yang sanggup keluar dari mulutnya karena dia sedang sibuk meredakan detakan jantungnya yang tiba-tiba berdetak lebih kencang dari biasanya, dia takut orang bisa melihat bajunya bergerak akibat debaran jantungnya yang menggila setelah melihat Siti yang pada pagi ini terlihat sangat cantik dan segar seperti yang dikatakan Basri. Mengenakan baju kurung krem lembut dan sarung songket coklat yang sepadan serta rambut yang dikonde kecil dengan anak-anak rambut yang mengitari wajah ayunya membuat gadis ini terlihat sangat cantik, pantas saja gadis ini menjadi salah satu dari wanita tercantik di ranah minang ini. Bahkan Basri yang sudah mempunyai isteri saja dan mencintainya bisa melihat betapa cantiknya dara ini apalagi Kahar yang memang sudah lama mencintai Siti rasanya jantungnya seakan mau meledak melihat senyum manis dari Siti menjawab sapaan mereka. Kisah mereka berdua akan penulis ceritakan pada bab yang lain, tidak kalah serunya juga kisah perjumpaan dan perpisahan mereka.

Tiba-tiba Aswin berteriak,”Wah, ayah kena pukulan paman, yah ayah payah masak dak bisa balas pukul paman di rusuk kiri.”

Teriakan Aswin ini membuyarkan pikiran Kahar mengenai Siti tapi juga mengagetkan mereka dengan pernyataan Aswin tersebut, karena apa yang dikatakan oleh Aswin benar adanya seharusnya Bumi bisa mengatasi pukulan dari Masnan dengan menyerang rusuk kiri Masnan sehingga akan membuyarkan serangan tersebut karena yang bersangkutan buru-buru hendak melindungi rusuk kirinya. Kedua orang yang sedang berlatih itu otomatis menghentikan kegiatan mereka dan memandang Aswin dengan terkejut sekali bahkan Basri dan Kaharpun terlihat sedang memandang bocah bandel itu dengan sama kagetnya.

Sungguh tidak masuk akal anak sekecil itu bisa melihat kelemahan seseorang dari sebuah pertandingan silat, apalagi sang ayah yang ditegur itu malah merasa tidak percaya anaknya bisa mengetahui kelemahannya dalam ilmu silat. Saking penasarannya sang ayah menanyakan kepada anaknya,” Aswin, kenapa kau bisa tahu, ayah harus menusuk tulang rusuk kiri pamanmu?”

“Tadi aku disuruh kakek Inal untuk memperhatikan pertandingan ayah dengan paman, lalu kakek menunjukan kelemahan ilmu silat ayah dan paman,” sahut Aswin yang sekarang kelihatan jauh lebih segar dari tadi, matanya berkilat penuh cahaya semangat.

Mereka menjadi maklum karena ada orang pintar yang melihat kelemahan ilmu mereka, jadi setidaknya mereka tidak terlalu malu jika seandainya benar-benar Aswin yang bisa melihat kelemahan itu. Lain halnya dengan Kahar, dia mempunyai pemikiran sendiri, biarpun Aswin dibantu oleh pendekar nomor satu seperti Datuak Inyiak Balang tapi belum tentu dia bisa melihat pertandingan tersebut karena gerakan yang dilakukan oleh kedua orang tadi sungguh cepat sekali kalau hanya dengan mata awam biasa hal itu akan memusingkan kepala mereka karena saking cepatnya gerakan mereka. Tapi Aswin mengatakan tadi bahwa dia disuruh memperhatikan pertandingan mereka dan diberi petunjuk tentang kelemahan kedua pesilat tersebut, itu artinya Aswin bisa mengikuti pertandingan tingkat tinggi tadi dengan matanya. Kahar semakin penasaran dengan kehebatan Aswin, dia jadi ingin menguji sampai di mana kelihaian pendekar nomor satu itu dalam mendidik Aswin sehingga dalam usia semuda ini saja dia sudah bisa menyaksikan pertandingan tingkat tinggi dengan baik sekali, ini bukan sebuah hal yang biasa terjadi, hanya orang-orang yang sudah mempunyai ilmu tenaga dalam yang tinggi yang bisa melihat pertandingan tersebut dengan jelas sekali.

“Aswin, paman mau Tanya, apa tadi Aswin bisa melihat pertandingan ayahmu dengan paman Masnan?” Tanya Kahar.
“Bisa paman, memangnya kenapa paman ?”
“Apa kamu lihat dengan jelas?”
“Jelas, paman.”
“Kamu ingat dak gerakan yang dilakukan ayah kamu dan paman Masnan?”
“Yah, paman manalah Aswin ingat semua, hanya beberapa saja.”
“Hmmm… bisa dak Aswin peragakan buat paman?”
“Tapi paman, Aswin belum bisa gerakan itu nanti malah tambah salah lagi.”
“Gak apa-apa, paman hanya mau tahu saja seberapa kuat ingatan kamu, boleh kan ?”
“Hmmm, baiklah paman akan Aswin coba.”

Sementara itu yang lain mendengar percakapan antara Aswin dengan Kahar menjadi semakin tertarik, dan merekapun mulai berpikir kenapa anak sekecil Aswin bisa mengikuti pertandingan silat tadi dengan jelas seharusnya hanya orang-orang yang sudah mempunyai tenaga dalam yang tinggi yang bisa melihat karena dengan penyaluran tenaga dalam tersebut ke mata mereka maka mereka bisa melihat pertandingan tingkat tinggi seperti tadi itu. Bahkan Bumi tidak mempercayai pendengarannya bahwa anaknya bisa melihat pertandingan tersebut dengan jelas, dia berpikir anaknya hanya membual saja, makanya dia ingin tahu apakah benar anaknya bisa mengingat gerakan yang dia dan Masnan lakukan selama pertandingan tersebut. Jika terbukti anaknya tidak bisa lakukan gerakan tersebut berarti anaknya telah berbohong dan dia merencanakan untuk menghukum anak bandel ini karena sudah berani berbohong kepada orang tua, kecil-kecil pintar berbohong apalagi sudah tua bisa tambah runyam urusannya nanti. Dia sudah siap dengan pikiran hukuman apa yang pantas bagi anaknya yang sudah berbohong ini.

Aswin dengan baju piyamanya bergerak menuju lapangan tempat tadi ayahnya bersilat, sesampai di sana dia menggerak-gerakan tangan dan kakinya seperti ingin melemaskan otot-otot tangan dan kakinya, terlihat wajahnya sangat santai, tapi anehnya adalah sinar matanya seperti berkilat-kilat kehijauan tanda bahwa otaknya sedang berpikir. Setelah beberapa saat dia melakukan semua itu, tiba-tiba dia mengambil sikap diam membisu dengan merangkapkan kedua tangannya di dada sambil memejamkan matanya dia mulai menarik nafas perlahan-lahan dan membuangnya dengan perlahan juga. Mereka yang melihat gerakan-gerakan yang dilakukannya merasa tertarik sekali, bahkan Masnan mulai merasakan adanya kekuatan lain yang berpusaran di sekitar mereka, tambah lama kekuatan tersebut tambah besar dan bergerak menuju sekeliling Aswin, berputar di sana untuk beberapa saat. Yang lain tidak merasakan hal yang sama dengan Masnan, tapi Basri, Kahar maupun Bumi mulai merasakan akan terjadi hal yang luar biasa sebentar lagi, mereka menjadi waspada karena kuatir akan terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.

Dan… Aswin mulai menggerakkan tubuh, tangan dan kakinya, sesuai dengan gerakan yang dilakukan oleh Bumi selama terjadinya pertandingan, yang mengherankan semua gerakan yang dilakukan oleh Aswin sangat mirip sekali dengan gerakan yang dilakukan oleh ayahnya bahkan walaupun masih kelihatan kaku tapi sungguh sudah memadai sekali. Bumi merasa sangat heran sekali karena dia merasa tidak pernah mengajari ilmu silat kepada anaknya, baru akhir-akhir ini saja dia meletakan dasar-dasar silat kepada anaknya tapi belum berkembang sampai sejauh ini. Aswin melakukan semua gerakan ini dengan wajah berseri-seri gembira seperti seolah-olah dia sedang bermain-main saja, matanya terlihat berkilat-kilat sekali-kali seperti mengeluarkan sinar kehijauan. Orang yang melihat ini menyangka mata anak itu berkilat karena pantulan sinar matahari pagi yang membias pohon-pohon hijau yang ada di sekitar lapangan tersebut. Tapi bagi Masnan itu merupakan sebuah hal yang menakjubkan sekali, dia menjadi teringat perkataan gurunya bahwa orang yang bisa mengeluarkan kilat sinar kehijauan dari matanya itu menandakan bahwa dia orang yang istimewa yang memang ditakdirkan untuk menjadi orang yang luar biasa dalam ilmu kebatinan nantinya. Tanpa perlu bersusah payah lagi dia secara otomatis mempunyai dasar kekuatan kebatinan dalam dirinya yang mana orang lain harus memupuknya setengah mati dan makan waktu bertahun-tahun tapi orang tersebut tidak perlu melakukan hal tersebut, hanya diajarkan sedikit saja dia akan dengan cepat sekali menguasainya bahkan dengan dasar yang dia punya dia bisa mengembangkannya lebih hebat lagi.

Bahkan konon kabarnya dengan larikan sinar mata seperti itu dia bisa membunuh dengan membakar hangus bangsa jin, setan, lelembut, siluman dan iblis dengan sekali pandang. Sedangkan terhadap manusia, tidak menyebabkan dia seperti bangsa jin hangus terbakar tapi bisa membuat mereka berhalusinasi yang menyebabkan kematian mereka seperti mereka bisa menusuk diri mereka sendiri setelah mereka memandang mata tersebut dan mendengar perintah dari si pemiliknya. Semakin tajam terlihat kilatan sinar hijau di mata orang tersebut akan semakin kuat tenaga batinnya, karena itu menandakan yang bersangkutan sudah bisa mengontrol tenaga batinnya dengan sangat baik, bisa menggunakannnya kapan saja dan di mana saja. Sungguh kekuatan batin yang sangat menggiriskan sekali, kalau di salah gunakan akan berakibat membahayakan terhadap lingkungan sekitarnya.

Masnan yang tenggelam dalam pikirannya tidak menyadari bahwa Aswin sudah selesai memperagakan gerakan silat ayahnya waktu melawan dirinya, sekarang Aswin sedang bersiap-siap mau menirukan gerakan yang dilakukan oleh Masnan. Kahar segera menyenggol siku Masnan untuk melihat apa yang dilakukan oleh Aswin, Masnan terkejut dan tersadar dari perenungannya tadi dan memandang Kahar untuk menanyakan apa maksudnya, Kahar menjawab dengan memajukan dagunya ke arah lapangan. Alangkah terkejutnya Masnan melihat Aswinpun dapat menirukan gerakan silatnya dengan baik walau masih terlihat kaku, tapi semua gerakan tersebut benar sesuai dengan gerakan yang dilakukan Masnan ketika melawan Bumi. Basri lebih terkejut lagi dengan mengucek-ngucek matanya dia memandang Aswin lalu Masnan bergantian dengan perasaan tidak percaya melihat pemandangan itu. Dia merasa benar-benar tidak percaya Aswin bisa melakukan hal itu, tadinya waktu Aswin melakukan gerakan ayahnya dia berpikir bahwa sang ayah pasti pernah mengajarkan teori silatnya kepada anaknya walaupun belum pernah praktek, tapi kini anak tersebut bisa melakukannya dengan mantap dan nyaris sebaik yang dilakukan oleh Masnan membuat dia mau tidak mau harus mempercayai matanya.

Lain lagi dengan pemikiran Bumi setelah dia dikejutkan dengan kepandaian anaknya menirukan gerakan silatnya kini dia lebih dikejutkan lagi karena anaknya bisa meniru juga gerakan yang dilakukan oleh Masnan, sempat dia tidak mempercayai semua ini. Tapi setelah dia pikir dan renungkan kembali percakapan tadi, dia sadar guru anaknya ada di sekitar mereka tentu sang guru yang membantu muridnya untuk bisa mengingat semua gerakan silat, mulailah dia tenang karena semua sudah masuk ke logikanya ibarat bermain puzzle dia sudah menempatkan puzzle terakhir pada tempatnya maka semua sudah sesuai dengan logikanya dan ini semua masuk akal serta tidak mengherankan lagi baginya karena dia tahu guru anaknya merupakan pendekar nomor satu di ranah minang ini tentu saja dibandingkan dengan dia, baik ilmu silat dan tenaga dalamnya jauh sekali bedanya. Dan sewajarnya sang guru bisa memberi petunjuk kepada muridnya untuk melakukan gerakan silat yang dia dan Masnan lakukan tadi. Mulai dia dengan tenang dan bibir tersinggung senyuman memandang anaknya bersilat, tapi biar bagaimanapun dia bangga juga walau mendapat petunjuk dari gurunya, anaknya bisa melakukan semua gerakan tersebut tanpa salah sedikitpun seperti seolah-olah anaknya pernah melatih ilmu-ilmu mereka walau belum sempurna. Padahal anaknya baru sekali ini melihat gerakan silat Masnan, kalau dirinya mungkin saja anaknya sudah pernah lihat gerakan yang dia lakukan waktu melatih muridnya yang lain, tapi kalau dia boleh jujur ilmu barunya yaitu “Tinju Bumi Tendangan Maut” merupakan sebuah kombinasi ilmu silat yang mengandalkan kecepatan kaki dan tinju yang belum pernah dia perlihatkan kepada orang lain, hari ini baru pertama kali dia keluarkan karena dia ingin menguji keampuhan dari ilmu tersebut. Dan ternyata anaknya mampu menirunya dengan sangat baik sekali.

Terdengar seruan kaget dari Masnan, ketika Aswin mulai melakukan gerakan silat yang terakhir digunakannya ketika melawan Bumi. Masnan mengeluarkan ilmu barunya bernama “Hempasan Angin Terbangkan Awan”, sebuah ilmu yang hebat sekali yang terpaksa dikeluarkannya ketika dia kewalahan menahan serangan ilmu baru dari Bumi. Ilmu ini didasarkan dengan tenaga dalam yang lembut untuk menahan tenaga dalam keras yang menyerang, karena ilmu baru dari Bumi didasarkan pada tenaga dalam keras (atau dalam ilmu silat Cina disebut tenaga Yang). Ilmu ini terlihat tenang dan lembut seakan tidak bertenaga tapi di balik itu kekuatan mendorongnya sangat kuat sekali, Bumi yang tidak menyangka di balik kelembutan ilmu itu tersembunyi tenaga dorongan yang dasyat, terkejut sekali dan ini yang menyebabkan dia telat mengambil tindakan untuk antisipasi gerakan dorongan tadi sehingga dia bisa terpukul oleh Masnan.

Masnan terkejut sekali dengan gerakan yang dilakukan Aswin karena menurut hematnya ilmu ini tidak gampang sekali dikuasai banyak perubahan dan perkembangan dalam ilmu ini sehingga bagi anak kecil seusia Aswin seharusnya tidak bisa menguasainya dengan cepat sekalipun di bawah bimbingannya langsung. Dia membutuhkan waktu 9 tahun untuk bisa mengembangkan ilmu itu sedemikian rupa, tapi Aswin dengan sekali melihat saja dia bisa melakukan gerakannya sampai ke gerakan 39 selanjutnya dia tidak meneruskan karena memang di jurus ke 39 lah pertandingan antara Bumi dan dia berakhir. Benar-benar anak yang mengagumkan sekali dalam usia 5 tahun dia bisa menghapal dan meniru semua gerakan yang dilakukan oleh 2 orang tanpa kesalahan sedikitpun. Masnan, Kahar dan Basri menjadi kagum sekali pada Aswin, mereka mengeluarkan pujian atas kehebatan Aswin. Baru Bumi mau buka suara menyanggah pujian teman-temannya untuk anaknya dengan memberitahukan kepada yang lain bahwa guru anaknya ada di sekitar mereka, terdengar suara Aswin berseru ke arah pohon cemara yang besar dan rindang di belakang lapangan tersebut.

“Kakek, bagaimana gerakan silatku, aku mampukan hafal dan meniru gerakan silat ayah dan paman? Tadi kakek bilang mau taruhan sama aku bahwa aku tidak bisa menghafal dan meniru mereka berdua, ternyata aku mampu berarti aku menang yah kek… Horeeee… aku menang….” Kata Aswin dengan gembira sambil berjingkrak-jingrak kegirangan. “Itu artinya aku bisa menagih hadiah kemenanganku pada kakek….cihuyyy !”

Terdengar jawaban dari arah pohon tersebut, “Bagus sekali. Kamu memang bisa melakukannya, baiklah kakek akan memberikan kamu hadiah, kamu mau apa dari kakek.”

Sungguh aneh sekali tidak terlihat ada orang di sekitar pohon itu, mereka berusaha mengerahkan mata mereka ke arah pohon supaya bisa melihat wajah pendekar nomor satu itu tapi tetap saja mereka tidak bisa melihatnya. Masnan memejamkan matanya dan mengerahkan tenaga batinnya untuk bisa membantu matanya melihat orang yang duduk di sekitar pohon tersebut. Setelah itu dia membuka matanya dan melihat memang di ujung dahan cabang pohon yang agak tinggi dia melihat seorang pria berkumis misai putih sedang duduk tenang seakan tidak takut akan dahan tersebut akan patah akibat berat tubuhnya, wajah pria tersebut tidak terlihat jelas akibat dia duduk membelakangi matahari. Segera Masnan merangkapkan kedua tangan di dadanya dan mengarahkan pandangan matanya ke arah pria tua itu, “Salam Sejahtera dan selamat bertemu, Datuak.” Masnan menerka inilah dia si pendekar nomor satu ranah Minang, Datuak Inyiak Balang sehingga dia langsung menyebut pria itu dengan sebutan datuak.

Yang lain terbengong melihat ucapan dan gerakan Masnan ke arah pohon itu, bahkan Bumi mencolek Masnan,”Masnan, memangnya kau bisa lihat datuak itu? Aku tidak melihat adanya orang di sekitar pohon itu?” katanya.

“Ayah, masak tidak bisa melihat kakek ? Itu orangnya sedang duduk di dahan pohon sebelah kiri itu.” Kata Aswin keheranan karena ayahnya tidak bisa melihat kakeknya.

“Kalian semua segera kerahkan tenaga batin kalian salurkan ke mata kalian lalu lihatlah ke arah pohon itu kembali.”

Segera semua melakukan yang disuruh oleh Masnan, setelah itu mereka memandang ke arah pohon dan sekarang mereka memang melihat ada orang di sana tapi tidak terlihat jelas wajahnya. Segera mereka melakukan hal yang sama yang dilakukan oleh Masnan memberikan salam kepada orang tua itu.

“Salam sejahtera untuk kalian semua. Maaf jika aku mengganggu kesenangan kalian, aku si orang tua ini paling senang melihat pertandingan silat jadi tanpa sadar sudah datang ke sini dan mencuri lihat pertandingan itu.”

“Datuak, kenapa tidak turun dan singgah ke rumah kami yang buruk ini, sekalian memperdalam perkenalan kita karena kami sudah lama mengagumi anda.”

“Terima kasih Bumi, bukan maksud hatiku untuk menampik tawaranmu itu, hanya belum saatnya kalian lebih mengenal aku, ini kebetulan saja karena aku memang suka iseng melihat orang yang bersilat sehingga aku hadir di sini. Kalian juga harus mengerahkan tenaga batin untuk melihatku dikarenakan memang jasadku tidak ada di sini, yang hadir hanya rohku saja. “ terdengar senyuman dalam jawaban itu.

“Bagaimanapun sebagai ucapan terima kasihku pada undangan kalian, aku akan memberikan sepatah dua patah kata untuk kamu dan Masnan?”

“Tentu saja boleh, kami senang sekali jika anda mau memberikan petuah bagi kamu yang muda ini,” sahut Bumi dengan cepat.
“Benar datuak silahkan saja, kami siap mendengarnya, “ kata Masnan.

“Baiklah kalau begitu aku tidak perlu basa basi lagi, untukmu Bumi, belajarlah sifat unsur tanah dengan baik, perhatikanlah bagaimana tanah menjadi bagian dari kejadian alam sehingga kamu akan mengerti perbaikan apa yang harus kamu lakukan pada ilmumu yang terakhir itu. Dan aku melihat kamu harus memperdalam ilmu kebatinanmu juga, karena unsur tanah dalam ilmu terakhirmu sangat bagus sekali untuk digunakan ketika melawan bangsa kegelapan. Sudah saatnya aku memberikan kepadamu, buku yang dititipkan guruku untuk diberikan kepadamu, ilmu dalam buku ini sangat bermanfaat sekali buatmu untuk melatih muridmu melawan bangsa kegelapan. Nama ilmu itu Jubah Gaib Tanpa Bayangan, ilmu ini akan membantu kamu untuk memahami ilmu barumu, jika kamu sudah mengerti dengan baik, mulailah lebur ilmu barumu ke dalam ilmu Jubah Gaib Tanpa Bayangan sehingga ilmu kamu akan meningkat dengan sangat pesat sekali. Ilmu ini bisa kau gunakan untuk manusia dan juga bangsa kegelapan, setelah kau hafal dan mengerti isi buku ini maka kamu jangan heran buku itu akan menghilang dengan sendirinya dalam waktu 3 bulan dari hari pertama kamu mulai membuka halaman pertama buku tersebut, jadi saranku hafal dan pelajarilah baik-baik isi buku ini setelah itu baru kau praktekkan. ”

Tiba-tiba terdengar desiran angin yang bergerak cepat ke arah Bumi, segera dia membuka tangannya bermaksud untuk menangkis angin tajam itu, tapi terdengar datuak berkata,” Buka tanganmu Bumi dan terimalah buku ini.”
Segera Bumi melakukan permintaan beliau, dan baru dia membuka tangannya, tiba-tiba di tangannya sudah ada sebuah buku tipis bersampul coklat. “Simpan dan pelajarilah buku ini baik-baik, didiklah muridmu nanti dengan dasar-dasar ilmu yang ada di buku itu dan ilmu barumu karena waktumu untuk mendidik dia tidak lama hanya 5 tahun saja jadi kamu harus serius mendidiknya dengan kedua ilmu pamungkas ini saja, ditambah ilmu lain yang berhubungan dengan pesan yang diberikan kakek guruku.”

Bumi keheranan dengan pernyataan datuak, mengapa beliau bisa tahu mengenai mimpi anehnya itu, tapi kemudian dia ingat dengan siapa dia berhadapan dan dia menjadi maklum. Segera buku itu disimpan ke dalam kantong bajunya dengan hati-hati sekali dan berjanji dalam hati untuk sungguh-sungguh mempelajarinya.

“Terima kasih banyak datuak, kepercayaan datuak pada saya tidak akan saya sia-siakan dan pesan kakek pasti akan aku laksanakan dengan sebaik mungkin.” kata Bumi dengan penuh hormat.

“Untukmu Masnan, aku lihat ilmumu sudah berkembang lebih baik tapi terlalu banyak perubahan gerak yang kau lakukan untuk itu saranku perhatikanlah unsur angin di sekelilingmu dan lihatlah bagaimana mereka bergerak mendorong awan dengan lembut sehingga manusia tidak merasakan bahwa awan itu sudah berpindah tempat. Jika kamu sudah bisa melakukan hal itu dengan baik, maka kamu tidak memerlukan perubahan gerak sebanyak yang sekarang bahkan dengan jurus yang simple dan tidak banyak perubahan akan lebih efektif untuk mengalahkan musuhmu dengan cepat. Aku juga tahu ilmu kebatinanmu paling tinggi diantara teman-temanmu, oleh karena itu dalam waktu dekat ini ada seorang pertapa sakti yang akan datang untuk membantumu dalam ilmu kebatinan, saranku minta padanya untuk mengajarkan ilmunya yang bernama Halimun Senja Pengejar Roh, lalu kau gabungkanlah ilmu itu dengan ilmu barumu itu agar bisa membantu dalam menghadapi bangsa kegelapan.”

“Terima kasih datuak, aku pasti akan melakukan seperti yang datuak sarankan.” Kata Masnan juga dengan perasaan hormat yang mendalam.

Mendengar uraian dari Datuak ini, sebenarnya mereka berdua merasa tergetar hatinya karena anjuran dari Datuak benar-benar membantu mereka membuka mata mereka akan kelemahan dari ilmu masing-masing. Hanya dengan perenungan sebentar saja, mereka sudah merasakan manfaatnya dan menyadari bahwa mereka harus kerja keras dan berusaha lebih tekun lagi untuk menyempurnakan ilmu baru tersebut. Mereka tidak sadar telah berdiam diri cukup lama untuk merenungkan apa yang dikatakan oleh Datuak. Mereka berjanji dalam hati untuk melaksanakan sesuai dengan saran datuak dan diam-diam mereka bersyukur sekali ternyata secara tidak terduga mereka mendapat tambahan ilmu sakti lagi untuk menambah kedalaman ilmu silat dan batin mereka.

Yang lain mendengarkan uraian Datuak, mulai juga memikirkan perkembangan ilmu silat mereka, seandainya saja mereka mendapat petunjuk juga dari datuak mungkin ilmu mereka juga akan berkembang seperti kedua teman mereka itu. Lain lagi yang menjadi pemikiran Aswin, dia mulai tidak sabar dengan semua ini, ingin segera mendapatkan hadiah dari kakek Inal.

Karena itu dia mulai dengan tidak sabar merengek kepada datuak,” Kakek, mana hadiah yang kakek janjikan untukku, aku mau pergi mandi, badanku sudah terasa lengket karena keringat.”

“Anak nakal, kau memang tidak sabaran sekali. Baiklah, buka mulutmu sekarang.”

“Cihuy, aku dapat buah enak lagi, baik kek. Ahhhh…”

Baru dia buka sebentar mulutnya terasa ada sebuah benda masuk ke dalam mulutnya dan rasa manis mengalir di lidahnya, langsung dia melonjak kesenangan.

“Terima kasih kakek, sekarang aku mandi dulu yah kek,” langsung Aswin berlari ke dalam rumah untuk pergi mandi, dan Siti mengikuti bocah nakal itu karena kuatir dia akan kelamaan main air sehingga menyebabkan banjir di seluruh ruangan mandi.

Adapun benda yang dimasukan ke dalam mulut Aswin oleh Datuak, adalah buah langka yang bernama kaluang darah yang berasal dari Rimbo Kaluang, sebuah hutan yang sangat mengerikan untuk dikunjungi oleh manusia biasa. Banyak orang yang sudah datang ke tempat ini tidak ada satu juga yang kembali, baik pendekar-pendekar dari ranah minang sendiri bahkan sampai dari luar seperti pendekar dari tanah Java, pendekar dari Borneo pernah mendatangi Rimbo Kaluang tapi tidak satu juga kembali dari sana. Mereka seperti ditelan bumi dan tidak pernah kelihatan bayangannya lagi, sanak saudara dan teman mereka sudah menunggu di luar Rimbo tapi sudah berhari-hari bahkan berbulan-bulan tidak juga ada yang keluar. Ada yang coba masuk untuk mencari tapi tim pencari tersebutpun sepertinya hilang ditelan bumi, akhirnya tidak ada satu orangpun berani ke sana lagi. Sebenarnya para pesilat hendak memasuki wilayah Rimbo Kaluang ini dikarenakan ada legenda mengenai daerah ini.

Menurut berita yang beredar di dunia persilatan bahwa di rimbo ini terdapat buah langka yang bernama kaluang darah makanya rimbo ini disebut Rimbo Kaluang. Buah ini sangat berkhasiat luar biasa sekali, selain membuat yang memakannya kebal terhadap racun tapi juga menambah tenaga dalam serta memberi kekebalan tubuh yang baik sekali terhadap penyakit-penyakit yang sering menimpa manusia seperti demam, flu, batuk dan lain-lain. Tapi makan buah ini tidak bisa sembarangan harus ada aturannya yang hanya diketahui jika mereka menemukan istana Damar Pelangi di dalam rimbo itu. Barang siapa yang bisa menemukan istana tersebut dan menguasai pedang Damar Pelangi maka orang itu akan bisa menjadi pemimpin dunia persilatan. Di dalam istana itu sendiri tersimpan 5 senjata maut yang pernah menggetarkan di dunia persilatan dan dunia kegelapan pada masa dulu yaitu Tongkat Kayu Kaluang, Lacuik (Cambuk) Bara Mentari, Saluang Kemala Biru, Golok Sabit Hitam, dan terakhir adalah Pedang Damar Pelangi. Mengenai senjata-senjata ini akan penulis kisahkan keistimewaannya setelah senjata itu dikuasai oleh tuannya.

Selain kelima senjata tersebut, di situ juga tersimpan 2 buku yang hebat sekali yaitu 1 buku silat yang menuliskan semua inti sari dari ilmu silat yang ada di dunia. Keistimewaan buku ini selain menuliskan inti sari ilmu silat juga mengajarkan cara menambah tenaga dalam dengan cepat tanpa perlu sampai berpuluh-puluh tahun jika sudah mengetahui rahasianya. Anehnya bagi yang membacanya bisa berbeda-beda cara mereka menafsirkan arti sajak-sajak yang digunakan sebagai petunjuk atas ilmu silat tertinggi dalam buku itu, sehingga peningkatan ilmu silat dan tenaga dalam merekapun jadi berbeda pula setiap orangnya tergantung pada kemampuan dan bakat yang bersangkutan. Dan 1 buku lagi berisikan cara-cara meningkatkan ilmu kebatinan tingkat tinggi dan mantra-mantra yang bisa digunakan untuk melawan bangsa kegelapan serta kekuatan dan kelemahan dari masing-masing jenis bangsa kegelapan itu.

Ditambah lagi ada berita yang lebih membuat orang tambah berbondong-bondong kesana, adanya harta karun yang disimpan dalam istana itu. Bahkan istana itu sendiri juga sangat indah bermandikan sinar warna warni seperti pelangi di saat matahari bersinar, dan pada malam hari jika mempunyai tenaga batin yang kuat akan bisa juga melihat istana itu di kelilingi sinar yang sangat indah sekali. Hanya orang yang berjodoh saja yang bisa memasuki istana ini dan mengambil ke 5 senjata serta mempelajari buku ajaib itu. Bahkan jin-jin, siluman, dan semua kuasa kegelapan yang ada di dalam rimbo itu tidak bisa mendekati istana Damar Pelangi, seakan-akan ada dinding kekuatan yang hebat sekali memagari istana ini sehingga siapapun tidak bisa memasukinya. Setiap bangsa kegelapan hendak mencoba menembus dinding kekuatan itu selalu hangus terbakar, bahkan untuk iblis yang mempunyai tingkatan tertinggi sekalipun tidak bisa memasukinya, begitu juga dengan manusia sekalipun dia merupakan pendekar jempolan jika tidak berjodoh dengan istana ini maka akan kena luka dalam yang parah sekali sehingga menyebabkan kematian akibat hantaman dari dinding kekuatan Damar Pelangi.

Jadi kenapa buah ini bisa berada di tangan Datuak Inyiak Balang dan diberi makan kepada Aswin ? Ini karenakan Datuak berhasil memasuki Rimbo Kaluang dan memasuki istana Damar Pelangi tersebut, memang beliau beruntung sekali bisa masuk ke istana itu tapi sayang sekali beliau tidak berjodoh dengan ke 5 senjata dan buku silat yang ada di sana serta harta karun yang ada karena untuk membuka pintu yang menyimpan harta karun itu dibutuhkan lima senjata berikut dengan tuannya yang sudah dilatih dengan buku silat yang tersimpan di sana. Biarpun begitu tetap tidak sia-sia Datuak masuk ke istana itu, di ruang utama bangunan itu di dindingnya tertulis syair-syair yang indah dan gambar-gambar bagus, jika orang yang melihatnya sudah mempunyai ilmu tenaga dalam dan batin tingkat tinggi akan bisa melihat bahwa gambar-gambar tersebut mengandung maksud karena di sana tergambar cara dan akibat jika memakan buah kaluang darah tanpa petunjuk seperti yang tertera di gambar tersebut. Sedangkan syair-syair itu ternyata menyimpan makna untuk 2 ilmu silat tingkat tinggi yaitu Ilmu Cakar Maut Harimau Dewa dan Ilmu Lompatan Kayangan Harimau Setan yang memang sudah sesuai sekali dengan dasar ilmu yang sudah dimiliki oleh Datuak. Ilmu tadinya diperkirakan sudah musnah bersama menghilangnya Pangeran Satyawarman dan Panglima Sulaiman, karena kedua ilmu merupakan salah satu dari ilmu pamungkas yang dimiliki oleh kedua manusia sakti ini.

Dengan kedua ilmu inilah maka Datuak Inyiak Balang bisa menduduki sebagai tokoh nomor satu di dunia persilatan ranah minang, bahkan menjadi tokoh terkenal mumpuni juga di Tanah Java dan Borneo . Sedangkan mengenai buah kaluang darah yang tergambar di lukisan-lukisan yang ada di dinding, menggambarkan bahwa buah ini di satu sisi sangat baik sekali dimakan kalau tahu cara memakannya tapi jika tidak akan terjadi sebaliknya, barang siapa yang memakannya tanpa aturan maka semua lubang yang ada di tubuh orang tersebut akan mengeluarkan darah karena semua urat tubuhnya yang mengalirkan darah akan pecah akibat sel-sel darahnya membesar sehingga uratnya tidak kuat menampung membesarnya sel-sel tersebut. Buah Kaluang Darah bentuknya seperti donut kecil sekali sebesar buah ceri dan berwarna seperti darah bahkan tetesan airnya saja berwarna merah seperti darah manusia, berbau harum dan rasanya manis yang enak di lidah. Di dalam Rimbo Kaluang ini tanaman ini tumbuh subur hanya di taman belakang istana Damar Pelangi dikelilingi dengan rimbunan bunga racun Asmara Hitam. Tanaman ini hanya berbuah 10 biji dalam 7 tahunnya, jika sudah dipetik buah matangnya maka harus menunggu 7 tahun lagi baru dia berbuah lagi.

Buah Kaluang Darah ini dapat dimakan oleh anak kecil berusia 3 tahun dimana seluruh sel-sel darahnya belum terlalu terkontaminasi dengan zat-zat yang masuk kedalam tubuhnya tapi di satu sisi sel darahnya juga harus mempunyai sistem kekebalan bagus ini bisa dites dengan cara mengeluarkan darah anak itu dan mencampurnya dengan tetesan air rendaman buah itu, jika berwarna tetap merah muda maka aman untuk dimakan tapi jika berubah menjadi merah darah yang pekat sekali maka berarti anak itu tidak bisa makan buah kaluang darah. Sekali sudah makan buah kaluang darah maka otomatis system tubuh si anak akan bisa menerima buah ini sebagai makanan dan mencernanya untuk disalurkan ke seluruh tubuh. Hanya buah ini boleh dimakan 3 bulan sekali 1 butir tidak bisa dimakan sekaligus banyak karena tidak berefek bagus juga bagi yang memakan kalau dia kuat dia akan bertahan tapi jika tidak akan langsung meninggal dengan tubuh yang meledak akibat sel-sel darahnya membesar.

Dan bagi orang dewasa, buah kaluang ini juga harus hati-hati memakannya, hanya boleh dimakan separuh saja setiap 6 bulan sekali artinya hanya boleh 1 buah 1 tahun, jika memakan lebih dia akan langsung meninggal saat itu juga karena reaksi sel-sel darah merah pada tubuh orang dewasa lebih cepat bereaksi terhadap buah ini dibandingkan anak-anak. Dan pertama kali Datuak Inyiak Balang datang ke istana tersebut hampir 30 tahun yang lalu dan saat itu buahnya sudah membusuk akibat kematangan dan sambil dia belajar ilmu silat yang ada di istana serta mempelajari riwayat istana dari lukisan yang ada di dinding, dia menunggu juga pohon kaluang berbuah. Tapi sayang belum sempat dia menikmati buah kaluang pada tahun kelima setelah kedatangannya dia menerima wangsit dari gurunya untuk menghancurkan kekuatan jahat yang mulai berkembang di ranah minang. Membutuhkan waktu hampir 4 tahun untuk menyelesaikan pertikaian yang terjadi saat itu. Saat dia balik ke istana buah itu sudah membusuk lagi, kembali dia bertapa di istana sambil menunggu buah kaluang matang. Kembali dia mendapat wangsit dari gurunya untuk pergi ke tanah Java dan Borneo, akhirnya setelah berkelana hampir 10 tahun lamanya, kira-kira 10 tahun yang lalu dia kembali ke istana untuk semakin memantapkan ilmunya dan menunggu kematangan buah. Untunglah ketiga kali ini dia berhasil mendapat buah kaluang yang matang sebelum gurunya memberi tugas baru untuknya.

Setelah buah matang sesuai petunjuk harus dipetik tidak dengan tangan tapi dengan menggunakan kain sutra hitam yang ada di meja sembahyang ruang dalam, karena kalau menggunakan tangan, akan kena racun bunga Asmara Hitam yang sangat berbahaya itu, kain ini digunakan untuk menutupi rimbunan bunga dan menjejakan kaki di atas kain lalu menggunakan ujung kain memetik buah kaluang, itu artinya si pemetik harus memiliki ilmu peringan tubuh yang bagus sekali sehingga bisa berdiri di atas rimbunan bunga yang kecil-kecil berwarna abu kehitaman itu. Setelah mendapatkannya di bungkus dengan kain sutra itu dan direndam dalam air kolam yang ada di tengah istana selama 10 hari, air itu sangat dingin sekali dan berkhasiat mengawetkan buah kaluang serta membersihkan serbuk racun bunga Asmara Hitam yang telah dinetralisir oleh kain sutra hitam itu. Baru kemudian bisa dipegang oleh tangan manusia dan dimakan. Jika ingin buah ini awet tidak rusak bertahun-tahun maka buah ini harus direndam dengan air kolam, dan kebetulan pada saat Datuak berkeliling melihat istana sampailah dia di dapur istana di sana dia melihat ada sebuah tabung kecil yang terbuat dari logam yang berwarna kebiru-biruan yang indah sekali karena tertarik dia mengambil tabung itu dan memeriksanya. Tabung itu terasa dingin sekali tapi berkat tenaga dalamnya yang hebat dia tidak merasakan hawa dingin dari tabung tersebut. Buah Kaluang yang telah dipetiknya disimpan di dalam tabung berikut dan diisi dengan air kolam sehingga suhu air kolam tersebut tetap terjaga dalam tabung itu. Dan kain sutra hitam yang sudah digunakan harus dilipat kembali dan diletakkan ke meja sembahyang kalau ini tidak dilakukan maka penggunanya akan hidup dalam bahaya karena roh jahat yang menyertai kain itu akan selalu mengganggunya sampai mati.

Kain sutra hitam itu sendiri entah terbuat dari apa, sangat kuat sekali dan lentur serta rapat sekali tenunannya, sehingga terlihat sangat hitam sekali bahkan bila ditaruh di atas cahaya, dan cahaya tidak bisa menembus kain itu, oleh karenanya kain itu disebut Kain Tenun Siluman. Jika tidak ada cahaya maka kain ini benar-benar tidak terlihat sama sekali, sepertinya menyatu dengan kegelapan. Bangsa siluman, jin dan setan mengincar barang ini karena konon kabarnya ratusan tahun yang lalu kain ini merupakan kain kesayangan dari Maharaja Kegelapan yang paling sakti mandraguna dibandingkan dengan maharaja yang lain, yang dililit ke sekujur tubuhnya. Diyakini apabila mereka mendapatkannya maka mereka akan mendapatkan kesaktian dari Maharaja itu dan diangkat sebagai Maharaja Kegelapan yang baru karena kain ini merupakan salah satu symbol penguasa Kerajaan Kegelapan. Sedangkan bunga Asmara Hitam merupakan bunga lambang kerajaan Kegelapan, oleh karena itu bunga ini bisa dinetralisir dengan menggunakan kain Tenun Siluman.

Sama juga dengan 5 senjata utama itu hanya yang berjodoh saja bisa menggunakan kekuatan dari kain Tenun Siluman ini, manusia hanya bisa menggunakannya sebagai alat untuk mengambil buah kaluang darah, lain dari itu tidak ada gunanya sama sekali, sama seperti kain biasa, bahkan yang tidak kuat imannya bisa kerasukan roh jahat atau mati dengan tidak sempurna alias menjadi budak bangsa kegelapan.

Setelah hampir 7 tahun Datuak bertapa di sana, dia mendapat wangsit dari gurunya mengenai Aswin, maka keluarlah dia dari Rimbo Kaluang untuk mencari anak yang akan dilahirkan sebagai cahaya yang menerangi kegelapan. Petunjuk gurunya juga yang menyuruh untuk memberikan buah kaluang darah kepada Aswin, karena buah ini benar-benar sangat berkhasiat sekali melawan racun, bahkan buah ini bisa menetralisir racun bunga asmara hitam. Rendaman buah kaluang darah bisa memunahkan bermacam-macam racun tapi dibutuhkan setetes darah dari orang yang sudah makan 2 atau lebih buah kaluang darah untuk bisa memunahkan racun bunga asmara hitam. Karena kelak Aswin akan memerlukan kekuatan buah kaluang darah untuk melawan sang Maharaja Kegelapan yang menggunakan Ilmu Tebaran Bunga Asmara Hitam. Makanya sejak bocah itu berusia 3 tahun setiap 3 bulan sekali Datuak memberikan buah ini kepada dia untuk dimakan, dan bocah ini sangat menyukainya, selalu merengek-rengek memintanya karena Datuak pusing menolak permintaan bocah bandel ini maka dibuatlah peraturan setiap Aswin bisa melakukan sesuatu yang hebat dalam 3 bulan maka dia diberikan buah kaluang ini. Dasar bocah kecil yang tidak mengerti apa-apa dia menyanggupi syarat tersebut tapi keesokannya dia lupa dengan penuh kesabaran akhirnya datuak berhasil membuat bocah ini mengerti arti perjanjian mereka.

Dan hari ini sebenarnya sudah tiba waktunya Aswin harus memakan buah itu lagi dan kebetulan terjadi perestiwa itu maka sebagai imbalan dari perbuatan hebatnya dia diberikan hadiah buah kaluang darah oleh gurunya. Dia senang sekali dengan usianya yang bertambah, semakin dia mengerti bahwa dia harus melakukan sesuatu yang berkenan di hati gurunya agar bisa dapat hadiah buah enak itu dalam waktu 3 bulan sekali.

Kembali kepada Bumi dan teman-teman serta Datuak Inyiak Balang, setelah memberi petunjuk kepada Bumi dan Masnan, segera Datuak ingin berlalu dari situ tapi belum sempat dia berlalu, Kahar buru-buru bertanya kepada beliau,”Datuak, jika berkenan bersediakah Datuak juga memberi petunjuk kepada saya mengenai ilmu silat saya?”

“Kenapa harus saya, anak muda? Bukannya kamu sendiri sudah merupakan orang yang sudah diakui kesaktiannya?”
“Datuak, saya sangat menghormati anda dan sangat menghargai pendapat dari datuak. Saya ini apalah, tidak ada hebatnya hanya kebetulan saja ilmu saya lebih baik dari lawan saya selama ini, kalau saya melawan datuak sudah pasti saya kalah jauh. Oleh karena itu saya ingin sekali mendengar pendapat Datuak mengenai ilmu silat saya,” kata Kahar penuh dengan kerendahan hati.
“Saya juga datuak, saya ingin sekali kalau memungkinkan datuak bisa memberi saran untuk ilmu silat baru saya ciptakan akhir-akhir ini,” kata Basri.
Dengan menghela nafas, orang tua itu berkata,”Baiklah, aku akan membantu kalian karena kalianpun membawa misi untuk membantu mendidik anak-anak yang kelak akan menjernihkan kegelapan yang akan merasuki alam semesta ini. Cobalah engkau dulu, Basri, aku akan membantumu melihat kelemahan ilmu barumu.”

Segera Basri bergerak di lapangan dan langsung mengeluarkan golok yang tersampir di pinggangnya dan mulai bersilat memperagakan ilmunya yang baru bernama ilmu Kilatan Golok Pencari Emas, ilmu didasarkan pada kecepatan gerakan golok yang berkelebatan sehingga terlihat seperti adanya kilatan-kilatan kekuning-kuningan di sekitar tubuh Basri akibat energi tenaga dalamnya yang disalurkan ke goloknya. Ada 15 jurus golok yang diperagakan oleh Basri dan dia melakukannya sepenuh hati tidak tanggung-tanggung karena dia tidak mau rugi mumpung ada orang hebat yang bisa memberikan saran yang bermanfaat baginya. Setelah ke 15 jurus itu dimainkannya, dia berhenti dan mengusap keringatnya sambil memandang ke arah pohon tempat di mana Datuak duduk tenang berayun-ayun di dahan pohon.

Terdengar Datuak berkata,” Basri, ilmu sudah bagus sekali tetapi terlihat sekali engkau tidak mau rugi dalam melakukan setiap gerakan, malah hal ini menghambat perkembangan yang bagus pada ilmu itu. Apa kamu bisa bermain catur ?”

Dengan keheranan Basri menjawab,”Bisa datuak, kenapa?”

“Basri, ada kalanya di permainan catur kita harus mengalah untuk meraih kemenangan yang lebih besar, jika kita tidak melakukan hal itu kita tidak akan mendapatkan hasil yang memuaskan bahkan hanya bisa diam tidak bergerak-gerak menghabiskan waktu dan tenaga saja. Kenapa kita tidak melakukan pengorbanan yang tidak seberapa tapi bisa menghasilkan hasil yang jauh lebih baik dari sekarang?”

Basri langsung memikirkan kata-kata Datuak itu, dan benar dia mulai merasakan adanya kelemahan yang menyolok mulai pada jurusnya yang ke 8 dan seterusnya.

“Basri, aku tahu kamu mempunyai ilmu peringan tubuh yang hebat kalau tidak salah nama ilmu itu ilmu Langkah Angin Menembus Badai, kenapa tidak engkau gabungkan ilmu langkah itu dalam ilmu baru itu, mungkin hasilnya akan jauh lebih baik lagi. Dan kau perlu meningkatkan ilmu kebatinanmu, aku tahu gurumu pernah memberikan padamu sebuah buku mengenai ilmu kebatinan, ilmu yang ada di buku itu namanya Mato Elang Jelajah Alam. Sebuah ilmu yang hebat sekali, kau harus mulai melatihnya dan kombinasikanlah ketiga ilmu itu sehingga kau bisa mendidik muridmu melawan bangsa kegelapan nantinya. ”

Basri terkejut sekali Datuak mengetahui bahwa gurunya pernah memberikan dia sebuah buku kepadanya, sebenarnya dia pikir ilmu kebatinan itu tidak terlalu perlu dipelajari sehingga dia lebih memfokuskan diri pada ilmu silat saja. Tidak pernah terpikirkan olehnya ternyata ilmu itu hebat sekali sehingga Datuak memberikan saran untuk mempelajarinya. Dia berjanji dalam hati sepulangnya dari sini dia akan langsung mencari buku itu di perpustakaannya karena dia mulai merasa pasti ada sebabnya sehingga Datuak meminta mereka semua meningkatkan ilmu kebatinan masing-masing. Tambah dipikir lagi saran dari Datuak, tambah semangat dia untuk cepat-cepat pulang membawa muridnya dan segera menyempurnakan ilmunya menjadi seperti yang dikatakan oleh Datuak.

“Terima kasih banyak, Datuak, akan aku turuti semua saran yang datuak berikan padaku hari ini, mudah-mudahan di perjumpaan kita di masa datang, Datuak bisa melihat kemajuan ilmuku itu.” Kata Basri sambil merangkapkan kedua tangan di dada dan menundukkan kepala sebagai rasa hormat dan terima kasih.

“Bagaimana denganmu Kahar? Apa ada ilmu baru yang ingin kau minta petunjuk dariku?” Tanya Datuak.

“Ada Datuak, aku menamakan ilmu ini Jentikan Bara Panah Api.”

“Hmmmm nama yang berunsurkan api, berarti engkau bermain dengan energi panas. Baiklah aku akan lihat ilmumu itu.”

Kahar berjalan menuju ke lapangan, teman-temannya yang tadinya kelihatan masih sibuk dengan pikiran masing-masing sekarang mereka memandang ke arah Kahar karena mereka ingin tahu sampai di mana kehebatan ilmu saudara terkecil mereka ini. Jauh dalam lubuk hati mereka, mereka juga ingin bisa menyamai kesaktian adik mereka ini, karena mereka tahu adik mereka masuk ke daftar tokoh yang dianggap mumpuni oleh orang-orang di dunia persilatan, malu rasanya jika ilmu mereka jauh bedanya dengan sang adik.

Sedangkan Kahar sedang konsentrasi menyalurkan tenaga dalamnya ke 2 tangannya, terlihat telapak tangannya berubah warna menjadi merah, dan mulailah dia bergerak jurus pertama dari Jentikan Bara Panah Api. Begitu dia mulai terasa hawa di sekitar lapangan tersebut berubah panas sekali, dan setiap jentikan yang dilakukannya seolah-olah seperti mengeluarkan percikan-percikan api yang bergerak seperti panah menuju sasaran yang ditujunya. Jurus ini terdiri dari 9 jurus yang mempunyai variasi gerakan yang sangat dinamis dan cepat sekali. Tidak terasa 9 jurus sudah selesai dimainkan oleh Kahar, terlihat peluh membasahi semua bajunya sehingga menjadi kuyub sekali.

“Hihihi… paman Kahar sudah mandi juga yah… mandi keringat….. ah bau… makanya jangan main panas-panas bisa cepat keringatan“ kata Aswin meniru ucapan Bundanya yang memarahi dia jika bajunya basah akibat keringat, sambil menutup hidungnya dan tertawa-tawa nakal, bocah ini sudah selesai mandi dan sarapan, langsung dia lari-lari ke belakang untuk melihat pamannya bersilat, dia tidak sempat melihat Basri tapi dia melihat gerakan Kahar.

Semua orang yang mendengarkan seruan bocah nakal ini tersenyum simpul, dan Kahar yang menoleh ke arah Aswin ingin balas menggoda, batal melakukannya karena dia melihat Siti berdiri di belakang Aswin sambil tersenyum manis. Kahar merasa seluruh dirinya berubah menjadi merah akibat malu dilihat Siti dengan badan berkeringat seperti itu.

Aswin yang melihat wajah dan leher Kahar memerah berpikir bahwa ilmu panas tadi masih bekerja di tubuh pamannya itu langsung menggoda lagi,” Wah paman Kahar sudah kayak manusia merah, …hmmmm… tapi gak enak kedengarannya… sudah kayak manusia api…hihihii…”

Kahar mendengar perkataan tersebut tambah merah wajahnya, sehingga teman-temannya yang melihat hal itu tambah tertawa, yang paling keras tertawanya adalah Bumi karena dia dapat menduga apa penyebab memerahnya wajah Kahar. Datuak juga ikutan tersenyum melihat kenakalan Aswin yang polos dan lugu itu, dan dia menegur bocah nakal itu,” Aswin, kakekkan sudah bilang jangan menganggu orang yang lagi serius belajar silat, apa kamu lupa pesan kakek?”

“Bukan begitu kek,”bantah Aswin, “Kan paman Kahar sudah selesai melakukan gerakan silatnya, dan badannya masih kelihatan merah seperti api, makanya aku ingin memanggil dia manusia api seru kan kek.”

Terlihat datuak geleng-geleng kepala mendengar bantahan anak nakal ini, dia hanya bisa tersenyum saja dan berusaha untuk membantu Kahar memulihkan keadaan yang sedang mempermalukan dirinya itu, sedikit banyak Datuak dapat menduga bahwa Kahar menyukai gadis cantik yang berdiri di belakang Aswin sambil tersenyum manis itu.

“Hmmm, Aswin jangan banyak omong, sekarang kakek mau bicara sama paman Kaharmu. Kahar, aku sudah melihat ilmumu itu tadi, ilmumu sudah mendekati sempurna semua gerakan yang kamu lakukan benar-benar bermanfaat dan beerguna untuk menandingi ilmu lawan. Aku sudah tidak melihat hal lain yang bisa diperbaiki lagi, yang kamu perlukan hanya latihan untuk semakin memantapkan ilmu itu.”

“Terima kasih atas pujian Datuak, tapi aku masih belum puas Datuak, aku masih merasa ada beberapa bagian yang harus aku perbaiki lagi sehingga ilmu ini semakin sempurna. Apakah aku perlu melatihnya dengan pasir yang dipanggang di kuali, Datuak, untuk memperkuat hawa bara yang aku keluarkan dari jentikanku?”

“Kahar, aku senang engkau tidak cepat puas dengan ilmumu itu, memang ada sedikit saran dariku tapi engkau membutuhkan waktu untuk melakukannya. Jika engkau punya waktu pergilah engkau ke kawah Gunung Merapi dari arah selatan dan akan kamu temui sebuah gua yang tidak sama dengan gua yang lain berhawakan panas, gua ini sangat dingin sekali, bertapa dan berpuasalah engkau disana selama 40 hari dan pelajari letupan-letupan api larva yang dikeluarkan oleh gunung merapi tersebut. Jika engkau mampu menyelami semua itu dalam 40 hari dan kau sudah sanggup membuat gua itu menjadi sama panasnya dengan gua yang lain, ini menandakan bahwa engkau sudah berhasil melatih ilmu tenaga dalammu untuk membuat ilmu barumu menjadi sempurna. Dan hasil tapamu kelak secara tidak langsung akan membantumu dalam ilmu kebatinanmu juga. Satu hal yang perlu kau ketahui pada dinding gua itu terukir sebuah ilmu kebatinan yang hebat untuk melawan bangsa kegelapan, ilmu ini hanya bisa kau dapat dengan membuat gua itu membara dan dengan menggunakan tenaga batin pada matamu maka ilmu ini baru bisa terlihat untuk dipelajari. Bahkan jika engkau benar-benar berbakat dalam melatih ilmu di dinding itu maka jentikan bara panah apimu itu benar-benar akan bisa mengeluarkan percikan panah api yang bisa membakar musuhmu baik itu bangsa manusia maupun bangsa kegelapan sesuai dengan seberapa besar tenaga dalam yang engkau keluarkan. “ kata Datuak.

“Terima kasih Datuak atas penjelasannya, saran Datuak akan aku laksanakan sesegera mungkin.”kata Kahar dengan posisi sama dengan Basri dalam memberi hormat. Sungguh tidak disangka-sangka olehnya bahwa kedatangan dia ke Batang kapeh akan mendapat tambahan ilmu yang hebat dan…….juga dapat tambahan hadiah special, bertemu dengan sang pujaan hatinya yang sudah lama dirindukan olehnya.

“Tidak usah kalian berterima kasih kepadaku, ini memang sudah digariskan oleh Yang Maha Kuasa untuk aku membantu kalian agar kalian bisa mendidik dan memberikan pondasi yang kokoh buat murid-murid kalian. Bumi, aku akan membawa pergi Aswin untuk melatih dia, nanti sore aku akan mengantarnya pulang kembali, sementara itu kalian laksanakanlah wangsit dari kakek guruku untuk mendidik 4 bocah lagi sebagai tulang punggung melawan kegelapan ” Terdengar suara Datuak yang semakin menjauh dari mereka.

Mereka segera melihat ke arah pohon, dan memang Datuak sudah tidak ada di sana lagi. Begitu juga dengan Aswin yang sudah lenyap dari tempat dia berdiri tanpa mereka semua menyadari kapan Datuak membawa bocah itu pergi. Mereka semua bergidik dan meleletkan lidah saking kagumnya pada ilmu Datuak Inyiak Balang tersebut, tidak heran kenapa dia merupakan tokoh nomor satu untuk saat ini. Benar-benar seorang tokoh yang sangat mumpuni sekali kesaktiannya, dan teguran dari Datuak menyadarkan mereka tugas yang diembankan kepada mereka untuk diselesaikan.

Terdengar Kahar berkata,” Wah uda-udaku ternyata diam-diam menciptakan ilmu silat baru yang hebat sekali, aku jadi kagum sekali dan artinya aku tidak boleh kalah dari uda-uda, harus lebih giat lagi belajar supaya tidak ketinggalan.”

“Kau juga hebat sekali Kahar, bahkan datuak tidak menyebutkan kelemahan ilmu barumu seperti yang dia lakukan pada kami.” kata Bumi.

“Ah uda Bumi, itu hanya kebetulan saja ilmuku lebih baik karena aku sudah menciptakan dan melatihnya sejak 3 tahun yang lalu, memang aku belum pernah mengeluarkan ilmu ini melawan musuh-musuhku karena aku masih belum percaya diri ilmu ini akan bisa menandingi mereka, aku masih merasa banyak kelemahannya di sana sini.”

“Hari ini kita benar-benar harus bersyukur bertemu dengan orang hebat seperti datuak, aku merasa kita beruntung sekali beliau mau membantu kita dalam memberikan saran-saran untuk ilmu kita. Aku jadi bersemangat sekali untuk cepat-cepat pulang dan melakukan saran beliau.” Kata Basri dengan bersemangat.

“Iya, tapi kita jangan lupa juga pada pesan beliau untuk bisa mendidik murid special kita sehingga mereka tidak akan memalukan kita kelak dan bisa membawa nama harum kita di dunia persilatan.” Kata Masnan dengan tenang.

“Benar kata kalian, aku merasa karena kita diberikan tugas yang berat ini makanya sang Dewata memberikan kita tambahan ilmu lagi agar kita bisa membantu manusia mengusir kegelapan yang akan datang segera.”

“Uda Bumi benar, kita karena mengemban tugas penting maka datuak mau membantu kita menyempurnakan ilmu-ilmu kita, kalau dalam keadaan biasa belum tentu kita punya kesempatan untuk bertemu dan bisa pula mendapat saran dari beliau.” Sahut Masnan.

Mereka manggut-manggut membenarkan perkataan Masnan, sungguh kalau dipikir dan dikaji ulang semua ini ada hubungan sebab akibatnya. Oleh karena itu mereka harus benar-benar dan disiplin melatih diri mereka sebelum menghadapi prahara yang akan datang menjelang kelak. Sementara itu Basri mempunyai pemikiran lain lagi, dia merasa ada unsur keanehan dari saran-saran yang datuak berikan, dia melihat datuak memberikan saran berdasarkan unsur-unsur yang ada di alam semesta ini. Semakin dia pikirkan semakin dia melihat kejanggalan itu, dia diam berpikir keras mengapa ini terasa menganggu sekali.

Kahar melihat kening Basri berkerut-kerut menjadi penasaran sekali ingin menggoda,”Sudahlah uda Basri, nanti saja dipikirkan saran datuak, mendingan sekarang kita mandi dan sarapan supaya kita merasa segar waktu ketemu dengan calon murid kita. Benar yang dikatakan Aswin, kita ini memang sudah mandi tapi mandi keringat.”

Belum sempat Bumi menimpali kata-kata Kahar, Basri sudah bicara,”Bukan begitu Kahar, aku hanya merasakan sebuah keanehan saja dengan ilmu dan saran dari datuak. Kalian merasakan tidak keanehannya?”

“Hmmm… aku pikir hanya aku saja tadi yang merasa seperti itu. Benar yang engkau katakan Basri, aku merasa sepertinya kita diarahkan menyatu dengan unsure-unsur yang ada di alam menurut kitab-kitab kuno jaman dulu yang kita ketahui.” Sahut Masnan.

Mereka jadi mulai memikirkan kembali saran dari datuak kepada mereka, mulai mereka merasakan keanehan dari saran itu seakan ilmu-ilmu mereka saling melengkapi satu dengan yang lain sehingga membentuk unsure-unsur alam yang ada.

“Benar sekali uda Basri, tadi aku juga sempat merasa aneh tapi aku pikir karena ilmu aku didasarkan pada unsur api maka datuak ingin memperkuat ilmu aku dengan menyarankan aku bertapa di gunung merapi. Setelah dipikir kembali katakan memang ilmu aku didasarkan pada unsur api seharusnya cukup dengan melatih kekuatan tanganku pada pasir panas maka ilmu baruku bisa berkembang lebih baik. Tapi beliau menghendaki agar ilmu aku bisa benar-benar mengeluarkan percikan api, dan sampai aku harus bertapa dan berpuasa untuk meningkatkan ilmu kebatinanku, mulai aku merasa kita dipersiapkan untuk mendidik murid kita selain melawan manusia-manusia sesat tapi juga melawan bangsa kegelapan.”

“Aku juga merasa beliau mempersiapkan aku untuk menjadi unsur tanah, kalau tidak mengapa beliau menghendaki aku melihat pergerakan tanah dalam mempengaruhi sekitar kita? Aku merasa ini pasti ada sebabnya kenapa beliau mempersiapkan kita menurut unsur yang ada di alam semesta ini. Bagaimana menurutmu Masnan ?”

“Memang benar kita dipersiapkan berdasarkan unsur alam, uda Bumi unsur tanah, Basri unsur logam, Kahar unsur api dan aku sendiri unsur angin. Masing-masing kita melatih seorang murid untuk bergerak berdasarkan unsur-unsur tersebut, sedangkan anak yang akan melawan sang angkara murka berjumlah 5 orang berarti ada 5 unsur yang akan dilatih menghadapi bangsa kegelapan. Ini artinya Aswin akan dilatih menjadi unsur yang paling nyata dan mempunyai kekuatan dinamis di alam semesta ini yaitu unsur air. “ kata Masnan.

“Kenapa harus 5 unsur ini?” Tanya Bumi.

“Menurut guruku, konon kabarnya beratus tahun yang lalu, ada seorang maharaja kegelapan yang sangat sakti mandraguna, dia merupakan seorang tokoh kosen saat itu bahkan kesaktiannya melampaui pendahulu-pendahulunya. Dia malang melintang tanpa ada manusia atau bangsa kegelapan yang bisa menghancurkannya, apapun kehendaknya harus bisa terlaksana kalau tidak akan musnah menjadi debu dengan ilmunya. Benar-benar saat itu mengerikan sekali, bencana terjadi di mana-mana, manusia hidup dalam ketakutan sehingga penderitaan dan kesengsaraan manusia pada waktu itu diibaratkan seperti hidup segan matipun tidak bisa. Banyak manusia-manusia sesat yang bergabung dengan bangsa kegelapan untuk menikmati kesengan dunia, mereka inilah mengkhianati manusia lainnya untuk hidup dalam kesengsaraan. Setiap hari ada saja manusia yang mati berserakan di pinggir jalan, sementara itu bangsa kegelapan seolah-olah menguasai dunia ini dengan seenaknya saja. Kehidupan pada waktu itu sangat sulit sekali bagi bangsa manusia, hanya Tuhan yang tahu kapan semua ini akan berakhir. . .”sahut Masnan.

“Apa hubungannya semua ini dengan kita?” kata Bumi.

“Sabar uda Bumi, dengarkan saja cerita uda Masnan dulu.”kata Basri.

“Maharaja memiliki 4 orang pembantu utama yang pilih tanding, mereka itu hanya 1 tingkat di bawah dia dalam ilmu kesaktian tapi dia punya kelebihan dibandingkan dari pembantunya yaitu dia bisa punya charisma wibawa pemimpin yang hebat sekali, semua bangsa kegelapan sangat memujanya dan bersedia mati demi dia tanpa pikir dua kali. Biarpun maharaja dan 4 pembantu utamanya sangat hebat sekali, tapi suatu ketika entah dari mana datangnya tiba-tiba muncullah dua orang manusia yang luar biasa kesaktiannya, mereka bisa mengalahkan 4 pembantu utama maharaja sekaligus. Dan bahkan pada akhirnya mereka berhasil membunuh maharaja itu, sehingga bangsa kegelapan menjadi musnah atau yang selamat melarikan diri entah ke mana, beratus tahun kemudian situasi dunia menjadi aman kembali sampai sekarang. Maharaja itu merupakan maharaja terakhir yang menguasai dunia kegelapan.” Cerita Masnan.

“Wah hebat sekali orang itu, siapa gerangan beliau dan memakai ilmu apa dia mengalahkan maharaja itu?” kata Basri penasaran.

“Menurut guruku, tidak lama sesudah mengalahkan bangsa kegelapan, mereka itu menghilang dari peredaran, terdengar kabar mereka kembali ke tempat persembunyiannya untuk menyembuhkan dirinya yang terluka setelah pertempuran terakhir dengan maharaja kegelapan. Ilmu mereka menggunakan ke 5 unsur yaitu tanah, api, air, logam dan angin untuk mengalahkan maharaja dan 4 pembantu utamanya itu. Jadi aku rasa kita dibentuk atas 5 unsur itu juga dalam mendidik murid kita mungkin didasarkan pada legenda yang diceritakan oleh guruku ini. Aku tidak tahu apakah ini benar atau tidak ada hubungannya tapi aku mempunyai firasat cerita ini benar-benar pernah terjadi dan sekarang kita mendapat kehormatan untuk memberikan pondasi dasar kepada calon murid kita untuk dipersiapkan menerima ilmu berdasarkan 5 unsur alam tadi guna mengalahkan bangsa kegelapan.”

“Tapi kenapa mesti 5 orang bukannya dulu mereka hanya berdua saja sudah mampu mengalahkan maharaja dan 4 pembantunya itu?”Tanya Bumi kepada Masnan.

“Terus terang saja uda, aku tidak tahu kenapa seperti ini tapi aku yakin sekali pasti semua itu pasti ada maksudnya jadi kita harus bersabar dan menunggu apa yang akan terjadi di tahun-tahun mendatang. Yang jelas saat ini selain melatih dan menyempurnakan ilmu silat & kebatinan, kita juga harus melatih murid-murid kita dengan sebaik-baiknya sesuai dengan amanat yang telah kita terima.”

“Yah, benar apa yang dikatakan oleh uda Masnan, sekarang adalah giliran kita berperan untuk mendidik calon-calon penghancur sang angkara murka, jadi kerjakan tugas kita dengan sebaik-baiknya saja.” Sahut Kahar.

“Aku jadi tidak sabar lagi bagaimana kelak murid-murid kita menghadapi manusia-manusia sesat dan bangsa kegelapan. Mudah-mudahan mereka semua tidak akan mengecewakan kita dengan segala jerih payah yang kita berikan pada mereka.” Kata Basri.

“Sudahlah, sekarang mendingan kita masuk untuk mandi dan makan siang, tidak terasa hari sudah menjelang siang, sebaiknya secepatnya kalian bertemu dengan calon murid kalian sehingga kalian bisa mengenal mereka dan mulai melatih mereka dan diri kalian sendiri karena waktu kita hanya singkat yaitu 5 tahun saja oleh karena itu kita harus bertindak cepat dan segera agar tidak membuang-buang waktu lagi.”kata Bumi.

“Benar, uda Bumi, sebaiknya sekarang segera uda menyuruh orang untuk memanggil mereka dan keluarganya agar bisa kami diperkenalkan karena kami ingin segera membawa mereka ke tempat kami untuk dilatih.”
“Baiklah Masnan, aku akan menyuruh orang memanggilkan mereka datang untuk bersama kita makan siang agar saling mengenal dengan baik sehingga timbul kepercayaan mereka pada kalian sehingga kalian bisa membawa murid kalian pergi. Sementara itu lebih baik kita juga segera mandi, karena aku mulai mencium bau-bau tidak sedap sedang beredar di sekitar kita, buktinya Siti sampai lari masuk ke dalam karena tidak tahan bau badan kita.”kata Bumi sambil tersenyum-senyum sambil mata jahilnya melirik ke arah Kahar.

Benar saja habis dia berkata begitu langsung muka Kahar kemerahan karena malu sekali ketahuan sedang mencuri-curi pandang ke arah kepergian Siti yang masuk ke dalam untuk mempersiapkan makan siang. Masnan dan Basri mulai curiga dengan melihat tingkah Bumi dan Kahar, terlebih-lebih dengan senyum jahil Bumi menyebabkan muka Kahar memerah karena malu.

“Kini aku mengerti darimana Aswin memperoleh kejahilannya, buah memang jatuhnya tidak jauh dari pohon.”goda Masnan kepada Bumi.

“Iya uda, malahan aku merasa ada sesuatu istimewa terjadi di sekitar kita tanpa kita sadari tapi sudah tercium baunya. Jangan-jangan kita tertipu dipaksa datang ke sini yang katanya untuk membicarakan usaha kita tapi ada maksud lain yang kita tidak tahu nih.” Sambung Basri.

Bertambah merah dan salah tingkah Kahar mendengar ledekan dari teman-temannya ditambah lagi Bumi semakin lebar senyum menggodanya. Karena tidak tahan buru-buru Kahar masuk ke dalam maksudnya melarikan diri dari godaan teman-temannya, tapi siapa sangka ini malah menambah godaan dari udanya.

“Lihat saja itu Basri, ada yang sudah tidak tahan ingin kelihatan ganteng di depan mata sang pujaan hati, buru-buru mau mandi padahal ingin mengejar bayangan sang juwita.”sahut Bumi dengan menahan tawa.

Tambah cepat jalan Kahar ke dalam untuk menghindari godaan teman-temannya yang sekarang sepertinya kompak ingin menggodanya bersama-sama, dari pada tambah berlarut-larut dan membuat mukanya memerah mendingan menulikan telinga dan langsung berjalan pergi. Karena kalau diladeni bisa tambah panjang urusan dan bisa terbongkar isi hatinya yang belum bersedia dia ceritakan pada orang lain.

Kini tampaknya Masnan dan Basri sudah mulai bisa menduga maksud kata-kata bersayap Bumi yang ditujukan kepada Kahar, sepertinya saudara kecil mereka ini sudah jatuh cinta dengan ipar Bumi yang memang cantik jelita itu. Lelaki mana yang tidak tertarik dengan Siti, hanya pria yang tidak normal saja yang tidak menyukai gadis itu. Mereka sudah berbahagia berkeluarga, kalau mereka masih sendiri tidak menutup kemungkinan juga hati mereka akan tertawan oleh dara seperti Siti. Jadi mereka bisa memaklumi kenapa adik mereka bisa seperti sekarang ini tingkah lakunya, dia masih muda, tampan dan berilmu tinggi, gadis mana yang bisa menolak pria seperti Kahar. Tapi mereka semua tahu selama ini Kahar sepertinya tidak memperdulikan gadis-gadis yang jatuh cinta kepada dia, seakan-akan hatinya tidak mengenal dengan apa artinya cinta. Bukan berarti selama ini Kahar menunjukan tanda-tanda menyukai pria, dia menerima dan memberi perhatian lebih kepada para gadis-gadis tapi sebatas teman saja tidak lebih dari itu. Bnyak dari gadis-gadis itu salah sangka dengan semua itu, bahkan ada beberapa dari gadis-gadis itu yang minta pertolongan mereka untuk membuat Kahar menerima mereka, tapi sayang tidak pernah sekalipun mereka melihat hati Kahar tergerak seperti sekarang ini.

Ini membuat mereka senang sekali, karena sudah lama mereka prihatin kepada adik mereka ini kapan akan menikah sedangkan usia sudah tidak remaja lagi. Sekarang melihat semua ini, ketiga laki-laki ini saling memandang sehingga tercipta pengertian diantara mereka untuk membantu sang adik untuk mendapat sang pujaan hati. Mudah-mudahan tidak lama lagi mereka bisa merayakan sebuah hajatan yang meriah untuk sang adik. Bumi merasa senang sekali bisa memenuhi amanat isterinya untuk mencarikan pendamping yang cocok buat adik iparnya itu. Dan dia merasa Kahar merupakan pilihan yang sangat sempurna buat Siti, dia akan menanyakan pada Siti bagaimana pendapatnya tentang Kahar karena dia pernah melihat Siti curi-curi pandang pada Kahar dan selalu tersipu malu setiap kali matanya bertemu dengan mata Kahar. Itu artinya sang gadis juga menyukai Kahar, jadi tinggal mencari cara saja bagaimana mendekatkan Kahar dengan Siti.

Setelah sesaat mereka segera menyusul Kahar untuk masuk ke dalam dan mandi bersiap-siap untuk makan siang dan bertemu dengan calon murid mereka. Bumi segera memanggil muridnya yang sedang bertugas membersihkan halaman depan untuk memanggilkan 4 anak tersebut berikut dengan keluarganya untuk diundang makan siang bersama. Sementara murid itu memanggil mereka, mereka semua pergi basuh diri dan berganti pakaian.

Siapakah sebenarnya keempat anak yang akan mereka didik itu ? Apakah benar mereka dipersiapkan untuk mewakili unsur tanah, api, angin dan logam dalam melawan kerajaan kegelapan ?


bersambung
Diposkan oleh sieklie at 12:18 | Permanent Link | Komentar (0) |
Senin, Agustus 13, 2007

III : Mimpi Yang Aneh



Sambil makan malam bersama mereka berbincang-bincang hal-hal yang ringan dan sambil mengingat-ingat masa lalu, tapi dalam hati masing-masing tetap tidak bisa menghilangkan kejadian tadi. Aswin dengan santainya makan tanpa merasa terganggu dan Siti pura-pura mnyibukan diri membantu Aswin makan, karena sebenarnya dia merasa malu, sejak tadi dia merasa Kahar mencuri-curi pandang padanya. Sedangkan yang lain sibuk dengan makanan dan pikirannya masing-masing, tapi mereka berdua tidak menyadari bahwa ada seseorang yang memperhatikan tingkah laku mereka.

Wali Bumi bukanlah orang yang buta apalagi bodoh yang tidak bisa melihat dan merasa ada apa-apa diantara kedua orang ini. Oleh karena itu diam-diam dia memperhatikan mereka berdua dan tertawa dalam hati melihat tingkah laku mereka berdua. Dia merencanakan nanti jika ada waktu senggang dia akan menanyakan kepada Kahar mengenai hal ini, karena kalau memang keduanya saling jatuh cinta dia akan dengan senang sekali bisa mengikat tali persaudaraan yang lebih erat dengan Kahar.
Dan dia merasa bahagia bisa membantu adik iparnya mendapatkan seorang calon suami yang begitu baik, dia sangat berterima kasih selama ini kepada adik iparnya karena sudah membantu dia membesarkan Aswin dan mengurus rumah tangganya dengan baik, sampai-sampai lupa untuk menikah padahal usianya sudah termasuk kategori perawan tua untuk ukuran masa itu. Bukan tidak ada orang yang melamar iparnya, malahan saking banyaknya kadang-kadang membuat dia pusing tujuh keliling.

Kadang-kadang dia merasa tidak enak hati karena selalu merepotkan iparnya dengan segala masalah yang ada di rumah tangganya walau iparnya tidak pernah keberatan membantunya. Oleh sebab itu dalam hati dia bertekat akan berusaha mewujudkan perjodohan Siti dengan Kahar, dia tidak akan seberani ini mencampuri urusan percintaan orang lain jika dia tidak yakin bahwa keduanya mempunyai perasaan yang sama.
”Uda Bumi, mengapa tersenyum-senyum sendiri, bagilah ke kami apa yang ada di pikiran uda,” kata Basri sambil memandang wali Bumi.

”Ah tidak Basri, aku sedang berpikir mengenai suatu hal yang lucu saja, tapi untuk saat ini belum bisa aku bagikan kepada kalian. Nantilah jika sudah saatnya pasti kalian juga mengetahuinya.” kata Bumi dengan misterius.
”Begitu yah, Uda!, ngomong-ngomong, Uda sudah mendidik Aswin dengan dasar-dasar ilmu silat ?”

”Dari dia umur 3 tahun aku sudah mengajarkan padanya ilmu pernafasan untuk membantu dia memupuk tenaga dalamnya. Ada apa Masnan, kenapa kamu menanyakan hal ini ?”
”Bagaimana kemajuannya, Da?”

”Menurutku cukup baik karena sekarang dia bisa duduk bersemedi sampai 3 jam lamanya. Dan sejak bulan lalu aku sudah mulai ajarkan kuda-kuda dan ilmu dasar silat padanya.”
”Hmmm...mmmm... baguslah anak seusia dini mungkin diajarkan ilmu pernafasan biar dia bisa mempunyai tenaga dalam yang baik.”

”Masnan, ada apa kamu menanyakan hal ini? Kamu jangan buat uda tambah penasaran.”
”Begini uda, aku bermaksud untuk mengambil anak uda menjadi muridku, apa uda keberatan ?”

”Eh, tunggu dulu uda Masnan, aku juga ingin Aswin menjadi muridku.”
”Aku juga tidak keberatan kalau Aswin mau menjadi muridku.” kata Kahar pula.

”Ha .. ha... ha..., anakku yang mantiko (bandel sekali) ini ternyata banyak yang berminat menjadikan murid, ini benar-benar merupakan sebuah keberuntungan bagi anakku.”
”Maaf uda, bukan maksud kami meremehkan kepandaian uda tapi kami merasa ilmu kami yang tidak seberapa ini harus ada pewarisnya. Kami melihat Aswin bertulang bagus dan mempunyai bakat untuk menerima pelajaran ilmu silat dari kami. Sayang kalau bakat seperti ini tidak dibina dengan sebaik-baiknya.” kata Masnan.

”Putar-putar kata kamu, Masnan, tetap saja bilang aku tidak becus mendidik anak ini.” kata Bumi.
”Uda, sabar dulu janganlah berang (marah) aku tidak bermaksud seperti itu...”

”Jadi maksudmu apa ?” potong wali Bumi dengan wajah cemberut.
”Basri, kamu bantulah aku bicara kepada uda Bumi, biasanya kamu kan pandai membujuk orang.” kata Masnan menggaruk-garuk kepalanya kebingungan salah tingkah takut telah menyinggung perasaan kakak angkatnya itu.

”He..he..he... Uda Masnan ini, penyakitnya kalau sudah buang sampah, awak (kita) yang disuruh bersihkan, betul dak, Kahar.” goda Basri.
Terlihat Kahar manggut-manggut sambil tersenyum mendengarkan candaan Basri.

Tiba-tiba Aswin bertanya,”Ayah, apa maksud paman Masnan mengambil murid, aku tidak mengerti ?”
Wali Bumi masih dengan cemberut menjawab,” Pamanmu Masnan ini ingin mengambil kamu sebagai muridnya, karena katanya ayah tidak becus mendidik kamu, anak nakal.”

”Aduh, uda bukan begitu maksudku... uda janganlah berburuk sangka begitu.” kata Masnan tambah panik.
Melihat Masnan panik dan berkeringat dingin, wali Bumi yang tidak tahan melihatnya, langsung tertawa terbahak-bahak karena bisa mengerjai Masnan, hal ini sudah lama sekali tidak dia lakukan yaitu menggoda adik-adik angkatnya. Sekarang Masnan baru sadar sudah masuk jebakan sang uda, dan akhirnya dia ikut tertawa tapi dengan tawa yang miring karena jengkel dikerjai udanya.

”Sekarang aku mengerti dari mana Aswin dapat sifat jahil itu, buah jatuh tidak jauh dari pohonnya.” gerutu Masnan.
”Masnan...Masnan... janganlah terlalu serius begitu, hidup ini sudah terasa sulit, santailah sedikit, dunia tidak akan berhenti berputar dengan kita tertawa..” kata Bumi geli.

”Nah, kita sudah selesai makan bagaimana kalau kita pindah ke ruangan keluarga, biar kita bisa santai ngobrolnya, tidak tegang seperti tadi. Siti, minta Uni (kakak perempuan) Anik bawakan kopi buat kami dan kamu serta Aswin ikut kami.” kata Bumi, dia sudah mulai menjalankan perannya sebagai mak comblang, dia ingin Siti dan Kahar bertemu sesering mungkin sehingga ada kesempatan untuk mendekatkan hati mereka.
Siti mendengarkan perkataan udanya hanya menganggukan kepala sambil membawa Aswin ke belakang untuk mencuci mulut dan tangannya yang kena makanan serta mengganti baju anak ini dengan baju tidur, supaya nanti kalau dia mengantuk, tidak susah lagi ganti-ganti bajunya. Karena anak ini kalau sudah mengantuk langsung pulas, jika harus tukar baju lagi biasanya bisa berakibat anak ini ngambek saking kesal tidurnya terganggu.

Sedangkan Kahar yang mendengar Siti akan ikut ngobrol dengan mereka, merasa jantungnya berdebar tidak karuan antara senang, bingung, cemas, pokoknya semua perasaan bercampur menjadi satu. Tapi yang paling penting dia merasa bahagia karena masih bisa memandang wajah sang pujaan hati lebih lama lagi. Dia seakan-akan tidak ada puasnya melihat Siti, serasa dunia penuh warna dan hatinya terasa ringan serta ingin tersenyum terus, tapi dia tahu tidak bisa sembarangan bertindak karena kalau ketahuan oleh yang lain, entah bagaimana dia harus menjelaskan, lagi pula akan ditaruh ke mana mukanya jika cintanya hanya bertepuk sebelah tangan saja, belum lagi jika bicara semua perbuatannya terhadap Siti selama mereka berkenalan dulu, rasanya dia ingin menghilang dari permukaan bumi.
Sekarang mereka sudah ada di ruang tengah sambil menikmati kopi mereka, dan kebetulan pula mereka adalah pria-pria yang tidak suka mengisap rokok dan makan sirih, mereka hanya penikmat kopi dan tuak (minuman keras) yang sekali-kali mereka minum kalau sedang berada di luaran bersama.

Setelah sejenak mereka duduk dengan diam dan santai, Basri mulai membuka pembicaraan,”Uda Bumi, bagaimana dengan usul kami tadi, kami hendak ambil puteramu sebagai murid kami, uda bisa pilih salah satu dari kami yang menurut uda pantas menjadi guru putera uda.”
Sekarang wali Bumi merasa menghadapi dilema, di satu sisi dia tidak ingin berpisah dengan anaknya walaupun anaknya nakal tapi tetap menjadikannya sebagai penghiburan dan pengisi hatinya yang sepi sejak ditinggal oleh isteri tercinta. Tapi di lain pihak dia sadar dan merasa bangga bahwa tokoh-tokoh ternama di dunia persilatan seperti adik-adik angkatnya ini ingin menjadikan anaknya sebagai murid mereka. Tetapi memilih salah satu dari mereka itu lebih memusingkan kepala karena dia tidak ingin menyinggung perasaan adik-adiknya itu. Dia sudah mengangkat saudara dengan mereka, dan mereka memposisikan diri menjadi adik-adik angkatnya didasarkan pada usia dia yang memang lebih tua dari yang lain bukan dari peringkat ketinggian ilmu silat dan kepandaian lainnya. Dibandingkan dengan Basri, dia tidak bisa menyamai kecerdikan adiknya yang satu ini, dengan Masnan dia kalah dalam hal tenaga dalam, apalagi dengan Kahar dia kalah segala-galanya dari segi ilmu silat maupun tenaga dalam, adik mereka yang paling muda ini memang mempunyai ilmu silat dan tenaga dalam yang paling mumpuni diantara mereka. Tapi yang membuat dia selalu bangga menjadi kakak mereka adalah mereka tidak pernah mempermasalahkan dan membangga-banggakan kepandaian mereka, mereka tetap menghormati dia dan selalu minta pendapat dia untuk hal-hal yang mereka rasa mereka memerlukan pendapatnya dalam mengambil keputusan.

”Basri, aku pada prinsipnya tidak keberatan kalian menjadi gurunya Aswin, tapi kalau disuruh pilih salah satu aku susah jadinya, belum lagi kalian pasti ingin membawa Aswin ke rumah kalian untuk dilatih, sedangkan dia masih terlalu kecil untuk jauh-jauh dari aku dan Siti.”

”Uda, jangan menguatirkan kami akan tersinggung nanti jika uda memilih salah satu diantara kami menjadi guru Aswin, kami akan menerimanya dengan lapang dada karena kami yakin pasti uda sudah memikirkan terbaiknya bagi putera uda. ” kata Basri.

” Uda, kami berjanji pada uda untuk tidak merasa tersinggung atau marah pada uda, kalau uda memilih salah satu dari kami, tenang saja uda, kami kan bukan lagi anak-anak yang sedang memperebutkan mainan, tapi kami sungguh-sungguh ingin membantu uda untuk memberikan putera uda yang terbaik, bukan begitu uda Masnan dan uda Basri ?” sambung Kahar.
Masnan dan Basri manggut-manggut membenarkan perkataan Kahar. Mereka melihat uda mereka merasa kebingungan dengan permintaan mereka, karena itu mereka mempertegas maksud mereka untuk tidak membuat uda mereka susah dalam mengambil keputusan.

”Kahar, uda sangat berterima kasih kepada kalian yang mau membantu uda untuk mendidik Aswin, uda yakin seyakin-yakinnya bahwa maksud kalian murni selain mempunyai pewaris ilmu kalian, juga kalian ingin membantu aku mendidik anakku. Kalian sendiri sudah lihat kan tadi tingkah laku anakku, aku hanya kuatir nanti dia akan sangat merepotkan kalian saja.”
Siti dan Aswin diam saja mendengarkan pembicaraan ini, jauh dalam lubuk hati Siti tidak bersedia dipisahkan dari Aswin tapi dia tidak bisa menentangnya juga karena dia bukan ibu kandung Aswin semua merupakan keputusan ayahnya sebagai orang tua kandung Aswin, selain itu semua ini untuk kebaikan Aswin juga. Jadi dia lebih memilih untuk diam saja menunggu keputusan kakak iparnya itu karena dia tahu pasti uda Bumi tidak akan mengambil keputusan yang akan mengecewakan semua orang.

”Baiklah adik-adikku, beri aku waktu untuk berpikir yang terbaik bagi kita semua, bagaimana ?”
"Tidak masalah uda, ambilah waktu untuk berpikir, kami percaya uda pasti bisa memberikan keputusan yang baik untuk semuanya. Hanya sementara kami menunggu, kami akan merepotkan uda sekeluarga dengan kehadiran kami, apa uda tidak keberatan ?” tanya Masnan.

”Aduh, kalian ini seperti orang yang tidak kenal uda saja, kami sudah biasa kedatangan tamu, jadi tidak pernah merasa repot dengan semua ini, apalagi kalian jadi tamu, aku malah tambah senang karena ada teman ngobrol dan latihan silat... yah siapa tahu nanti malah ada yang bisa menetap di sini...” jawab Bumi sambil tersenyum simpul dan melirik Kahar.
Kahar yang merasa tersindir pura-pura ambil gelas kopinya untuk menutupi mukanya yang semburat merah karena malu. Cepat-cepat dia berusaha membelokan arah pembicaraan agar dia tidak merasa terpojok dengan sindiran sang uda.

”Oya mengenai masalah tadi uda, mungkin uda perlu menyelidiki siapa gerangan kakek Inal menurut Aswin itu. Karena terus terang saja walau dia tidak bermaksud jahat tapi aku tetap penasaran siapa gerangan dia, aku merasa semua ini mempunyai latar belakang yang tidak biasa.”
”Apa yang kamu katakan itu benar Kahar, aku juga merasakan hal yang sama, di dunia ini tidak ada yang terjadi tanpa sebab, pasti ada latar belakangnya. Apa uda tidak merasakan keanehan yang terjadi di sekeliling uda selama ini ? Atau keanehan yang terjadi pada anak uda ?”

Terlihat wali Bumi berpikir sambil mengelus-elus dagunya, terus dia mengambil kopinya seperti sedang mencari-cari jawabannya di dalam hirupan kopi itu. Tiba-tiba dia menggebrakan gelas kopinya ke meja...bruk... kopinya berceceran di atas alas meja.
”Basri, karena kamu bicara begitu aku baru teringat, kira-kira sebulan yang lalu, pagi hari sebelum aku mengajarkan kuda-kuda kepada Aswin, aku pernah mencoba menyalurkan tenaga dalamku ke tubuhnya, maksudku untuk membantu dia memperlancar jalan darahnya sebelum dia mulai latihan ilmu silat. Kamu tahu Basri, terjadi sebuah keanehan...” terdiam sejenak Bumi setelah mengatakan hal ini.

”Apa yang terjadi uda?, jangan bikin kami mati penasaran dengar cerita uda.” kata Masnan dengan tidak sabar.
”Sabar Masnan, aku lagi mencoba mengingat kejadian aneh itu, tadinya aku pikir ini kejadian yang biasa terjadi makanya aku melupakannya. Tapi setelah dipikir-pikir lagi hal ini tidak merupakan hal biasa terjadi.”

Kembali wali Bumi terdiam sambil berpikir keras, yang lain berusaha sabar menunggu Bumi meneruskan ngomongnya. Cukup lama juga dia terdiam sambil serius memandang anaknya, ini membuat yang lain mulai tidak sabar lagi. Sedangkan Aswin yang dipandang ayahnya seperti itu malah membalas menatap dengan mata yang bersinar tenang dan berkilauan jernih. Tapi akhirnya anaknya tidak tahan ditatap seperti itu oleh ayahnya.
”Ayah, kenapa ayah menatap aku seperti itu, apa di hidung Aswin tumbuh tanduk ?” kata anak itu sambil mulai memandang hidungnya.

Semua yang mendengar tersenyum, dan suasana mencair menjadi lebih santai.
”Bukan hidung kamu tumbuh tanduk, tapi di kepala kamu tumbuh dua tanduk.” kata Bumi menggoda anaknya.

Buru-buru Aswin meraba-raba kepalanya untuk memastikan ucapan ayahnya itu.
”Ah ayah, mana ada tanduk di kepalaku, emangnya aku setan makanya punya 2 tanduk di kepala?” rengek manja Aswin kepada ayahnya.

Sebenarnya Aswin sudah tidak betah duduk diam-diam mendengarkan ayahnya berbincang-bincang dengan teman-temannya, tapi seperti anak-anak lain seusia dia, dia juga mau tahu apa yang dibicarakan para orang-orang yang lebih tua. Oleh karena itu dia membetahkan dirinya dengan cara melatih mengatur pernafasannya sesuai petunjuk kakek Inal. Ilmu pernafasan yang diajari kakek Inal memang berbeda dari yang diajarkan ayahnya, dia dapat melakukannya di mana saja dalam keadaan apa saja tanpa harus dalam posisi tertentu, karena itu dia lebih menyukai latihan yang diberikan oleh kakek Inal dibandingkan oleh ayahnya.
Tetapi kakek Inal tetap menyuruh dia melatih ilmu pernafasan yang diajarkan ayahnya, karena itu sangat bagus untuk melatih kesabaran dan ketenangan. Dia tidak mengerti maksud kakeknya itu, tapi dia tetap melakukannya karena merasa nyaman setelah melakukan semedi.

Maka sekarang dalam keadaan duduk di kursi bundar di samping Bundanya dan mengambil sikap duduk tegak lurus, sedangkan kedua tangan dilemaskan dan diletakan di atas lutut. Perlahan-lahan dia menarik nafas melalui hidung dan mengeluarkannya melalui mulut, kemudian lama kelamaan dia mulai mengatur peredaraan hawa murni tubuhnya mengikuti gerakan pernafasannya. Lalu dia mulai menarik nafas bertambah pelan dan jarak tarikan nafas pertama dengan berikutnya lebih lama, seperti pernafasan orang yang lagi tidur dengan tenang, ini dilakukannya perlahan-lahan dan terus menerus.
Menurut kakek Inal, kalau dia rajin melatih ilmu pernafasan ini, dia akan bisa lama menyelam di air, karena dia bisa menahan dan menyimpan nafas dengan waktu yang lebih panjang dari orang normal lainnya. Hal inilah kenapa dia mau mempelajari ilmu pernafasan, karena ilmu ini awalnya cukup susah dibutuhkan konsentrasi yang baik untuk melakukannya. Apalagi untuk anak kecil lebih terasa susah, melatihnya dengan mata terbuka sehingga bisa melihat sekelilingnya, belum lagi masalah jika dia terburu-buru atau konsentrasinya buyar, dadanya akan terasa sakit sekali. Oleh karena itu dia sangat berhati-hati melatih ilmu pernafasan ini.

Saat ini dia bisa melakukan karena tidak ada kejadian atau pembicaraan yang menarik ditambah lagi orang-orang dewasa yang berbincang-bincang sepertinya tidak memperdulikannya sehingga dia merasa enak untuk melatih ilmu pernafasan ini. Tapi sekarang karena sang ayah sedang memperhatikan dia, makanya sebelum dia bertanya tadi dia sudah mulai menarik hawa murninya kembali ke perut dan dengan santainya bicara pada sang ayah tanpa takut ada akibat sampingan karena sudah melakukan ilmu pernafasan tadi.
”Uda, kami menunggu apa yang aneh pada Aswin.” kata Masnan.

”Begini, waktu uda salurkan tenaga dalam uda kepada Aswin, awalnya uda tidak merasakan apa-apa tapi lama kelamaan uda merasa tenaga dalam uda seperti tersedot tapi pelan-pelan sekali atau lebih tepatnya kalau diberikan perumpaan seperti kendi yang tiba-tiba airnya habis, padahal kalau dilihat sepintas kendi tersebut tidak ada lubang yang mengakibatkan kebocoran, tapi jika kamu memasukan air ke dalam kendi baru kamu akan bisa melihat ternyata ada lubang yang sangat kecil yang mengeluarkan air, semakin banyak kamu masukan air maka semakin deras pula air yang keluar di lubang yang kecil itu tadi. Nah, aku merasakan hal yang sama terjadi pada tenagaku pada saat kualirkan ke Aswin. ”
Maksud uda bagaimana, kami tidak mengerti, sudah jelas tenaga dalam uda tersedot keluar kan uda sedang mengalirkan tenaga dalam ke tubuh Aswin ?”.

”Benar Masnan, bagaimana ya cara menjelaskannya ?” kata Bumi sambil menggaruk-garuk kepala.
”Maksud uda Bumi itu begini uda Masnan, Uda bumi menyalurkan tenaga dalamnya tiga bagian tapi sepertinya tenaga yang tersedot keluar bukan tiga bagian lagi tapi malahan lebih banyak. Bukan bagitu maksud uda Bumi ?” kata Basri.

Memang diantara mereka berempat, Basrilah yang paling cerdik dan pintar melihat keadaan, mungkin karena dia mempunyai kehidupan dan latar belakang pedagang, karena itu dia harus bisa dengan cepat memahami keinginan orang lain supaya barang dagangannya laku.
” Benar seperti itu maksudku Basri, aku merasa tenagaku merembes keluar lebih dari yang aku salurkan, seperti ada yang menyedot keluar tenagaku memang awalnya tidak terasa sekali karena kecil sekali rembesan itu tapi deras dan terus menerus, makanya lama kelamaan aku merasakannya juga.”

”Pada waktu itu apa uda tidak memikirkan keanehan ini ?” kata Basri.
”Tadinya aku tidak memikirkannya lebih lanjut karena aku tidak merasakan sekali pengaruhnya, hanya setelah aku menarik tenaga dalamku aku merasa kelelahan dan tenagaku berkurang, aku pikir lumrah hal itu terjadi karena kebetulan saat itu aku baru habis bertempur melawan perampok. Tapi ketika aku mengulangi proses ini keesokan harinya, aku mulai merasa aneh dan ini berlangsung terus setiap aku menyalurkan tenagaku padanya.”

”Aneh juga ?! Aku belum pernah mendengar ada orang yang bisa menyedot tenaga dalam orang lain seperti yang uda alami.” kata Kahar.
”Selain merasa kelelahan apa uda merasakan hal lainnya, tidak ?” kata Masnan.

Kembali Bumi mengingat-ingat kejadian setelah itu, pelan-pelan dia menggeleng-geleng kepalanya sambil mengerutkan keningnya, ”hanya ... tapi entah ini dapat dikatakan ada hubungannya dengan tersedotnya tenaga dalamku atau tidak ?” gumam Bumi.
”Maksud uda ? ” kata Basri ikut-ikutan mengerutkan keningnya.

”Uda, katakan saja, kita sama-sama bahas apakah itu aneh atau bukan ?” kata Masnan.
”Kira-kira sebulan yang lalu, waktu aku tidur, antara sadar dan tidak sadar aku merasa didatangi oleh seorang pria yang gagah dengan wajah yang berwibawa dan berkumis tebal didampingi seekor harimau yang gadang (besar) sekali dan terlihat angker. Mereka datang dan mengajak aku bicara, yang aneh adalah harimau itu juga bisa bicara, aku sempat kaget dan takut, tapi saat itu rasanya aku tidak bisa bergerak untuk melarikan diri.” kata Bumi, lalu dia terdiam.

”Apa katanya uda ?” kata Basri penasaran.
”Hah... aku baru teringat.” kata Bumi sambil memandang aneh ke arah adik-adiknya dan anaknya.

”Kenapa aku bisa lupa perkataan orang tua itu ?” kata dia sambil menggaruk-garuk kepalanya kebingungan.”
”Uda....!!!” kata Masnan tidak sabar.

Yang lain juga mulai tidak sabar dan penasaran mendengar kata-kata Bumi yang terputus-putus tidak jelas maksudnya.
”Uda, kenapa uda memandang kami begitu aneh.” sekali ini Siti yang bertanya.

”Eh iya, uda kenapa memandang kami begitu.” kata Basri.
”Hmmm ... tiba-tiba aku ingat isi mimpi itu, padahal dari saat bangun sesudah mimpi itu sampai tadi aku sama sekali tidak ingat bermimpi seperti itu. Tapi setelah aku berusaha ingat-ingat kembali baru aku teringat kembali mimpi itu.”

”Begitu yah, uda. Berhubung uda sudah ingat mimpinya, bisa uda ceritakan kepada kami ?” kata Masnan tidak sabar.
”Seperti yang aku katakan tadi, aku didatangi seorang pria tua sekali dan seekor harimau besar. Mereka berdua mengajak aku duduk di sebuah pohon yang rindang sekali, setelah itu pria itu memperkenalkan dirinya, dia bernama Satyawarman dengan gelar Sutan Bagindo Inyiak dan harimau di sebelahnya bernama Sulaiman dengan gelar Panglima Harimau.”

”Sutan Bagindo Inyiak dan Panglima Harimau, kata uda Bumi?” potong Masnan.
“Iya benar, kenapa Masnan ?”

”Aku pernah mendengar legenda tentang mereka dari kakekku yang juga diceritakan oleh kakeknya, mereka merupakan orang-orang sakti yang mumpuni sekali di jamannya. Satyawarman masih keturunan raja, tadinya dia yang merupakan calon kuat pengganti raja tapi entah karena apa tiba-tiba dia menghilang dan tidak kedengaran lagi beritanya, tidak lama panglima kerajaan saat itu yang bernama Sulaiman juga menghilang.”
”Aku tidak pernah mendengar kisah ini sebelumnya, wah ini tambah seru saja, aku jadi tambah penasaran, hayo uda Masnan lanjutkan, untuk sementara uda Bumi dengarkan dulu, sesudah itu giliran uda Bumi yang ceritakan mimpinya.” kata Basri.

”Baiklah aku lanjutkan. Tidak lama setelah hilangnya mereka, di dunia persilatan muncul seorang sakti yang suka menumpas kejahatan dan selalu didampingi oleh seekor harimau. Setiap kemunculan orang itu selalu sendirian dan tidak disangka-sangka tiada yang sadar atau tahu kehadirannya, tapi jika terjadi pengeroyokan dalam jumlah besar maka akan ada harimau yang membantunya.” kata Masnan sambil tangannya mengambil gelas kopi untuk meminumnya, karena dia merasakan tenggorokannya mulai kering karena bicara terus.
Kemudian dia melanjuti ceritanya,” Kejadian ini tambah menggemparkan ketika tentara kerajaan mengalami musibah, bertempur melawan musuh dan mereka terdesak hebat. Tiba-tiba mereka mendapat bantuan dari orang itu dan harimaunya, dan yang lebih anehnya lagi baik orang sakti itu dan harimaunya sangat ahli dalam strategi perang. Orang sakti itu bisa memberikan aba-aba dengan menggerak-gerakan bendera kerajaan untuk melaksanakan perintahnya kepada prajurit secara tepat dan suara auman yang dikeluarkan harimau itu merupakan cara komunikasi perang yang suka digunakan Panglima Sulaiman untuk memulai melaksanakan aba-aba dari bendera.”

”Jadi walaupun mereka tidak melihat kedua orang itu tapi mereka merasa harus mematuhi dan melaksanakannya. Saat para prajurit ditanya, kenapa bisa mematuhi aba-aba dan perintah itu, mereka berkata, mereka merasa seperti sedang bertempur didampingi oleh Pangeran Satyawarman dan dipimpin oleh Panglima Sulaiman. Memang kedua orang yang menghilang itu merupakan para ahli strategi perang, setiap peperangan yang dipimpin oleh mereka selalu berakhir dengan kemenangan. Entah mulai kapan beredar berita bahwa orang sakti itu adalah Satyawarman dan harimau itu adalah jelmaan panglima Sulaiman.
Tapi benar atau tidaknya tiada yang tahu karena setiap orang yang pernah bertarung dengan mereka, tidak pernah melihat jelas wajah orang sakti itu dan mereka juga tidak pernah melihat adanya harimau di sekitar mereka, hanya mendengar suara aumnya saja, lalu tiba-tiba di saat-saat genting mereka bisa melihat berkelabat bayangan harimau di dekat mereka, dan harimau itu juga jago bertempur, banyak diantara mereka terkapar kesakitan kena terjang dan cakar harimau, sedangkan yang pernah bertempur langsung dengan orang sakti itu, selalu melihat gerakan silatnya seperti gerakan harimau. Makanya oleh orang-orang aliran sesat mereka dijuluki Bayangan Setan dan Harimau Setan, sedangkan kerajaan dan aliran putih memberi mereka julukan Sutan Bagindo Inyiak (panggilan hormat untuk harimau) dan Panglima Harimau, karena jika benar mereka itu adalah Pangeran Satyawarman dan Panglima Sulaiman maka julukan ini sangat cocok dengan mereka.”

Kembali tangan Masnan meraih gelas kopinya, tapi sayang kopi di gelas sudah habis, dia meletakan kembali gelasnya. Segera Bumi berteriak,”Uni Anikkk, tolong bawakan kopi ke sini.”
Tergopoh-gopoh pelayan yang bernama Anik itu keluar dari dapur sambil membawa ceret kopi yang masih keluar asap dari corongnya.

”Pak, ini kopinya.”
”Tolong uni tuangkan ke gelas itu dan sesudahnya letakan di tengah meja, biar nanti kami bisa ambil sendiri.”

Setelah dia menuangkan kopi ke gelas Masnan, langsung Masnan mengambil dan meminumnya untuk membasahi tenggorokannya.
”Ah nikmat rasanya. Nah itulah sekelumit cerita yang aku dapatkan dari kakekku, mengenai siapa gerangan orang sakti dan harimau itu, siapa sebenarnya mereka tidak ada yang tahu sampai saat ini. Makanya mendengar cerita uda didasarkan dari pengakuan mereka, aku jadi yakin akan kisah mereka itu. Uda Bumi, sekarang giliranmu menyambung ceritamu tadi.”

”Tapi mengapa mereka datang dan bicara pada uda Bumi, apa maksudnya?, Uda lanjutkan lagi ceritanya, kami penasaran.” tanya Kahar
Tiba-tiba,”Uuuaaahhhh. Bunda, aku ngantuk. Ayah, boleh aku kembali ke kamar duluan?” kata Aswin dengan suara yang terdengar mengantuk.

”Eh yah, sekarang sudah jauh malam, iya, Aswin kamu sudah boleh tidur. Siti, kamu bisa mengantarkan Aswin ke kamarnya, kalau kamu sudah mengantuk boleh tidur juga.”
”Baiklah uda, permisi uda semua, kami mau tidur dulu, hayo Aswin ucapkan selamat malam.”

”Selamat malam ayah dan paman semua, sampai jumpa besok pagi.”
Sebenarnya Siti masih ingin mendengarkan kelanjutan cerita Bumi, tapi dia merasa malu bergabung dengan mereka, kalau tadi ada Aswin jadi tidak terlalu kentara kehadirannya diantara mereka, tapi setelah Aswin tidak ada dia merasa tidak ada tameng dia melawan rasa malunya karena senang Kahar suka curi-curi pandang ke arahnya. Dia pikir lebih baik dia tidur dan mungkin nanti bisa tanya ke Bumi kelanjutan ceritanya.

Kahar yang melihat Siti hendak berlalu untuk pergi tidur merasa senang dan kecewa juga, senang karena dia bisa lebih santai melepaskan ketegangannya dan kecewa karena tidak bisa memandang wajah sang pujaan hati. Tapi dia juga tahu besok dan sampai beberapa hari lagi masih bisa memandang wajah Siti.
”Selamat malam juga Aswin, Siti!” balas Basri.

”Hmmm... selamat tidur.” kata Masnan.
”Baiklah, selamat malam, Siti, cepat kamu gendong dan bawa Aswin ke dalam, matanya sudah terpejam.” kata Bumi.

”Selamat malam.” kata Kahar pelan dan matanya tidak berani memandang Siti, hanya memandang punggung Aswin saja.
Melihat itu Bumi merasa geli dan ingin menggoda adiknya, tapi dia menahan karena tidak enak mempermalukan Kahar di depan yang lain dan lagian dia belum tahu apakah Siti juga menyukai Kahar, kalau dilihat dari sikap Siti ada tanda-tanda ke arah itu tapi karena memang Siti orangnya pendiam dan pemalu maka tanda-tanda itu terlalu samar. Dia ingin mempertegas dulu perasaan Siti sebelum mulai menggoda mereka berdua di depan yang lain, karena dia tidak ingin menyakiti perasaan kedua orang yang disayangi seperti adik sendiri ini.

Setelah Siti dan Aswin berjalan menuju ke dalam, Bumi segera mengangkat ceret untuk menuangkan isinya ke gelas yang lain dan gelasnya. Mereka sama-sama angkat gelasnya dan minum kopi yang sudah mulai dingin itu, lalu meletakan kembali gelasnya ke meja.
”Uda, sekarang sudah bisa lanjutkan ceritanya, terus terang saja hatiku mengatakan bahwa cerita uda itu ada sangkut pautnya juga dengan kami.”

”Eh Kahar, kenapa kamu bisa berpikir begitu?” kata Basri.
”Coba uda pikir, kenapa uda Bumi tiba-tiba bisa ingat mimpinya setelah kita mendesak dia dan uda lihat tidak tatapan aneh dari uda Bumi kepada kita tadi ?”

”Hmmm benar juga, tapi anehnya kenapa kamu bisa menyangkutkan mimpi uda Bumi dengan kita ?” kata Masnan.
”Uda Bumi, benar tidak perkataanku, atau instingku salah ?”

”Kahar, engkau memang pria pintar, tidak salah kamu dipercayai kerajaan menjadi penyelidik, karena kehebatan cara kamu berpikir untuk merangkai-rangkai kejadian yang terjadi.”
”Jadi maksud uda Bumi, apa yang dikatakan Kahar itu benar ? Apa mimpi uda ada sangkutan dengan kami !” kata Basri kaget juga, dalam hati dia harus mengakui kepintaran adiknya ini, dia memang cerdik dan dengan cepat bisa membaca situasi tapi dibandingkan dengan Kahar, dia merasa rendah diri karena kemampuan adiknya dalam merangkai perestiwa-perestiwa yang terjadi sangatlah hebat ini menandakan kecermatan dan ketelitian dia dalam memandang sebuah persoalan atau kejadian. Dia hanya cermat dan teliti selama itu menyangkut dengan uang, di luar itu sepertinya otaknya tidak bisa bekerja baik. Dia tidak iri akan kehebatan adiknya ini karena dia tahu setiap orang punya kelebihan dan kelemahan juga, yang jelas kalau menyangkut uang adiknya kalah jauh dari dia.

Makanya dia bisa sekaya sekarang karena kecerdikan dia dalam mengelola usaha dan keuangannya, semua saudaranya mengakui kehebatannya karena itu mereka mempercayai dia untuk mengelola keuangan mereka. Uang mereka digabungkan dan ditambah dengan uangnya, dia buka sebuah toko keperluan sehari-hari di Teluk Kabung, dan usaha ini sangat laris dan banyak pelanggan yang datang ke tempat ini. Selain tentunya usaha-usaha dia yang lain tersebar sampai ke Muaro Bungo (Jambi) dan Sinabang (Sumatera Utara).
Kali ini juga pertemuan mereka sebenarnya pertemuan rutin setiap tahunnya untuk membahas masalah toko dan pembagian keuntungan. Kebetulan pertemuan sekali ini dilakukan di tempat Bumi, setelah beberapa kali dilakukan di tempat dia. Mereka sering juga bertemu tapi biasanya karena ada persoalan-persoalan yang mereka membutuhkan bantuan yang lain. 2 bulan yang lalu mereka juga baru bertemu karena Kahar meminta bantuan mereka untuk mencari informasi mengenai perampok bernama Urang Rante (Orang Rantai julukan yang diberikan kepada narapidana, karena kaki mereka diikat dengan rantai) dari Sitiung.

"Benar sekali, supaya kalian tidak penasaran sekarang aku lanjutkan ceritanya. Setelah dia memperkenalkan diri dia melanjutkan pembicaraan.....” Wali Bumi mulai membayangkan kejadian di mimpinya dan menceritakan kepada saudaranya.
Seperti yang diceritakan Bumi, mereka duduk di bawah pohon yang rindang, di atas akar pohon yang menonjol keluar dan keadaan di sekeliling mereka hijau dipenuhi dengan rumput dan pepohonan lainnya. Suasana sangat tenang dan teduh sekali, Bumi tidak tahu di mana mereka berada.

”Cucuku, Bumi, mungkin kamu kaget dengan pertemuan kita. Baiklah, aku akan langsung saja bicara terus terang supaya kamu tidak tambah bingung dengan kehadiran kami. Bumi, perlu kamu ketahui anak laki-laki kamu itu adalah anak yang terbekati oleh Yang Maha Esa. Dia merupakan anak yang dipilih untuk melawan sang angkara murka, seperti ketika jaman aku masih hidup, akupun ditakdirkan untuk melawan iblis yang dilahirkan untuk memberi kekacauan di dunia ini. Dan perlu kamu ketahui lawan-lawan anakmu sudah dilahirkan, bahkan diantara mereka ada yang sudah dilahirkan 1 tahun lebih awal dari anakmu. Tapi jika kamu bertanya kepadaku siapa saja mereka, aku tidak bisa memberi jawaban karena itu merupakan rahasia alam dan kehendak sang Maha Kuasa. Aku hanya tahu bahwa aku harus mempersiapkan anakmu dan beberapa anak lain untuk menghadapi mereka.” kata Pangeran Satyawarman dengan menghela nafas dalam.
”Maksud kakek, ada beberapa anak selain anakku yang akan menumpas kejahatan ? Siapa mereka ?” kata Bumi.

”Bumi, kamu sudah mengenal mereka, yaitu Bastian, Saiful, Burhan, dan Karim, mereka juga murid-muridmu.”
”Hah, mereka ?” kata Bumi tercengang.

”Ini semua sudah diatur oleh alam, sejak kecil mereka sudah dipertemukan agar bisa saling mendekatkan diri dan sehati dalam menghadapi sang angkara murka. Karim akan menjadi patih kanan bertugas sebagai mata-mata, sedangkan Saiful yang akan menjadi patih kiri bertugas sebagai ahli pembuat senjata rahasia, Burhan yang akan menjadi pemimpin dari kelompok ini, Bastian akan menjadi penasehat sekaligus ahli strategi dan Aswin yang sebenarnya pemimpin utama tetapi karena karakternya suka seenaknya sendiri maka akan susah untuk menyuruh dia memimpin tim ini. Mereka semua akan kami didik secara langsung setelah 10 tahun mereka digembleng oleh guru-guru mereka yang berarti kemampuan dasar mereka sudah menjadi lebih matang.
”Jadi, maksud kakek, kelima anak itu akan menjadi pewaris ilmu harimau kalian, dan mereka nantinya akan mempunyai kemampuan yang berimbang ?!.” tanya Bumi.

”Mengenai apakah kemampuan mereka berimbang kelak, itu juga masih merupakan rahasia alam, yang aku tidak dapat meramalkannya. Yang jelas kami menerima wangsit dari Yang Maha Kuasa bahwa kami harus melatih kelima anak itu sesuai dengan bakat dan kemampuan mereka. Tetapi sebelum mereka kami latih, mereka harus melewati tahap persiapan akan dasar-dasar tenaga dalam dan ilmu-ilmu silat. ”
”Maafkan aku, kakek, aku masih tidak mengerti maksud kakek karena terus terang saja kepintaran dan kecerdikanku pas-pasan saja.” kata Bumi malu-malu.

”Ha..ha...ha... Bumi, aku senang kepada manusia seperti kamu, polos, jujur, apa adanya dan tidak malu untuk bertanya. Baiklah, aku akan menjelaskan lebih lanjut padamu.” kata Pangeran Satyawarman.
”Bumi, dalam wangsit yang aku terima, kelima anak ini sebelum di didik oleh kami, akan didik terlebih dahulu orang lain yang sudah digariskan untuk mempersiapkan mereka supaya kelak bisa menerima ilmu harimau dari kami. Adapun anakmu sudah dipilih oleh Datuak Inyiak Balang untuk dijadikan pewarisnya, ini merupakan suatu keberuntungan bagi anakmu karena dia juga merupakan murid dari perguruan kami sehingga mungkin kelak anakmu tidak akan mengalami kesulitan untuk ilmu-ilmu yang akan kami wariskan.”

Kaget sekaligus bangga Bumi mendapat tahu bahwa puteranya dipilih oleh pendekar nomor satu seluruh ranah Minang untuk dijadikan muridnya, karena penasaran dia mengajukan pertanyaan kepada Pangeran Satyawarman.
”Kakek, kenapa bisa pendekar nomor satu itu memilih anakku sebagai pewarisnya, apakah atas petunjukmu ?” tanya Bumi.

”Bukan Bumi, kami tidak pernah memberikan petunjuk apapun kepada dia untuk mengambil puteramu sebagai pewaris. Tapi perlu kamu ketahui cucu muridku Datuak Jangek Kuniang mempunyai sebuah keahlian khusus yang dia dapat dari tanah seberang yaitu ilmu perbintangan dan meramal. Jadi dialah yang menuntun cucu muridnya Datuak Inyiak Balang untuk mengambil Aswin sebagai muridnya. Kakek Inal yang kelak disebut-sebut anakmu itu adalah dia, nama dia waktu mudanya adalah Zainal, tapi dia menyebut dirinya Inal.”
”Aku tahu Bumi, kamu pasti senang sekali anakmu menjadi murid tokoh utama di ranah ini.” kata Sulaiman dengan tiba-tiba

Bumi sampai terlonjak kaget karena tiba-tiba mendengarkan suara manusia yang dikeluarkan oleh seekor harimau. Pangeran merasakan keterkejutan Bumi dan merasa kasihan melihat wajahnya yang memucat melihat ke arah Sulaiman.
”Kakanda Sulaiman, janganlah kamu menakut-nakuti Bumi, rubahlah penampilanmu menjadi manusia kembali.” kata Pangeran dengan pelan.

”Baiklah, Yang Mulia Pangeran”, sahut Sulaiman.

Wessss… bummm…asap timbul mengelilingi harimau itu, tiba-tiba di tempat tadinya ada seekor harimau duduk, sekarang berubah menjadi seorang pria seumuran Bumi yang gagah perkasa dengan kumisnya yang melintang menambah keangkeran pemilik wajah itu.

Bumi menatap terpana atas kejadian itu, sambil mengucek-ngucek matanya dia memandang wajah pria gagah itu. Wajah itu mirip sekali dengan kakek moyang isterinya, yang lukisannya tergantung di rumah mertuanya.

“Jangan kaget Bumi, memang lukisan yang tergantung di rumah mertuamu itu adalah aku. Jadi anakmu masih mewarisi darahku di tubuhnya dan darah paduka Pangeran. Karena mertua laki-lakimu merupakan hasil pernikahan dari keturunanku dan keturunan paduka Pangeran. Mungkin kau bertanya dalam hati kenapa mertuamu hanya memiliki lukisanku tapi tidak mempunyai lukisan paduka Pangeran?, itu dikarenakan lukisan paduka Pangeran disimpan di istana Pagaruyuang dan tidak diperkenankan dipamerkan kepada khalayak umum.”

Bumi semakin terheran-heran dan kagum kepada kedua orang sakti ini yang bisa meraba apa yang menjadi pemikiran dia. Sekaligus dia semakin merasa bangga karena pernah menikahi keturunan dari kedua orang hebat ini. Sekarang dia tidak heran lagi akan kehebatan mertua laki-lakinya itu karena dia merupakan keturunan dari kedua orang hebat ini.

“Tapi Bumi, kamu jangan besar kepala dengan semua ini dan lupa diri, biar bagaimanapun dirimu adalah dirimu, pada saat kamu meninggal nanti segala embel-embel yang melekat padamu kini tiada artinya, jadi selalu mawas diri dan rendah hatilah selalu seperti sekarang ini jangan berubah.” kata panglima Sulaiman.

“Aku berjanji kakek, aku akan selalu mawas diri dan tidak tinggi hati dengan semua yang ada padaku. Jika aku melanggarnya kakek berdua boleh menghukum aku, dan aku tidak akan melawan sedikitpun.” Sahut Bumi.

“Baguslah kalau begitu, kembali ke masalah kita tadi, Bumi, sebagaimana yang telah aku katakan tadi bahwa anakmu akan menjadi murid dari cucu muridku, oleh karena itu aku minta kau mengizinkannya dan kau boleh tetap mewarisi ilmu pamungkasmu kepada anakmu itu. Ilmu-ilmu apapun yang diberikan kepada anakmu tidak akan menjadi masalah bagi dia karena memang dia dipersiapkan sedemikian rupa untuk bisa menerima ilmu-ilmu yang kelak akan kami wariskan kepadanya dengan harapan nantinya dia benar-benar mempunyai kemampuan dan kehebatan silat maupun tenaga dalam yang bisa menandingi sang angkara murka itu.”

“Ilmu-ilmu yang kami berikan kepadanya nanti merupakan ilmu yang sangat berat dan dibutuhkan kecerdasan pikiran dan kematangan tindakan, juga harus dilengkapi dengan hati yang tulus dan berbudi luhur. Oleh karena itu kami mengharapkan kau bisa menanamkan budi pekerti dan ketulusan hati padanya sejak dini agar kelak dia dewasa, dia akan menjadi seorang pendekar yang berbudi luhur dan membela kebajikan.” Kata Sulaiman.

Sekarang setelah Panglima Sulaiman berubah wujud kembali menjadi manusia, lebih banyak beliau yang berbicara sedangkan Pangeran Satyawarman mendengarkan saja.

Sambung panglima Sulaiman,”Kamu mempunyai kesempatan untuk mendidik anakmu sampai dia berusia 8 tahun saja, karena setelah itu kami akan meminta Zainal membawanya pergi untuk dilatih lebih lanjut di perguruan kami supaya dia lebih konsentrasi.”

“Kamu tentu juga ingin tahu mengenai nasib anak-anak yang lain?, sebelumnya perlu engkau ketahui kelak banyak orang yang ingin menjadi guru untuk anakmu termasuk adik-adik angkatmu. Tapi takdir menentukan lain adik-adik angkatmu akan menjadi guru dasar bagi anak-anak yang lain. Tugasmu adalah mempertemukan adik-adik angkatmu dengan anak-anak itu, biarkan mereka memilih diantara anak-anak itu siapa yang akan menjadi murid mereka. Khusus Karim, engkau akan dapat mendidiknya bersama dengan Aswin karena dia harus engkau yang mendidiknya langsung. Setelah mereka mendidik ketiga anak yang lain selama 5 tahun, kamu harus membawa mereka kembali ke sini, karena akan datang guru lain yang akan mendidik mereka.”

Sejenak Sulaiman terdiam setelah bicara panjang lebar atas uraiannya, suasana terasa hening, kemudian terdengar suara Bumi bertanya.

“Kakek, bolehkah aku bertanya lebih lanjut?” tanya Bumi.

“Apakah engkau ingin tahu kenapa Karim harus engkau yang didik ? Dan siapa gerangan yang akan menjadi guru selanjutnya dari anak-anak itu ?, Benar tidak, Bumi ?”

Kembali Bumi merasa sedikit gentar karena tokoh-tokoh di depan dia itu bisa membaca pikirannya, sehingga dia merasa harus berhati-hati kalau memikirkan sesuatu, takut mereka marah setelah tahu apa yang dia pikirkan.

“Bumi, kamu jangan gentar karena kami bisa membaca pikiran kamu, jika pikiranmu bersih engkau tidak harus takut dengan hal ini.” Kata Pangeran Satyawarman dengan senyum dikulum.

“Baiklah Bumi, aku menjawab pertanyaanmu itu supaya kamu tidak penasaran. Mengenai kenapa Karim harus kamu didik dikarenakan kami tahu kamu adalah mata-mata bagi kerajaan di masyarakat (istilah jaman sekarangnya agen rahasia), Tidak banyak yang tahu mengenai pekerjaanmu ini bahkan keluarga dan para saudara angkatmupun tidak mengetahuinya. Ini saja sudah membuktikan kehebatan kamu sebagai seorang mata-mata yang diutus langsung oleh baginda. Kamu bisa menipu orang lain dengan penampilan kamu yang terkesan lugu dan sederhana itu.” Kata Sulaiman dengan tersenyum simpul.

Ternyata Bumi ini mempunyai pekerjaan sampingan selain sebagai wali nagari, tidak heran dia sering pergi ke luar kota karena dia harus pergi menyelesaikan tugas yang diberikan baginda dan melaporkan hasilnya. Inilah salah satu lagi kehebatan dari Bumi adalah dia bisa menyembunyikan identitas dirinya dari orang lain. Memang kehebatan dari seorang mata-mata itu diukur dengan kemampuan dia membaur dalam masyarakat tanpa mereka menyadari siapa sebenarnya dia. Dalam hati Bumi semakin salut kepada kedua tokoh mumpuni ini, karena mereka bisa mengetahui apa yang dikerjakannya.

“Kami ingin Karim mempunyai kemampuan seperti kamu, kami juga tahu mendidik anak itu untuk menjadi sehebat kamu tidaklah mudah, tapi tidak apa kami ingin dia mendapatkan dasar-dasarnya dari kamu, setelah dia mendapat didikan dari kamu selama 5 tahun, akan tiba masanya sama dengan anak-anak lain, dia bertemu dengan guru berikutnya. Sedangkan siapa gerangan guru selanjutnya bagi anak-anak itu, ada beberapa orang yang kamu pernah dengar namanya seperti Datuak Saluang Maut, Pandeka Tinju Lautan dari Pulau Bulan, Dewi Kipeh (Kipas) Matohari, Dua Serigala Putih dari Sungai Dareh, dan ada beberapa yang lain.” Kata Sulaiman. “Wah, kakek, mereka adalah tokoh-tokoh legendaries berpuluh tahun yang lalu, sungguh hebat mereka masih hidup sampai sekarang, mungkin umur mereka sudah di atas 80 tahun. Kakek, bagaimana dengan Aswin, apakah dia juga akan menerima pendidikan selanjutnya dari guru lain yang hebat-hebat juga seperti nama yang telah kakek sebutkan tadi ?”

“Khusus untuk anakmu ada sedikit perbedaan, karena dia sudah dipilih langsung oleh Zainal, maka pendidikannya akan terus berlanjut tanpa terputus. Dan kau jangan kuatir anakmu akan kalah hebatnya dibandingkan dengan anak-anak yang lain, karena sewaktu berada di tempat Zainal nanti, dia akan bertemu dengan guru-gurunya yang lain.” kata panglima Sulaiman.

“Syukurlah Aswin akan dididik oleh orang hebat juga, aku berharap dia tidak mengecewakan kelak.”.

“Setelah mereka dididik selama 5 tahun oleh guru-guru selanjutnya, maka kami akan datang menjemput mereka untuk kami didik Tentang perhitungan 5 tahun itu dimulai saat kedatangan adik-adik angkatmu ke rumahmu dan Aswin serta Bastian berusia 5 tahun, sedangkan anak yang lain berusia 6 tahun. Jadi tepat di usia 15 tahun nanti Aswin akan mulai kami didik sendiri.”

Tidak terasa berapa lama mereka bicara, tiba-tiba terdengar kokok ayam memanggil sang surya untuk memancarkan sinarnya di ranah minang ini.
“Bumi, itu pertanda sudah saatnya kami pergi, ingatlah baik-baik pesan kami ini kepadamu, kami yakin kamu mampu melaksanakannya. Setelah ini kamu akan melupakan pembicaraan kita ini, pada saatnya nanti kamu akan mengingatnya kembali dan kami harap kamu bisa menceritakan hal ini pada adik-adik angkatmu tetapi hanya hal-hal yang memang perlu mereka ketahui saja, kami yakin kamu bisa melaksanakannya secara bijaksana.” Kata Pangeran Satyawarman dengan nada halus.

Tapi entah kenapa Bumi merasakan nada halus itu sepertinya mempunyai kekuatan magis membuat dia mematuhi perintah terselubung itu.
“Sekarang kembalilah kamu, Bumi, laksanakanlah tugasmu dengan sebaik-baiknya, kami mengandalkanmu agar bisa terselesaikan dengan baik sesuai permintaan Sang Maha Kuasa.”

Setelah itu keadaan tempat mereka duduk dilingkupi oleh kabut, dan kedua tokoh itupun menghilang. Dan tiba-tiba Bumi terjaga dari tidurnya tanpa dia tahu apa yang membuat dia terbangun secara mengejutkan itu.
“Begitulah mimpiku itu adik-adikku, setelah mereka menghilang dan aku terjaga tapi aku tidak bisa mengingat mimpi itu sampai tadi kita berbicara. Mungkin sudah saatnya semua tahu apa yang akan terjadi nantinya. Dan aku senang ternyata anakku akan menjadi murid tokoh-tokoh utama yang mumpuni”,kata Bumi, tentunya ada beberapa bagian dari mimpi itu yang tidak dia ceritakan kepada yang lain seperti bahwa dia seorang mata-mata, kakek Inal yang dimaksud anaknya adalah Datuak Inyiak Balang, dan ada beberapa bagian lagi sesuai dengan nalurinya untuk tidak menceritakannya.

“Tokoh utama di dunia persilatan ? Siapa gerangan dia uda, apa mereka tidak katakan siapakah orang menjadi guru anakmu itu ?” tanya Masnan penasaran.
”Mereka hanya bilang nanti pada waktunya kita akan tahu siapa gerangan tokoh itu.”

Semua terdiam mendengar jawaban Bumi, mereka masih merasa takjub mendengar kisah mimpi Bumi yang sudah meramalkan apa yang akan terjadi di masa depan, tapi tetap masih terselubung misteri.
”Uda, apa anak-anak yang lain tinggal di dekat sini? Dan apakah masih mempunyai orang tua ?”

”Mereka memang tinggal di sini, Karim tinggal bersamaku dan kedua orang tuanya ada di tanah seberang, kedua orangtua Saiful masih ada asli penduduk sini. Sedangkan Burhan anak yatim piatu yang sekarang dibesarkan oleh keluarga mamaknya (paman/kakak dari ibu), Bastian hidup bersama ibunya. Mengapa engkau tanyakan hal ini Basri ?”
”Uda, seperti yang dikatakan para sesepuh, kalau memang benar aku akan mengambil salah satu dari anak-anak itu menjadi murid, pasti aku akan membawa dia pergi, apakah orang tuanya tidak keberatan dengan itu ?”

”Benar juga sih, tapi mungkin kalau diberi penjelasan mereka akan mengerti dengan sendirinya. Kalau perlu aku akan bantu menjelaskan kepada penanggung jawab mereka.”
Terdengar di luar kentongan dipukul sebanyak tiga kali, ini berarti sudah hampir menjelang subuh. Mereka memerlukan istirahat dan perenungan atas kejadian dari tadi siang sehingga malam begini, agar mereka lebih bisa menerima situasi yang telah terjadi sekarang ini.

”Dik, kalian pasti sudah lelah dan butuh istirahat, bagaimana kalau kita semua pergi tidur dulu, pembicaraan ini akan kita lanjutkan nanti, Aku juga akan mengundang anak-anak itu datang ke sini supaya kalian bisa melihat mereka dan siapa tahu mereka memang berjodoh dengan kalian.”
”Baiklah uda, aku pikir juga itu yang terbaik, dengan istirahat siapa tahu kita bisa lebih berpikiran jernih dan membantu permintaan dari para sesepuh itu.” sahut Kahar.

”Selamat malam uda, kami tidur dulu.” kata Masnan.
”Selamat malam juga, mudah-mudahan besok tidak terjadi hal-hal yang mengagetkan seperti hari ini.” sahut Bumi.

Segera semua berlalu dan berjalan menuju kamar mereka masing-masing sawmbil membawa pemikiran yang bermacam-macam sehubungan dengan mimpi dari Bumi itu. Tak lama suasana rumah semakin hening dan tenang, yang terdengar hanyalah suara koor para jangkrik untuk mengiringi sang rembulan yang semakin lama semakin bergerak menuju ke peraduannya.
Nun jauh di luar sana ada seseorang yang tidak tidur malam ini, bahkan di benaknya terjadi kesibukan merancang rencana ini itu untuk menggemparkan dunia persilatan, sebentar terlihat keningnya berkerut dalam dan mata yang berkilat-kilat penuh kebencian, sebentar berubah cerah bahkan sampai membuat dia tertawa kecil dengan mata yang memancarkan kelicikan dan kekejaman.

Di hadapan dia terdapat sebuah tempat tidur yang indah dengan 4 tiang penyangga yang terdapat ukiran ular yang sedang merayap naik dan melilit tiang itu. Sungguh sebuah ukiran yang sangat indah dan tidak ternilai harganya. Dikelilingi dengan kelambu yang putih berenda transparan yang sangat halus sekali jahitannya. Ruangan tidur inipun besar, dindingnya dihiasi dengan lukisan indah yang dibuat oleh pelukis terkenal dari seberang. Semua perabotan yang ada baik bangku, meja, lemari yang terdapat di kamar itupun merupakan hasil pahatan sangat halus dan indah, di setiap kakinya ada ukiran ular yang sedang membelilit kaki meja atau bangku tersebut.
Sungguh yang empunya kamar pastilah orang kaya raya melihat isi dalam kamar tersebut penuh dengan hasil karya manusia yang luar biasa indahnya. Dari semua yang indah ini ada satu hal yang mengganggu yaitu wajah orang yang ada di kamar itu, wajahnya sungguh menyeramkan dengan adanya bekas luka yang memerah menjijikan karena masih berair nanah di sekeliling pinggiran luka tersebut, kerusakan wajah itu dari kening kanan sampai tengah dagu, ditambah lagi dengan mata kanannya yang sudah tidak ada lagi sehingga terlihat hanya rongga hitam yang mengerikan.

Sebaliknya wajah di sebelah kirinya merupakan wajah seorang pria yang sangat tampan dengan mata hitam yang mempunyai pinggiran kebiru-biruan dan berbulu mata hitam lentik. Pasti dulunya sebelum wajah itu rusak, dia merupakan seorang pria yang sangat tampan sekali, entah apa penyebab sehingga wajah itu sekarang begitu mengerikan. Orang ini mempunyai tubuh tinggi kekar dengan warna kulit yang sawo matang, tapi sayang kakinya kecil tidak sepadan dengan besar tubuhnya.
Di atas tempat tidur itu terlihat sosok bocah kecil yang sedang tertidur pulas, raut wajahnya tampan dengan hidung yang tinggi mancung dan berkulit terang. Wajah itu terlihat tidak seperti wajah orang setempat, lebih tepat dikatakan anak ini bukanlah dari ranah ini tapi dari dunia lain sana. Sesekali orang yang sedang duduk itu melemparkan pandangannya kepada bocah ini dengan tatapan memuja. Sungguh sebuah pemandangan yang ganjil sekali, anak kecil dengan raut wajah yang mempesonakan, didampingi oleh orang dewasa yang bertampang mengerikan benar-benar bumi dan langit perbedaannya.

Siapakah gerangan kedua orang ini, apakah hubungannya dengan 5 harimau muda kita ? Bagaimana sebenarnya hubungan Kahar dan Siti ?
bersambung


Diposkan oleh sieklie at 15:29 | Permanent Link | Komentar (0) |
Selasa, Agustus 07, 2007

Jilid II : Ula Sirah Ameh
Pagi-pagi sekali sudah berdatangan beberapa perempuan ke rumah wali nagari Bumi membawa beberapa macam panganan kesukaan Aswin untuk diberikan pada bocah ini. Mereka ingin memastikan bahwa Aswin baik-baik saja, tidak mengalami demam atau kesakitan yang sangat. Bahkan tetua Nurdin menyempatkan diri menjenguk anak ini sebelum pergi ke Kayu Aro untuk menjual hasil kerajinan tangannya ke sana.

Tidak lama semakin banyak penduduk yang datang silih berganti untuk menjenguk Aswin, bocah ini sangat senang sekali menerima perhatian semua orang dan menikmati makanan yang diberikan mereka sambil sekali-kali meringis menahan sakit di pantatnya. Sang ayah hanya bisa melihat dan tidak bisa protes kepada penduduk atas perlakuan mereka pada Aswin. Tapi dalam hati para penduduk dan ayahnya terbesit keheranan kenapa Aswin tidak mengalami demam seperti pada umumnya anak-anak jika sedang kesakitan. Malah wajahnya berseri-seri sehat seperti tidak dalam kondisi sakit, para penduduk hanya berpikir seorang wali nagari yang sakti mandraguna seperti Wali Bumi pasti juga punya obat yang ampuh untuk sembuhkan anaknya, dan si anak sendiri pasti punya kekuatan yang lain dari anak biasa karena berayahkan seorang pendekar ternama.
Anak nakal ini mewarisi kecerdikan sang ibu, keberanian sang ayah, sedangkan dari segi sifat dia mengambil sifat periang ibunya dan sifat adil ayahnya. Berhubung dia memang anak yang jahil dan iseng, dia tidak mengakui rasa sakit di pantatnya sudah tidak ada lagi, bahkan pada saat dia bangun tadi pagi diapun merasa heran kenapa di pantatnya sudah tidak ada jejak bekas pukulan dan tidak merasakan sakit lagi. Karena senang perhatian semua orang maka dia pura-pura masih kesakitan di bagian pantat. Tapi saat pengasuhnya datang mau mengobati pantatnya dia berkeras menolaknya dan ingin mengobatinya sendiri, dia tidak mau banyak pertanyaan dari pengasuhnya mengenai kesembuhannya karena dia sendiri tidak tahu jawabannya di samping itu dia masih ingin menikmati perhatian orang-orang padanya.

Teman-teman mainnya, Burhan, Bastian, Karim dan Saiful juga datang untuk menjenguk dia, dan mereka duduk di sana menemani Aswin menerima limpahan sayang dari orang dewasa, sedikitpun tidak ada perasaan iri hati atau dengki kepada Aswin, mereka malahan tertawa-tertawa melihat kelakuan Aswin. Mereka tahu teman mereka ini memang jahil dan iseng tapi sangat baik hati, setia dan berani membela mereka jika terjadi suatu masalah, bahkan suka menghibur mereka jika ada yang menangis karena dimarahi atau dipukul oleh orang tua mereka, pokoknya Aswin bagi mereka merupakan teman yang disenangi dan secara tidak sadar mereka sudah menganggap dia sebagai pimpinan mereka. Walau orang lain melihat bahwa Burhan yang berperan sebagai komando mereka tapi sebenarnya secara tidak sadar anak-anak ini tahu yang selalu tampil di setiap situasi genting adalah Aswin, dan dialah sebenarnya pemimpin mereka dengan semua ide kreatif seorang anak yang suka membuat situasi sesuai dengan keinginan hatinya.
Dan mereka juga tahu sebenarnya Aswin tidak dalam kesakitan karena pada saat sepi dari orang-orang dewasa, Aswin dengan terkikik geli memperlihatkan pantatnya pada teman-temannya. Mereka heran kenapa pantat Aswin mulus tidak seperti habis dipukul, ketika mereka menanyakan hal ini, dia tidak bisa menjawab, pikirnya pasti ada seseorang mengobati dia waktu dia sedang tidur tadi malam, kejadian ini sudah terjadi beberapa kali tapi selalu jika bundanya tidak ada di tempat untuk mengobatinya..

Anehnya lagi kadang-kadang waktu dia tidur, dia bermimpi ada seseorang memasukan sesuatu ke mulutnya, lalu mengurut-urut tubuhnya, dan pada saat dia bangun keesokan harinya badannya terasa segar dan nyaman sehingga sering membuat dia ingin berlari-lari mengelilingi nagari ini. Kejadian ini sudah berlangsung lama, yang dia sendiri tidak tahu pasti kapan mulai orang itu memasuki kehidupannya, dia merasa mempunyai pelindung yang akan selalu menjaganya, akibatnya dia menjadi semakin nakal dan percaya diri, ini menimbulkan keberanian dalam dirinya untuk melakukan hal-hal yang oleh anak seusia dia tidak berani lakukan.
Sekarang teman-temannya selain menemani Aswin, juga tertawa-tawa geli melihat bagaimana tingkah Aswin dilimpahi kasih sayang oleh para orang dewasa itu, bagi mereka ini merupakan tontonan yang mengasyikan. Apalagi melihat tingkah Aswin yang sengaja seolah-olah pantatnya masih sakit bekas pukulan itu, dia benar-benar menikmati perhatian dan kasih sayang yang mereka limpahkan kepadanya. Dia tidak merasa bersalah menerima semua perhatian ini, karena dia tidak pernah memintanya, tapi mereka yang baik hati memberikan kepadanya, jadi dia merasa wajar saja dengan tidak mengatakan pada mereka bahwa dia sudah sembuh dari bekas pukulan di pantat semalam itu. Benar-benar pemikiran seorang anak yang mempunyai egosentris yang besar walau di balik itu semua dia juga mempunyai kualitas kebaikan dalam dirinya.

Semua penduduk di daerah itu tahu siapa Aswin dan mereka sangat menyayanginya serta melindungi anak ini jika kenakalannya menyebabkan kemarahan sang ayah. Ibu anak ini sudah lama meninggal sejak Aswin berusia 2 tahun, dia dibesarkan oleh adik ibunya yang bernama Siti, yang oleh Aswin dipanggil Bunda. Dari sang bunda inilah Aswin menerima pendidikan membaca, menulis dan dasar-dasar pengenalan ilmu pengobatan serta dasar-dasar ilmu mengatur barisan. Siti sendiri merupakan seorang perempuan yang terpelajar dan cukup dikenal di dunia persilatan karena keahlian pengobatannya, dia dinamakan Dewi Tangan Dingin.
Banyak sudah orang persilatan yang disembuhkan Siti, dan mereka merasa berhutang budi pada sang perempuan nan cantik ini. Orang menamakan dia Dewi Tangan Dingin karena memang Siti ini selain seorang perempuan yang cantik nan rupawan, berkulit hitam manis dan mempunyai tangan yang dingin sejuk setiap menyentuh orang yang sakit, sehingga mereka menamakan dia sesuai dengan keahliannya itu.

Kakaknya yang bernama Sabai Nurleila merupakan ibu kandung Aswin juga sangat terkenal di dunia persilatan dengan gelar Dewi Kuniang (Kuning) nan Cadik (cerdik), dia berkulit kuning bersih, keistimewaan sang kakak adalah daya ingatnya dan kecerdikannya dalam membaca situasi-situasi yang terjadi (alun takilek ala tabayang) menjadikan dia seorang ahli strategi perang yang hebat, anak kesayangan bupati Painan yaitu Sutan Gadang Merapi yang juga merupakan ayah dari kedua perempuan hebat ini.
Walaupun mereka mempunyai penampilan dan keahlian yang berbeda tapi kedua wanita ini saling sayang menyayangi dan saling melindungi satu dengan yang lainnya. Sang kakak mewarisi ilmu dan sifat sang ayah yang tegas dan periang tapi dikaruniai kecantikan sang ibu yang unik karena mempunyai darah keturunan Tionghoa sehingga mempunyai kulit kuning bersih, sedangkan sang adik mewarisi keahlian dan sifat sang ibu yang pendiam dan lembut tetapi mewarisi kecantikan khas orang Minang dan berkulit gelap seperti sang ayah, ini menyebabkan mereka mempunyai kecantikan dan ciri khas masing-masing.

Inilah sekelumit latar belakang dari keluarga isteri wali nagari Bumi, Aswin sangat menurut kepada Bunda Siti dikarenakan pernah membuat Bundanya menangis akibat kenakalannya, dan dia merasa takut kehilangan Bundanya dan dadanya terasa sakit setiap mengingat air mata sang Bunda, sejak saat itu dia selalu menurut kepada Bundanya karena tidak ingin melihat Bundanya menangis lagi. Tapi dengan kejadian itu secara tidak sadar membekas dalam hatinya, ini menimbulkan trauma. Setiap melihat seorang perempuan menangis sedih, dia merasa cemas dan sakit di dadanya, kelemahan yang tertanam dari kecil ini yang kelak pada saat dia dewasa akan menyebabkan banyak masalah yang memusingkan kepalanya..
Sebenarnya kenapa Siti sampai menangis dikarenakan pada saat Aswin berusia 5 tahun pernah membawa pulang sepasang ular kecil yang berkulit sangat indah sekali berwarna merah gelap berbintik-bintik keemas-emasan yang gemerlap kalau di lihat dalam kegelapan dan di kanan kiri atas kepala ular tersebut ada tonjolan kecil seperti tanduk. Dengan penuh kebanggaan dan senyum lebar serta mata yang berbinar-binar, dia menunjukannya pada sang bunda sepasang ular tersebut, langsung saja sang bunda terbelalak matanya dan tidak berani bergerak di tempat saking terkejut dan takutnya melihat kedua ular yang ada di tangan Aswin.

Ukuran ular ini tidak besar hanya sejengkal tangan pria dewasa dan mempunyai lingkaran tubuh kira-kira sebesar jari kelingking wanita dewasa. Kenyataannya adalah kedua ular itu merupakan ular langka yang jarang bisa ditemukan di muka bumi ini, ular ini hanya bisa ditemukan 20 tahun sekali karena saat itu mereka keluar untuk mencari pasangan mereka, setelah itu mereka akan menghilang dan tidak ada yang tahu ke mana. Di dunia persilatan orang tahu keganasan ular ini, banyak tokoh-tokoh persilatan mati akibat ular itu, bahkan banyak juga penduduk di sekitar bukit Barisan yang merupakan tempat kemunculan ular itu yang meninggal akibat ular ini.
Masa kawin ular ini hanya berlangsung selama 20 hari lamanya, maka dari itu orang-orang yang ingin menangkap ular ini hanya mempunyai waktu selama 20 hari, jika mereka gagal mereka harus menunggu 20 tahun lagi. Banyak tabib-tabib terkenal dan orang-orang persilatan yang ingin menangkap ular ini, tapi tidak semudah yang mereka perkirakan.

Anehnya entah kenapa populasi ular ini sangat sedikit sekali konon dari kabar yang beredar di dunia persilatan setiap 20 tahun sekali ular akan muncul di permukaan untuk mencari pasangannya dan paling banyak hanya muncul 30 ekor ular, jika ular-ular ini tidak menemukan pasangannya maka mereka akan mat dengan tubuh yang mencair setelah lewat 20 hari dari masa pencarian tersebut. Mungkin karena itu makanya populasi ular ini sangat sedikit ditambah lagi ular ini hanya bertelur 1 butir telur saja setiap kali mereka sudah menemukan pasangannya. Benar atau tidaknya kabar yang beredar tidak ada yang tahu tapi memang inilah kenyataan yang terjadi, semuanya merupakan misteri alam yang tidak dapat dimengerti oleh manusia.
Khasiat ular ini sangat baik sekali, darah dan dagingnya bisa memberi kekebalan terhadap racun apa saja kepada yang memakannya, sedangkan kulitnya mereka akan buat menjadi senjata beracun dan tanduknya jika dicampur dengan daging Kodok Lawa dari hutan Rimbo Kaluang akan bisa meningkatkan tenaga dalam yang memakannya dengan cepat karena campuran ini bisa membantu membuka semua jalan darah yang tersumbat yang biasanya harus dilakukan oleh ahli silat yang mempunyai tenaga dalam tinggi selama bertahun-tahun. Benar-benar binatang langka pilihan tidak heran banyak sekali orang yang ingin menangkapnya.

Tetapi kebalikan dari semua khasiatnya yang hebat ular ini merupakan jenis ular yang paling ditakuti karena mempunyai 3 jenis racun yang sangat ganas dan berbahaya pada tubuhnya. Racun yang pertama merupakan air liur (bisa) ular tersebut jika manusia atau binatang kena bisanya akan langsung mengalami sakit yang luar biasa di sekujur tubuh seperti disayat-sayat dan tidak sampai hitungan ke 20 biasanya yang kena racun tersebut langsung meninggal dalam keadaan kulit berubah menjadi merah seperti orang kena bintik demam berdarah, pecah semua pembuluh darah yang ada di tubuh
Racun kedua adalah yang ada di bawah kulitnya, jika ular tersebut merasa dirinya dalam bahaya karena orang bermaksud menangkapnya dengan menggunakan tangan telanjang, maka dia akan mengeluarkan lendir dari tubuhnya dan jangan harap manusia tersebut bisa hidup normal lagi. Karena di bawah sisik kulitnya terdapat semacam lendir yang beracun sekali, jika dipegang oleh tangan maka racun lendir itu akan masuk melalui pori-pori tangan ke dalam tubuh orang tersebut. Akibatnya tidak berapa lama seluruh syaraf yang ada di tubuh menjadi kaku seperti membeku dan seluruh tubuh tidak dapat berfungsi normal, dan orang itu akan menjadi seperti manusia tumbuh-tumbuhan, hanya bisa bernafas tapi tidak bisa bergerak. Ini merupakan siksaan yang paling mengerikan, dibilang hidup tapi mati, dibilang mati tapi masih bernafas.

Racun yang ketiga adalah uap yang dikeluarkan oleh hidungnya, begitu terhirup pada manusia atau binatang akan langsung mati karena paru-parunya sudah hancur di dalam tubuh. Keganasan ular ini sangatlah terkenal sekali dan karena keindahan kulitnya maka orang-orang menamakannya Ula Sirah Ameh (Ular Merah Emas).
Dan belum ada obat yang dapat menyembuhkan racun-racun tersebut bahkan Tabib sakti seperti Tabib Mato Tigo yang merupakan kakek guru Siti adalah seorang tabib yang sangat hebat, orang yang sekarat dapat dihidupkannya kembali, pun tidak dapat berbuat apa-apa untuk menolong orang yang kena racun Ula Sirah Ameh ini. Karena itu sejak sekitar 20 tahun yang lalu Tabib Mato Tigo menghilang dari dunia persilatan, menurut kabar yang beredar, beliau ingin mengabdikan dirinya untuk menemukan pemunah racun ular ini.

Tapi kini Aswin bisa memegang kedua ular tersebut dengan tenang dan santai tanpa cedera apapun juga. Di samping merasa ketakutan, sang bunda merasa heran dan kagum kenapa ular ini bisa melilitkan badannya ke tangan Aswin yang mungil tersebut tanpa melukai si anak itu sendiri, yang lebih anehnya lagi bahkan salah satu dari ular tersebut terlihat seperti kucing yang sedang menggesek-gesekan kepalanya ke jari-jari Aswin, sedangkan temannya menjulurkan lidahnya yang berwarna keemasan keluar menjilati tangan Aswin.
Sewaktu Aswin bergerak untuk mendekati sang bunda, langsung bundanya berseru, ” Aswin, jangan mendekat, berdiri di situ dan jangan bergerak!”.

Aswin langsung terdiam dan tidak berani bergerak, tapi karena penasaran dia bertanya,” Bunda, kenapa aku tidak boleh bergerak?”
”Kamu diam di situ sebentar bunda mau ke ruang sebelah, jangan ikuti bunda.”

”Baik, Bunda.” jawab Aswin sambil mengerutkan alisnya saking bingung melihat sikap bundanya yang aneh tersebut.
Kemudian Siti langsung berjalan pelan-pelan menuju keluar sambil matanya tidak lepas memandangi ular yang ada di tangan Aswin. Dengan penuh kecemasan dan ketakutan yang hampir membuat lututnya lemas, dia tetap berusaha berjalan ke ruang sebelah yang merupakan ruang keluarga di mana ayah Aswin sedang menerima tamunya. Begitu keluar dari pintu secepat kilat dia berlari mencari wali nagari Bumi,

Wali nagari Bumi sedang menerima 3 orang tamu yang merupakan teman seperjuangan ketika dia masih aktif di dunia persilatan, dengan santai dan tertawa-tawa mereka mengenang masa lalu waktu masih menikmati pertualangan di dunia persilatan. Adapun teman-teman wali nagari Bumi bukan orang sembarangan merupakan tokoh-tokoh yang terkenal di pemerintahan dan di dunia persilatan.
Yang duduk di sebelah kanan wali nagari Bumi berperawakan sedang dengan wajah bulat dan mata yang bersinar cerdik bernama Basri Surian atau lebih dikenal dengan sebutan Rangkayo dari Sijunjuang, julukan ini diberikan karena dia merupakan orang yang sangat kaya yang berasal dari kota Sijunjuang selain itu dia dikenal sangat dermawan dan berilmu silat tinggi, dengan jurus pedang Mato Manikam Pedang Bakilek (Mata menikam pedang berkilat) sudah termasuk tokoh yang susah dicari tandingannya.

Tokoh kedua yang duduk di sebelah kiri wali nagari Bumi berperawakan tinggi besar dengan kumis melintang di atas bibir menambah kejantanan dari wajah yang boleh dikatakan termasuk gagah ini bernama Masnan Asar bergelar Tangan Malaikat, tidak kalah terkenalnya, dengan ilmu Manyilang Tangan Bumi Tarengkek (Menyilang Tangan Bumi Terangkat) yang bersumber dari kekuatan tenaga dalamnya yang sudah mencapai tingkat tinggi.
Tokoh ini telah menggemparkan dunia persilatan ranah minang sejak 20 tahun yang lalu dan telah banyak penjahat yang tewas di tangannya diantaranya Iblis Duo Muko, Buyuang Gapuak (Pemuda Gendut) dari Pasaman, Datuak Siluman Gata (Datuk Siluman Genit) yang merupakan tokoh-tokoh dunia hitam yang sangat ditakuti.

Sejak 10 tahun yang lalu beliau telah memangku jabatan sebagai wakil jenderal pasukan Garuda Malayang, sebuah pasukan khusus yang bertugas menjadi pengawal pribadi raja. Kebanyakan wakil jenderal ini selalu bertugas sebagai mata-mata raja dan mengurus segala keperluan raja yang tidak resmi di luar lingkup istana, sedangkan jenderal pasukan ini selalu berada di dalam istana untuk melindungi raja. Pasukan ini merupakan pasukan pilihan dan sangat terkenal karena kehebatan serta keberanian mereka melindungi sang junjungan.
Dan tamu yang terakhir kebalikan dari kedua tamu sebelumnya, berwajah tampan dan pembawaannya begitu halus dan tenang selalu tersenyum seakan dunia ini penuh kedamaian yang bernama Kahar Nias, masih saudara jauh dari raja Minangkabau yang bertahta sekarang dan menjadi orang kepercayaan raja dalam menyelidiki dan menyelesaikan kasus-kasus yang tidak bisa ditangani oleh kerajaan seperti kasus di dunia persilatan ini, serta mempunyai gelar Sutan Mudo Barangin.

Fungsi dan tugasnya berbeda dengan Masnan, kalau Masnan merupakan pegawai resmi kerajaan sedangkan Kahar pegawai tidak resmi kerajaan karena dia masih keluarga jauh raja, dalam tugas merekapun bebeda walaupun masih ada sangkut pautnya. Tugas Masnan lebih bersifat melindungi raja dan keluarganya dari musuh-musuhnya sedangkan Kahar lebih bersifat ke arah penyelesaian persoalan yang menyangkut kasus-kasus dunia persilatan tapi mempengaruhi tatanan pemerintahan seperti pembunuhan patih kerajaan oleh orang dunia persilatan.
Sebenarnya Kahar Nias merupakan tokoh yang paling disegani diantara mereka berempat walaupun usia dia yang paling muda tapi ilmunya yang paling tinggi dengan ilmu Mangawang Awan Basurek Angin (Mengambang Awan Bersurat Angin) merupakan gabungan dari ilmu peringan tubuh tingkat tinggi dan ilmu jari maut yang bergerak seakan-akan seperti sedang menulis di angin, menjadikan dia menduduki peringkat 4 dari tokoh-tokoh berilmu tinggi yang ada di dunia persilatan saat ini.

Peringkat yang beredar di dunia persilatan sekarang ini dihembuskan oleh Datuak Kaba Bajalan (Datuk Kabar Berjalan). Entah dari mana dia bisa menilai peringkat orang-orang yang ada di dunia persilatan, menurut kabar yang beredar beliau ini merupakan tukang cerita keliling yang suka menceritakan kisah-kisah yang terjadi di dunia persilatan. Dia bisa mendapatkan kabar apa saja yang terjadi di dunia persilatan, bahkan rahasia yang berusaha ditutupi oleh orang pun dia bisa mengetahuinya. Memang dia menjalin hubungan dengan banyak kalangan baik dari golongan putih maupun golongan hitam bahkan dikabarkan dia cukup dekat dengan salah satu penasihat kerajaan yaitu Sutan Mamacik Langik (Sutan Memegang Langit).
Dan kebanyakan cerita yang dia sampaikan merupakan kebenaran, sehingga membuat orang ingin selalu mengetahui kisah yang diceritakan olehnya, secara tidak langsung dia membuat orang-orang yang ada dalam kisahnya menjadi orang terkenal. Bahkan ada beberapa orang yang mendekati dia supaya bisa dikisahkan olehnya kepada orang lain, tapi sayang Datuak ini mempunyai keunikan sendiri, dia hanya menceritakan kisah-kisah penting yang menurutnya mempengaruhi kehidupan manusia baik itu dari dunia persilatan maupun dari pemerintahan.

Tidak gampang untuk menemukan orang ini di jalanan, kadang-kadang bisa ditemukan di warung makan, di mana nanti dia akan bercerita kisah-kisahnya sebagai biaya ganti makan di warung itu atau bisa jadi dia ditemukan di tempat-tempat keramaian sedang membuat panggung untuk menceritakan kisah-kisahnya sebagai hiburan dalam bentuk boneka tangan. Dan setiap kehadirannya selalu ditunggu-tunggu, karena banyak kisahnya yang membuat orang mengerti apa yang sedang terjadi di dunia persilatan atau dalam pemerintahan.
Berdasarkan kisah yang baru-baru ini beredar, Datuak Kaba Bajalan mengisahkan tentang 5 tokoh teratas yang ada di dunia persilatan saat ini yaitu Datuak Inyiak Balang (Datuk Harimau Belang) yang merupakan tokoh nomor satu dan paling misterius, tidak jelas di mana tinggalnya, dia tidak bisa memberikan keterangan lebih banyak mengenai tokoh ini. Tapi kenapa dia berani menempatkan tokoh ini nomor satu karena beliau pernah seorang diri menggempur 5 datuk sesat yang berilmu mumpuni dengan segala kesaktian tingkat tinggi yang mereka miliki, kelima tokoh sesat itu tewas. Padahal mereka bukanlah tokoh sembarangan, merupakan tokoh papan atas bahkan hanya sedikit orang saja yang bisa tandingi 1 saja diantara mereka bisa dihitung dalam lima jari, tapi ini sekaligus 5 orang mengeroyoknya, bisa dibayangkan kehebatan dari Datuak Inyiak Balang ini.

Sedangkan tokoh-tokoh yang lain dia bisa memberikan keterangan mengenai asal muasal mereka berikut dengan ilmu dan guru mereka serta kehebatan-kehebatan mereka selama bekecimpung di dunia persilatan. Yang menduduki posisi kedua merupakan tokoh dari golongan hitam yang sangat ditakuti bernama Gadih Bungo Rampai (Gadis Bunga Rampai) yang bernama asli Zubaidah, karena tragedi masa lalunya yang buruk menjadikan dia seorang iblis wanita yang paling dihindari oleh tokoh-tokoh lain di dunia persilatan. Tokoh wanita ini tinggal bersama pengikut-pengikutnya di sebuah teluk bernama Teluk Tapang dan menghuni sebuah rumah gadang yang megah.
Tokoh ketiga bernama Eman Papatiah gelarnya Datuak Samuik Baracun (Datuk Semut Beracun) yang berdiam di Lubuak Mato Kuciang (Lembah Mata Kucing). Merupakan tokoh yang sangat ahli dalam ilmu racun, dia tidak termasuk golongan manapun, semua perbuatan dia hanya didasarkan pada kesenangan dia semata. Jika dia lagi senang siapapun orang yang mengganggunya akan bisa lolos dari racunnya, tapi sebaliknya jika dia sedang sedih atau marah siapapun orang yang ada disekitarnya akan dikerjai dia, apalagi kalau orang tersebut memang mencari perkara tidak nanti orang itu bisa hidup tenang seumur hidupnya. Tokoh ini jarang membunuh orang tetapi orang yang kena racunnya jangan harap bisa hidup normal lagi, ada yang setiap hujan akan mengalami siksaan kedinginan yang hebat, ada yang lumpuh separuh badan, ada yang harus mengabdikan diri padanya seumur hidup karena harus minum penawar darinya setiap bulannya, dan sebagainya.

Peringkat keempat tadinya diduduki seorang dari golongan hitam yaitu Bujang Lapuak (Perjaka Tua) dari Kiambang tapi setelah dia dikalahkan oleh Kahar maka posisi ini tergantikan sedangkan Bujang Lapuak tidak pernah lagi muncul di dunia persilatan akibat luka parah yang dideritanya, tidak ada yang tahu apa penyebab terjadinya pertempuran antara kedua tokoh ini. Banyak kabar angin yang beredar yang menjadi penyebab perkelahian ini karena seorang perempuan, tapi siapa perempuan itu tidak ada yang tahu. Dan Datuak Kaba Bajalanpun belum jelas mengenai hal ini memang dia mendapat beberapa berita tapi selama dia merasa belum terang duduk persoalannya, biasanya dia tidak akan berani membeberkan kisahnya ke masyarakat luas.
Dan yang terakhir adalah Nini Aluih (Perempuan halus) atau nama aslinya Rosnah merupakan penghuni Telaga Dewi di Gunung Singgalang, terkenal karena senjata rahasianya yang berbentuk segitiga (seperti bumerang kecil jaman sekarang), sebesar setengah telapak tangan, senjata ini dinamakannya Sagitigo Babaliak (Segitiga Berbalik), walaupun kecil tapi mematikan sekali dilepaskan tidak ada yang melesat mencari sasarannya dan ilmu kebatinnya (ilmu hipnotis jaman sekarang) belum ada yang bisa menandinginya, untungnya tokoh ini merupakan tokoh golongan putih. Perempuan ini juga terkenal kecantikannya dan merupakan tokoh yang jarang sekali muncul di dunia persilatan.

Demikianlah sedikit menceritakan tokoh-tokoh terkenal yang akan meramaikan kisah seru ini dengan keterlibatan mereka pada petualangan Aswin, anak laki-laki yang ditugaskan sang dewata untuk menyelematkan dunia dari kekejaman para manusia sesat.
Ketika Siti sampai di ruangan tersebut dengan wajah berkeringat dan pucat pasi seperti itu membuat keempat laki-laki menghentikan pembicaraan mereka dan menoleh dengan heran kepada Siti. Wali nagari Bumi beranjak berdiri dan menanyakan, ” Dinda Siti, ada apakah ? Kenapa dikau seperti dikejar setan di siang bolong begini.”

Dengan terengah-engah, Siti menjawab,” Uda, celaka sekali, si Aswin bermain-main dengan bahaya.”, ” Uda masih menyimpan sarung tangan baja pemberian kakek Uda dulu ?, ” Saya hendak pinjam uda, cepat ambil uda! jangan sampai terlambat.” seru Siti dengan ketakutan yang semakin kuat. Wali nagari Bumi masih bingung memandang Siti tapi dia tetap bergegas bergerak menuju kamarnya, karena dia percaya tidak ada hal yang bisa membuat iparnya ini panik seperti ini jika tidak ada hal-hal yang benar-benar menguatirkan. Sempat terlintas di benaknya, apa yang telah diperbuat Aswin sehingga bibinya ketakutan seperti ini.
Tak lama dia keluar dari kamar dan buru-buru ke ruang tengah di mana yang lain sedang menunggu, terdengar Kahar berbicara menanyakan ada apa gerangan sehingga Siti bisa panik seperti itu. Tapi Siti saking panik dan gemetaran seluruh tubuh malah tidak tahu bagaimana cara menjawabnya, dia hanya bisa menatap Kahar seperti orang terkesima saja. Semakin tidak enak perasaan wali nagari Bumi semakin dia mempercepat langkahnya untuk mendekati mereka.

”Ini Siti, sarung tangan yang kamu mau.”
Buru-buru Siti merampas sarung tangan tersebut dan langsung berlari kembali ke ruang sebelah, tapi kali ini dia diikuti oleh keempat laki-laki yang penasaran tersebut. Sampai di depan pintu, Siti berhenti dan berusaha menenangkan dirinya sebelum masuk dan kemudian pelan-pelan mendorong pintu untuk masuk ke dalam ruangan. Dan dia langsung terpaku kaku di tempat dan tidak mampu bergerak hanya bisa memandang terbelalak ke dalam dengan ketakutan yang sangat mencekam dan tidak lama terlihat tubuhnya bergetar dengan hebatnya.. Terlihat di dalam ruangan Aswin sedang bermain-main dengan ular-ular tersebut sambil tertawa-tawa. Dia sedang meniup-niup kedua ular tersebut berganti-gantian sambil mengeluarkan suara siulan yang berirama dan anehnya sepertinya kedua ular tersebur menikmati permainan ini bersama Aswin, ekornya melilit tangan Aswin dan setengah tubuh mereka berdiri meliuk-liukan badannya seperti menari di udara dan terlihat lidah-lidah mereka yang menjulur keluar seakan hendak menjilatin wajah Aswin..

Setiap siulan berirama yang dikeluarkan oleh Aswin langsung kedua ular tersebut bergerak sesuai dengan irama siulan itu. Wajah Aswin yang tampan terlihat semakin menggemaskan dan berseri-seri setiap melihat gerakan kedua ular, bahkan dia menambah tinggi dan cepat nada siulannya dan semakin ular itu bergerak tambah cepat seperti kegelian, yang paling menakjubkan adalah setiap ular itu bergerak seakan ada kemilau cahaya mengikuti gerakan mereka, ini disebabkan oleh pantulan cahaya matahari ke kulit mereka yang memang indah merah dengan bintik-bintik emas yang cemerlang. Sungguh suatu pemandangan yang menakjubkan dan langka sekali bisa terjadi dalam hidup bagi yang melihatnya, perpanduan keindahan dan bahaya yang mematikan.
Keempat pria yang masuk belakangan segera mengenali ular yang menjadi mainan di tangan Aswin, dan mereka hanya dapat memandang takjub dengan pemandangan luar biasa di depan mereka dan hanya bisa terpaku di tempat tidak tahu harus bagaimana. Sedangkan sang ayah merasa tidak mampu bernafas normal saking ketakutan melihat ular di tangan anaknya, yang sewaktu-waktu bisa membinasakan anak tunggal kesayangannya itu. Hati ayah mana yang tidak merasa sakit melihat anaknya bermain-main dengan bahaya tetapi tidak bisa melakukan apa-apa karena takut bisa mengejutkan ular itu dan menyebabkan kematian anaknya.

Sempat lima orang ini menghela nafas berat dan keringat keluar dengan derasnya dari tubuh mereka. Kehadiran Siti bersama ayah dan teman-temannya tidak disadari oleh Aswin karena dia sedang menikmati permainnya, dan mereka melihat kejadian aneh ini semakin mereka tercengang dengan mata semakin terbelalak tak percaya. Mungkin karena naluri merasa ada orang di sekitarnya Aswin menolehkan kepalanya ke pintu dan melihat lima orang berdiri di sana diam mematung sedang memandang dia dengan mata terbelalak. Tanpa sadar langsung dia menghentikan siulannya karena heran melihat lima orang dewasa itu yang sedang menatap dia seperti itu.
”Ayah, kenapa ayah menatap aku seperti itu.” ditatapnya mata sang ayah dengan heran dan bingung yang terbias di matanya.

Wali nagari Bumi seperti tersadar dari mimpi, dengan suara serak menahan perasaan, ” Aswin, di mana kamu menemukan ular-ular tersebut.” ”Cepat buang ular tersebut keluar.” ”Tidak, tidak jangan kagetkan ular tersebut, ayah akan menyelamatkan kamu.” dengan gugup wali nagari Bumi mencoba berbicara kepada anaknya, tapi semua orang tahu bagaimana paniknya wali nagari Bumi dengan kejadian ini sehingga dia seperti menceracau bicaranya.
”Kenapa ayah, memangnya ada apa dengan temanku ini?”, ” Lihat ayah, mereka sangat lucu dan cantik sekali bergerak-gerak seperti pelangi di bawah sinar matahari.”

Ingin sekali wali nagari Bumi meneriakan kepada anaknya bahwa ular itu bisa menyebabkan kematian anaknya tapi dia tahu tidak bisa melakukannya karena takut ularnya menjadi terkejut. Dia hanya bisa buka mulut tapi tidak keluar sepatahpun kata dari mulutnya.
Akhirnya Kahar yang paling cepat pulih ketenangannya segera berkata kepada Aswin,” Anak baik, di mana kamu dapat ular itu ?” ” Dia tidak mengigit kamu?”

Dengan heran Aswin menjawab,” Paman, ular ini tidak bakal menggigitku karena dia merupakan temanku yang baik.” ”Benarkan, teman?” kata Aswin sambil memandang ular yang ada di tangannya itu. Dan anehnya ular itu sepertinya mengerti apa yang dikatakan anak itu segera mengangguk-anggukan kepalanya kepada Aswin. ”Lihat paman, mereka tidak mencelakakan aku.” kata Aswin kepada Kahar dengan senyum manisnya sehingga memunculkan dekik di pipi montok itu. Bagi yang melihat keadaan Aswin mau tidak mau orang harus mempercayai omongannya.
Kembali Kahar menanyakan kepada Aswin di mana dia menemukan ular ini? Aswin menceritakan bahwa dia menemukan kedua ular ini sewaktu dia bermain di hutan.

Sang ayah yang sudah bisa menenangkan dirinya berkata,” Di hutan mana maksud kamu?” ”Mana ada hutan di dekat rumah kita ?”
”Hutan yang di dekat bukit berbaris itu, ayah.”

Wali nagari Bumi tercengang mendengarnya karena hutan itu jauh dari rumah mereka jika ditempuh dengan kuda yang bagus baru bisa ditempuh dalam waktu setengah hari tapi bagaimana anaknya bisa sampai ke sana karena anaknya tidak bisa menunggang kuda, belum pernah diajarkan.
”Bagaimana kamu bisa sampai ke sana karena hutan itu jauh dari rumah kita ?”

”Aku sering main ke sana kok ayah, bersama kakek Inal.”
”Kakek Inal?” ” Siapa dia ?”

”Kakek Inal, masak ayah tidak kenal?” dengan heran Aswin bertanya kepada ayahnya. ”Kakek kenal dengan ayah dan kakek sering datang ke sini ajak aku keluar bermain ke hutan itu.”
Semakin bingung wali nagari Bumi dengan jawaban anaknya, ingin dia membentak anaknya karena berpikir anaknya berbicara sembarangan saja, tapi dia tahu walaupun anaknya bandel tidak sekalipun anaknya berbohong padanya, setiap perbuatannya pasti diakui olehnya baik itu perbuatan baik maupun perbuatan yang membuat dia akan dihukum oleh ayahnya tetapi tetap dia akan mengakuinya dengan berani.

”Kenal di mana kamu dengan kakek Inal?”
”Kakek datang ke sini, waktu itu ayah dan bunda sedang pergi, jadi aku berkenalan dengan kakek dan bicara lama sekali sambil menunggu kalian pulang. Tapi ayah dan bunda tidak pulang-pulang juga jadi kakek akhirnya pergi.”

Kenapa kamu tidak pernah cerita kepada kami mengenai kakek Inal?”
”Karena kakek bilang kalau ayah atau bunda tidak tanya tidak usah bilang, tapi kalau ditanya aku harus jawab jujur. Makanya aku tidak ceritakan kepada ayah, karena ayah tidak bertanya kepadaku.”

Wali nagari Bumi yang mendengarkan jawaban anaknya hanya bisa menghela nafas saking geregetan. Cepat dia tersadar,” Sudah berapa lama kamu bermain dengan kakek Inal ?, dan apakah kakek Inal tahu mengenai ular-ular ini ?”
Sambil merenung-renung dan mengerutkan dahinya, Aswin sedang berpikir sudah berapa lama dia bermain dengan kakek Inal. Lalu katanya dengan perlahan, ”Aku bermain dengan kakek sudah lama sekali sejak aku usia 3 tahun, karena sekarang aku berumur 5 tahun maka berarti sudah 2 tahun aku bermain bersama kakek.”

Masnan yang dari tadi diam saja sudah penasaran akan anak ini, dia melihat tajam pada Aswin dan dia menemukan bahwa anak ini bertulang bagus dan tampaknya mempunyai bakat yang sangat baik untuk memperoleh pelajaran tenaga dalam. Dia menyukai dengan yang dia lihat ada dalam diri anak ini, kemudian dia benar-benar memandang wajah anak ini dan dia terkejut ketika memandang mata anak tersebut dia menemukan sepasang mata yang begitu jernih tapi mengandung kekuatan batin yang kuat sekali. Belum pernah seumur hidupnya melihat mata seorang anak seperti ini, biasanya dia menemukan mata seperti ini pada diri pertapa-pertapa tua yang sudah meninggalkan hal-hal keduniawian.
Terdengar lanjutan perkataan Aswin,” Kakek tahu. Bahkan kakek bilang aku boleh menjadikan ular ini temanku karena mereka akan patuh dan setia menemani aku sebab aku adalah tuan mereka.” kata Aswin dengan tersenyum kepada kedua ular itu kembali ular itu mengangguk-anggukan kepalanya.

Kemudian Masnan seperti tersadarkan, dari tadi dia sudah merasa ada sebuah kekuatan di dalam ruangan ini ternyata kekuatan itu memancar dari diri anak ini dan menyelimuti keseluruhan diri anak ini baik dari dalam maupun dari luar tubuhnya, sebuah aura kekuatan yang dashyat sekali. Dia dapat merasakannya karena dia pernah belajar ilmu kebatinan dari gurunya, ilmu yang bisa menahan pengaruh jahat yang memancar dari orang lain atau bisa dibilang ilmu hipnotis dan halusinasi jaman sekarang.
Sekarang banyak tokoh yang bisa ilmu halusinasi ini dan salah satu tokoh yang paling ditakuti akan ilmu ini adalah Nini Aluih karena kehebatannya mampu membuat orang berhalusinasi berkelahi dengan naga padahal dia berkelahi dengan temannya atau dia bisa mempengaruhi orang tersebut untuk membunuh dirinya sendiri. Sehebat apapun ilmu orang tersebut jika dia tidak mempunyai batin yang kuat maka dia akan terjerumus akibat ilmu ini. Makanya dunia persilatan memberikan gelar Nini Aluih kepadanya karena kemampuan dia yang seperti hantu mempengaruhi orang lain untuk berbuat sesuai dengan kehendaknya.

Dulu ketika gurunya mengatakan bahwa ada orang-orang tertentu yang ditakdirkan mempunyai kekuatan diri yang dasyat tidak seperti orang biasa lainnya, dia tidak mempercayainya karena dia merasa bahwa kekuatan itu dibangun oleh orang tersebut sendiri seiring dengan kepercayaan diri yang berkembang, bukan merupakan pemberian dari alam. Tapi kini dia mau tidak mau harus mempercayai perkataan gurunya itu akan kebesaran Tuhan menciptakan umatNya, seiring dengan itu dia kembali teringat percakapan dia dengan gurunya mengenai aura kekuatan ini.
Kekuatan ini sangat hebat sekali, tidak bisa disalah gunakan, apabila terjadi bisa malapetaka yang akan menimpa manusia. Karena itu orang yang memiliki kekuatan ini harus mempunyai kepribadian yang baik dan bagus akhlaknya. Ketika dia menanyakan kepada gurunya mengenai bagaimana bentuk kekuatan tersebut, gurunya hanya berkata tidak bisa menggambarkan kekuatan itu dengan jelas, tapi dapat merasakannya saja dengan kekuatan batin. Jika engkau sudah berhadapan dengan orang yang memiliki kekuatan itu maka engkau akan tahu. Gurunya pernah berkata bahwa dia pernah menemukan orang yang mempunyai kekuatan seperti itu, dan untungnya orang tersebut tidak melakukan hal-hal yang bisa merugikan atau menjadi penyebab malapetaka bagi orang lain.

Dan kini dia tahu dia sudah menemukan orang yang seperti dikatakan oleh gurunya, mempunyai aura kekuatan yang sangat dasyat. Maka sekarang dia tidak heran kenapa anak itu bisa bermain dengan ular ganas tersebut tanpa kuatir bakal dicelakai, karena sang ular juga mungkin merasakan kekuatan dasyat yang ada dalam anak ini dan merasa takluk.
Dalam hati Masnan sudah bertekat untuk menjadikan bocah ini muridnya, agar dia bisa mendidiknya dengan baik. Tapi ternyata bukan Masnan saja yang mempunyai pemikiran seperti itu, bahkan Basir dan Kahar mempunyai keinginan yang sama. Apalagi melihat keberanian dan kecerdasan yang memancar dari wajah lucu dan menggemaskan itu, sungguh sangat menarik sekali. Diam-diam dalam hati mereka sudah bermaksud membicarakan hal ini kepada sang ayah sesegara mungkin. Yang terpenting sekarang bagaimana mengatasi keadaan yang sedang berlangsung dan mereka bisa berbicara dengan ayah anak ini.

Setelah mengetahui keadaan, Masnan dengan tenang berkata kepada Aswin, ” Anak yang baik, kenapa sekarang kamu menunjukan teman-temanmu itu kepada kami.”
"Aku ingin menunjukan keberanianku tidak kalah dengan uda Pendi, uda Nasrul, uda Dasta, ayah selalu memuji-muji keberanian mereka bisa menangkap ular, padahal ular itu jelek sekali tampangnya. Akupun mau ayah memuji aku juga, tapi aku tidak mau bawa ular jelek seperti itu, maka aku bawa temanku yang indah ini.” jawab Aswin sambil tersenyum lucu.

”Siapa mereka, uda ?” tanya Basri kepada Bumi
Wali nagari Bumi yang menjawab pertanyaan itu, ” Mereka itu murid-muridku, Nasrul adalah anak teman kita Diram.”.

”Maksudmu Diram anak Patih Badik Patui (Petir), yang meninggal karena peperangan tempo hari ?” tanya Basri.
”Benar, dia bersama ibunya tinggal tidak jauh dari sini, sekitar 6 rumah di sebelah kanan rumahku. Anaknya senang bermain dengan Aswin, nanti aku ceritakan pada kalian mengenai mereka, saat ini bagaimana caranya agar ular itu tidak membahayakan siapapun.”

”Aswin, mereka itu jauh lebih tua dari kamu, Dasta saja yang paling muda sudah berusia 15 tahun. Dan mereka bawa pulang adalah ular sawah, tidak seperti ular-ularmu itu.”kata sang ayah dengan perasaan bercampur aduk antara marah, kagum, senang, takut, kuatir, geli.
”Memangnya kenapa dengan ularku ini ayah ? Mereka kan tidak mengganggu siapapun.” protes Aswin kepada ayahnya.

Belum sempat sang ayah menjawab, tiba-tiba Siti teringat cerita kakek gurunya, ular-ular ini sangat suka bersembunyi kecuali kalau memang ada hal yang menarik baru mereka akan keluar dari sarangnya. Dan biasanya ular ini tidak akan jauh-jauh pergi dari sarangnya kecuali bila saat mereka keluar mencari pasangan. Berarti Aswin tahu sarang mereka sehingga dia bisa memulangkan mereka kembali.
”Aswin, lihat ular-ular ini sudah capek main sama kamu, kenapa sekarang tidak kamu kembalikan dia ke sarangnya ?”

Aswin menggerakan kedua tangan ke arah wajahnya untuk melihat ular-ular itu dengan lebih jelas, dia melihat ular-ularnya menjulurkan lidahnya ke arah Aswin seperti ingin menjilati wajahnya, kembali kelima orang dewasa yang melihat itu menahan nafas, takut tiba-tiba ular itu mematuk wajah Aswin.
”Bunda benar, temanku sudah capek, baiklah aku akan memasukan mereka kembali ke rumah mereka.” kata Aswin.

Segera Aswin memindahkan ular yang ada di tangan kanannya ke tangan kiri, sehingga kedua ular itu ada di tangan kiri mungil milik Aswin, tangan kanannya mengambil tas yang ada di meja dan membukanya, mengeluarkan sebuah tabung dari bambu yang berlingkaran kira-kira sebesar lingkaran pergelangan kaki pria dewasa dan mempunyai panjang kira-kira 2 jengkal tangan pria dewasa. Dia membuka tutup tabung itu dan menyodorkan ke arah kedua ular itu, anehnya ular itu langsung bergerak masuk satu persatu, setelah itu Aswin menutup tabung itu dan dengan lembut meletakkan tabung itu di atas meja.
Setelah itu dia berbalik ke arah kelima orang di belakangnya dengan wajah tersenyum cerah dan mata yang bersinar-sinar terang. Tapi segera senyumnya hilang diganti dengan kebingungan karena melihat bundanya tiba-tiba meledak tangisannya dan tubuhnya tidak berhenti gemetaran limbung mau jatuh, untung dengan sigap tubuhnya ditangkap Kahar.

Kahar serba salah ingin melepaskan tubuh Siti takut dia jatuh, tidak dilepaskan dia yang merasa panas dingin dan jantung berdetak kencang tidak karuan, semakin lama Siti semakin keras tangisnya dan tidak bisa berhenti, tubuhnya bergoyang terus, dan Kahar akhirnya tidak tahan untuk tidak memeluk Siti karena iba melihat keadaannya, Siti meletakan kepalanya bersandar di bahu Kahar.
Sedangkan Aswin yang terkejut melihat keadaan Bundanya, berlari menubruk kaki Siti sambil dengan mata berlinangan air mata, dia ikut-ikutan ingin menangis melihat Bundanya seperti itu.

”Bunda....., bunda....” kata Aswin sambil menarik-narik celana panjang ibunya.
”Bunda kenapa menangis, siapa yang jahat pada bunda, bilang pada Aswin, bunda!”

”Bunda, .... Bunda..., jangan menangis... Bunda, kalau Aswin nakal membuat Bunda sedih katakan Bunda, Aswin berjanji tidak nakal lagi dan selalu mendengar perkataan Bunda.” terdengar suara Aswin mulai serak ikutan sedih melihat bundanya menangis.
Mendengar suara Aswin yang hampir menangis itu, Siti berusaha sekuat tenaga menahan isak tangis itu, setelah agak mereda baru dia sadar ternyata dia di pelukan Kahar, dan langsung dia cepat merenggut dirinya dari dekapan Kahar, terlihat pipinya semburat memerah karena menahan malu. Untuk mengalihkan rasa malunya buru-buru dia jongkok dan melihat mata Aswin.

”Aswin, bunda tidak apa-apa. Aswin, tidak suka melihat bunda menangis ?”
”Iya Bunda, Aswin tidak suka melihat Bunda menangis, dada Aswin terasa sakit, Bunda. Kenapa Bunda menangis apakah karena Aswin nakal? Aswin berjanji Bunda, untuk mendengarkan kata Bunda dan tidak buat Bunda menangis lagi.”

”Sayang, benarkah janji kamu itu?’
”Iya Bunda, Aswin berjanji mulai sekarang menurut kata Bunda.”

”Kalau begitu kita kaitkan jari, dan Aswin tidak boleh langgar janji.” kata Siti sambil mengulurkan jari kelingking kanannya ke arah Aswin, segera Aswin mengeluarkan juga jari kelingkingnya untuk dikaitkan pada bundanya.
”Sekarang bisakah bunda mengatakan apa kenakalan Aswin, sehingga Bunda menangis?”

”Aswin, tadi bunda ketakutan lihat kamu bermain dengan ular itu.”
”Memangnya kenapa bunda dengan teman-temanku itu?”

”Sayang, kamu tahu ular itu sangat berbahaya dan bisa membunuh manusia ?”
”Aku tahu, kakek Inal sudah mengatakan padaku mengenai ini, tapi kakek Inal juga sudah mengajari aku untuk menjadi tuan dari ular itu.”

”Begitukah ?” sahut Siti terheran.
”Iya, kata kakek biarpun mereka temanku tapi aku harus tetap waspada dan tidak boleh menyakiti mereka. Harus menyayangi dan merawat mereka dengan baik.”

Mereka menjadi tertarik untuk mengetahui bagaimana kakek Inal itu mengajari Aswin untuk menguasai sepasang ular tersebut.
Karena merasa penasaran, Basri langsung bertanya kepada Aswin,”Bagaimana caranya untuk menguasai ular tersebut, Nak ? Apakah kakek itu yang mengajari kamu ?.”

“Ayah, siapakah para paman ini ? “ kata Aswin dengan senyum di bibir.
Aswin, mari ayah perkenalkan kamu dengan teman-teman ayah, yang berdiri di samping kanan kamu dengan ikat kepala biru namanya paman Masnan, di sebelah kiri ayah ini Paman Basri dan di samping Bunda kamu namanya Paman Kahar, cepat kamu beri hormat kepada teman-teman ayah ini.”

Segera Aswin merangkapkan kedua tangannya dan membungkukkan badannya kepada teman ayahnya.
“Salam kenal dan hormat kepada para paman, namaku Aswin, anak wali nagari Batang Kapeh, Sutan Manenggang Bumi, usiaku 5 tahun.”

“Salam kenal juga untuk kamu, anak pemberani.” Kata Masnan.
“O ya, teman-teman ini adik iparku namanya Siti Nurindah, dia tinggal di sini bersama kami, Siti, ini teman-teman uda.”

Siti lalu memberikan salam kepada mereka dengan merangkap kedua tangannya di dada dan membungkukkan kepalanya sedikit sebagai tanda hormat, kemudian yang lain membalasnya dengan sikap yang sama.
“Uda, adik iparmu ini, bukannya si Dewi Tangan Dingin, yang ahli obat-obatan itu ?” kata Basri.

“Hmmm... benar sekali, mata kamu jeli sekali Basri.”
”Siapa yang tidak kenal dengan Dewi Tangan Dingin, banyak sahabat-sahabat kami pernah merasakan tangan dinginnya mengobati mereka, belum lagi bicara mengenai kecantikannya, di dunia ini ada 5 perempuan cantik, iparmu salah satunya.” sambung Masnan sambil tersenyum.

Semakin merah merona wajah Siti mendengar pujian itu, sambil menundukan kepala karena malu dia menjawab, ”Ah..., uda Masnan bisa saja, mana mungkin saya yang jelek ini termasuk 5 perempuan cantik dunia persilatan! Bisa jadi tertawaan orang banyak nanti.”
Melihat Siti yang semakin tersipu dan menunduk malu, Bumi merasa kasihan maka dia buru-buru mengalihkan pembicaraan kepada anaknya.

“Nah Aswin, kamu jawab pertanyaan Paman Basri itu. Ayah juga mau tahu bagaimana kamu bisa menguasai ular yang berbahaya itu.”
“Dengan siulan “

“Dengan siulan ???, maksud kamu ??”
“Iya, dengan siulan paman Basri.”

”Masak, hanya dengan cara begitu saja?”
”Benar paman dengan cara itu, kakek Inal mengajari aku.”

”Kamu bisa praktekkan untuk paman?”
"Tentu saja. Sekarang Aswin akan menyiulkannya.”

Mula-mula terdengar siulan yang pelan mendayu-dayu membelai telinga yang mendengarkan, lalu tambah lama tambah tinggi bunyi siulan tersebut sehingga kemudian yang terdengar hanya seperti hembusan angin tajam dari mulut bocah itu tapi tidak ada bunyi yang keluar. Tabung yang ada di meja mulai bergetar mendengar siulan Aswin semakin lama semakin keras getarannya, dan mendadak terdengar suara buk...buk...buk seperti ada sesuatu yang membentur dinding tabung seiring dengan siulan yang tidak terdengar bunyinya oleh telinga manusia, tapi bagi ular tersebut merupakan siksaan yang menyakitkan di kepalanya sehingga tidak tahan sakit mereka membenturkan kepalanya ke dinding tabung.
Lalu Aswin menghentikan siulannya, dan segera membuka tabungnya untuk mengeluarkan kedua ular tersebut. Terlihat kedua ular itu lemas seperti tidak bertenaga, kepalanya terkulai jatuh di tangan Aswin, segera Aswin meniup kedua ular itu bergantian pelan-pelan dan lembut sekali. Tidak lama kedua ular itu bisa berdiri dengan tegak kembali dan memandang Aswin dengan mengeluarkan lidahnya seakan-akan menyampaikan salam. Aswin tetap meniup kedua ular itu sampai dia melihat kedua ular itu sudah bisa meliuk-liukan badannya kembali.

”Maaf , teman-teman, bukan aku hendak menyakiti kalian tapi ayah dan para paman ingin mengetahui apa sebabnya kalian tidak bakal menyakiti aku.” kata Aswin lembut kepada kedua ular itu. Dan anehnya kedua ular itu mengangguk-anggukan kepalanya kepada Aswin.
Setelah itu dengan hati-hati Aswin memasukan kedua ular itu ke dalam tabungnya. Kemudian dia berpaling menatap kembali kepada ayah, bunda dan teman ayahnya.

”Begitu cara kakek Inal mengajari aku untuk menaklukan kedua ular itu. Siulan tadi membuat kedua ular itu kesakitan hebat di kepalanya dan lama-lama dia lemas karena tidak kuat menahan sakit, karena itu kakek bilang kalau kedua ularku ini nakal harus dibunyikan siulan seperti tadi jadi mereka tidak akan bisa berbuat macam-macam lagi.”
”Hmmm...mmmm..., apa kamu bisa mengajari paman siulan tadi?”

”Boleh saja, kata kakek Inal, jika memang ada orang yang mempunyai kemampuan untuk bersiul seperti aku, tidak masalah aku mengajarinya.”
”Benarkah, begitu kata kakek Inal?”

”Iya, paman Masnan.”
"Apa kakek Inal tidak mengatakan yang lain lagi mengenai kamu mengajari siulan itu.”

”Kata kakek Inal, siulan itu hanya bisa dikeluarkan oleh hawa murni yang bersih dan kuat dari dalam diri orang tersebut, jika tidak mempunyai jangan coba-coba melakukannya malahan nanti bisa binasa karena kedua ular tersebut menjadi marah dan akan mengeluarkan racunnya.”
”Coba kamu ajarkan kepada paman, siapa tahu paman juga bisa seperti kamu.”

”Baiklah paman Masnan, tapi izinkan aku meletakkan tabung ini di tempat tidurku.”
"Silahkan.”

Aswin berjalan menuju tempat tidurnya dan mengambil sebuah kotak yang berlubang di sekitar badan kotak tersebut lalu menaruh tabung ular ke dalam kotak dan menutupnya. Lalu menutupi kotak tersebut dengan sebuah kain yang berwarna hitam dan meletakkannya di samping bantal kepalanya.
Lalu segera dia berjalan menuju meja dan kursi yang ada di tengah ruang tidurnya, sementara dia mengurus sepasang ularnya itu, ayahnya mempersilahkan tamu-tamunya untuk duduk di kursi sekeliling meja yang ada di ruangan itu sambil menunggu Aswin.

Aswin berjalan mendekati Bundanya, yang wajahnya masih terlihat sebentar pucat sebentar merah setiap matanya berbenturan dengan mata Kahar yang sedang sembunyi-sembunyi menatap dia dengan penuh kerinduan.
Siti mengulurkan tangannya dan mengangkat Aswin untuk duduk di pangkuannya, biasanya diperlakukan seperti ini Aswin tidak menyukainya dan memprotes sang Bunda yang memperlakukannya seperti adik bayi, padahal dia sendiri masih di kategorikan balita. Tapi kali ini dia tidak protes bahkan dengan senangnya duduk di pangkuan sang bunda setelah sebelumnya mengusap wajah sang bunda dan mencium pipinya. Sitipun jadi senang dengan perlakuan Aswin dan mencium pipi montok Aswin.

”Bunda, Aswin janji tidak akan buat Bunda sedih dan menangis lagi serta akan menurut apa yang dikatakan Bunda.” terdengar Aswin berusaha menyakinkan sang bunda dengan janji dia sebelumnya.
”Iya, bunda tahu, anak Bunda mana mungkin ingkar janji, yang ingkar janji adalah tikus.” kata sang Bunda dengan tersenyum manis kepada Aswin.

Terdengar helaan nafas seseorang, dan kemudian disusul terdengar tertawa ditahan dari sang ayah. Mereka segera menoleh memandang Wali Nagari Bumi dan teman-temannya. Terlihat sang ayah sedang menahan tawa memandang Kahar diikuti oleh kedua temannya yang tersenyum simpul melihat Kahar yang memerah mukanya salah tingkah. Dan Siti yang melihat itupun ikut-ikutan memerah pipinya karena malu, sengaja dia menyembunyikan mukannya di belakang kepala Aswin. Rupanya Kahar terpesona memandang senyum Siti sehingga tanpa terasa menghela nafas untuk melonggarkan dadanya yang terasa sesak
Buru-buru Kahar bertanya kepada Aswin untuk menghilangkan malunya,” Aswin, kamu mau mengajarkan kami ilmu siulan tadi kan ?”

”Baiklah paman, kata kakek Inal jika tidak bisa jangan memaksakan diri karena bisa berakibat terganggunya hawa murni yang ada. Bila paman merasa darah bergolak kencang dan jantung terasa mau meledak segera hentikan siulannya, kalau tidak paman bisa terluka dalam. ”
”Hah, bisa sampai seperti itu?” kata Masnan tercengang.

Dia merasa siulan ini merupakan sebuah ilmu tenaga dalam untuk mengatur pernafasan seseorang sehingga bisa mengeluarkan siulan seperti yang dilakukan Aswin dan yang bisa digunakan untuk menekan lawan yang mempunyai ilmu seperti Ilmu Lawa Tabang (kelelawar Terbang) dan ilmu Ikan Lacuik (Ikan Pecut) yang mengandalkan kekuatan suara yang menusuk gendang telinga untuk membuyarkan kosentrasi dan menekan musuh.
”Iya, paman, bagaimana ? apa kita mulai sekarang ?”

Terlihat kelima orang dewasa itu menganggukkan kepalanya tanda setuju untuk mulai pengajaran ilmu tersebut. Jika ada orang yang lewat melihat keadaan ini pasti dia bisa terpingkal-pingkal tertawa melihat lima orang dewasa yang mempunyai ilmu yang hebat tapi menerima ajaran bagaimana bersiul dari seorang bocah berusia lima tahun. Tapi bagi yang mengerti pasti akan mau mengikuti pelajaran ini karena merupakan sebuah ilmu yang sangat berguna buat mereka.
”Baiklah paman, kita mulai, pertama paman pejamkan mata rasakan hawa yang ada di dalam tubuh paman, setelah itu pelan-pelan hawa itu ditarik ke arah paru-paru, buatlah paru-paru paman terasa mengembang karena hawa itu mengisi paru-paru paman. Terus kembalikan lagi hawa itu ke perut, lakukan itu sebanyak 3 kali setelah itu kumpulkan hawa murni tersebut kembali ke paru-paru biarkan sesaat lalu mulailah menghembuskan udara keluar dari mulut, pelan-pelan lalu naik terus nada siulannya sampai hembusan udara yang terjadi karena hawa murni yang keluar membentuk siulan.” sambil menjelaskan Aswin mempraktekkan kata-katanya. Mereka melakukan sesuai petunjuk Aswin, mula-mula semuanya lancar sampai pada ketiga kali menarik nafas ke paru-paru, tiba-tiba mulai Siti merasakan dadanya terasa sesak dan pemandangan matanya terasa gelap, cepat-cepat dia mengembalikan hawa murni ke perut dan pelan-pelan membuyarkan hawa murni itu. Dia tahu dia tidak bisa meneruskannya karena dia merasa paru-parunya seakan-akan membengkak kesakitan seperti hendak meledak makanya buru-buru dia mengikuti saran Aswin untuk tidak memaksakan diri.

Lalu Basri mulai merasakan hal yang sama ketika hawa murni itu didiamkan sesaat pada paru-paru sebelum dihembuskan keluar dalam bentuk siulan. Segera dia merasakan pergolakan darahnya seakan-akan bergerak dengan derasnya mengaliri seluruh tubuhnya dan itu terasa menghantam jantungnya terus menerus sehingga sakitnya bukan kepalang dan segera dia menghentikan penyaluran hawa murni ke paru-parunya.

Kahar, Masnan dan Bumi masih bisa bertahan, kemudian giliran Bumi yang merasa matanya berkunang-kunang dan gelombang mual yang terus menerus membuat dadanya berdenyut sakit sekali. Seperti kedua temannya, diapun menarik kembali hawa murninya.

Setelah beberapa saat mulai Kahar dan Masnan memajukan mulutnya untuk bersiul mengikuti Aswin, mula-mula terasa biasa saja karena pelan-pelan mereka melakukannya, lalu ketika nadanya semakin cepat dan tinggi, segera terlihat di wajah Kahar dan Masnan keringat deras turun dan muka mereka menjadi merah seolah-olah mereka berada di ruangan yang sangat panas sekali. Kedua tubuh mereka mulai bergetar, Kahar yang tenaga dalamnya lebih baik setingkat dari Masnan kelihatan getarannya tidak sehebat getaran tubuh Masnan.
Akhirnya Masnan tidak sanggup melanjutkannya dan segera melakukan penarikan kembali tenaga dalamnya dan mulai mengatur kembali hawa murninya supaya tidak buyar dan semua organ tubuhnya yang terasa sakit, sedikit sedikit dan pelan-pelan dialiri hawa murni itu untuk mengurangi rasa sakit yang dialaminya tadi.

Kaharpun mengalami hal yang sama tapi dia bisa mencapai nada tertinggi yang masih terdengar bunyi siulannya tapi begitu memasuki area siulan itu tidak bisa didengar oleh manusia, dia mulai kepayahan dan cepat dia tarik kembali hawa murninya, kalau tidak jantung dan paru-parunya akan meledak karena pergolakan di dalam tubuhnya sangat kuat sekali.
Sedangkan Aswin tetap dengan santainya bersiul seperti tidak mengalami apapun. Lalu dia berhenti bersiul dan memandang heran kepada kelima orang tersebut kenapa tiba-tiba bisa berhenti bersiul.

Tanyanya,” Ayah, Bunda dan Paman, kenapa berhenti bersiulnya ? Katanya mau mempelajari ilmu siulku ?”
”Aswin, kami tidak bisa melakukan siulan seperti kamu, Benar yang dikatakan kakek Inal, kami merasa dada sesak dan jantung berdebar dengan kencangnya.”

”Masak ayah merasakan seperti itu, kenapa aku tidak ?” kata Aswin bingung.
”Aswin, kakek Inal ada bilang apa lagi tidak ke kamu mengenai ilmu siulan ini ?” tanya Masnan penasaran.

Aswin berusaha mengingat-ingat apa yang telah dikatakan kakek Inal mengenai ilmu siulan ini. Tiba-tiba dia teringat,” Oh yah paman, aku lupa mengatakan, kakek Inal bilang ilmu ini tidak akan bisa dipelajari oleh orang yang sudah bisa menggunakan hawa murni tubuhnya untuk menerapkan ilmu silatnya. Kalau dia tetap melakukannya maka semua tenaga dalam yang dia miliki akan musnah akibat hawa murninya yang membuyar dari dalam tubuh.”
Kaget bukan kepalang semua yang mendengarnya, mereka juga heran kenapa hanya sebuah ilmu siulan tapi bisa mempengaruhi seperti itu. Saking penasaran Masnan kembali bertanya,” Apa ada lagi tidak yang dikatakan oleh kakek Inal itu kepada kamu, Aswin ?”

Aswin berusaha mengingat apa ada lagi yang dikatakan kakek Inal kepadanya mengenai siulan ini, dia menggeleng-gelengkan kepalanya merasa tidak ada lagi perkataan kakek Inal mengenai masalah ini.
”Paman, seingat aku tidak ada lagi yang dikatakan kakek Inal.” kata Aswin dengan kening berkerut.

”Hmmm...mmm... aku rasa siulan itu merupakan sebuah ilmu tenaga dalam yang punya ciri khas tersendiri dan tidak bisa bercampur dengan tenaga dalam lain aliran.”
”Aku juga pikir begitu, Masnan, masak cuma bersiul saja harus menggerakkan hawa murni segala.” kata wali Bumi.

”Siapakah gerangan kakek Inal itu, menurut Uda Basri ?” kata Kahar.
”Aku juga belum bisa menerka siapa gerangan dia, jika melihat cara dia mengajari Aswin sepertinya dia mengetahui bahwa siapapun yang melihat bagaimana Aswin menangani ular itu pasti ingin mempelajarinya juga, karena itu dia bisa mengatakan kepada Aswin untuk tidak masalah mengajarkan siulan itu bahkan bisa menebak apa yang terjadi pada kita.”

”Uda Bumi, apa uda mengenal kakek Inal ini ? Karena kata Aswin, dia sering datang ke rumah uda, tapi sepertinya uda tidak pernah tahu akan hal ini ?”
”Ini juga mengherankan bagiku, Masnan, selama ini aku tidak pernah merasa ada orang yang datang ke rumahku tapi aku tidak mengenalnya !”

”Aswin, kapan biasanya kakek Inal datang menjengukmu ?”
”Tidak tentu ayah, kadang pagi sekali, kadang siang, kadang sore, pernah juga malam.”

”Waktu beliau datang, apa ayah atau bunda ada di rumah, sayang.” tanya Siti penasaran.
”Ada Bunda, seperti kemarin siang waktu kakek datang, kan aku pamitan sama bunda mau pergi main di luar. Apa Bunda tidak melihat beliau yang berdiri di belakangku ?”

”Kemarin siang ?”
”Iya, apa Bunda lupa ?, waktu itu Bunda lagi memasak obat untuk ibunya Tias, kata Bunda, aku boleh main tapi tidak boleh pulang sampai malam.”

Terlihat Siti mengerutkan keningnya untuk mengingat kembali kejadian kemarin, sambil memandang Aswin.
”Mungkin karena Bunda sibuk siapkan obat, Bunda tidak perhatikan beliau ada di belakang kamu.” kata Siti sambil tetap berkerut berusaha mengingat.

”Kalau ayah, kapan kamu pamit sama ayah mau pergi dengan beliau ?, ayah tidak pernah melihat kamu pamitan sama ayah ada kakek Inal di sekitar kamu.” kata wali Bumi.
”Ayah ini bagaimana pula, tadi pagi kan aku pamit sama ayah mau pergi bermain dengan kakek. Kata ayah, boleh tapi jangan main jauh-jauh.”

”Hah, masak ? Kapan itu, ayah tidak merasa .”
”He he he, ayah sudah pikun, aku pamit kan waktu ayah sedang bersihkan kadang si Jantan, ayah menoleh kepadaku sambil tersenyum.”

”Maksud kamu, kakek Inal itu kakek Nurdin ?”
”Bukan ayah, kakek Nurdin yah kakek Nurdin, kakek Inal lain lagi orangnya.”

”Ayah pikir kamu mau bermain dengan kakek Nurdin, memang ayah melihat kamu pergi dengan seorang tua tapi ayah tidak tahu dia bukan kakek Nurdin.”
”Memangnya uda Bumi tidak lihat jelas wajah orang itu?”

Terlihat wali Bumi memegang dagunya sambil berpikir,”setelah aku pikir-pikir sepertinya memang aku tidak melihat wajah orang tua itu karena dia berdiri pas di posisi sinar matahari jadi aku hanya melihat bayangannya saja.”
”Apa ayah juga tidak melihat kakek sedang memegang ular, temanku itu ?, kan si Jantan jadi kaget begitu merasakan kehadiran ular itu, yah.”

”Iya juga, mungkin karena aku sibuk menenangkan si Jantan jadi aku lebih tidak perhatian lagi pada orang itu. Aku sempat bingung juga kenapa tiba-tiba si jantan seperti ketakutan begitu, berusaha melepaskan diri dengan mematuk tanganku.” kata wali bumi kepada Kahar.
”Kesimpulannya, kalian berdua tidak pernah melihat dia, benar kan?” kata Basri.

”Mengapa aku merasa sepertinya dia tidak ingin kita mengenali wajahnya?”
”Benar juga kamu, Kahar, sepertinya dia tidak mau kita mengenalinya tapi dia tetap bertanggung jawab menyuruh Aswin minta izin sebelum pergi dengannya, bahkan dia mendampinginya tapi kenapa kalian bisa tidak memperhatikannya?”

”Aku juga tidak tahu, kenapa bisa begitu?” kata wali Bumi bingung.
”Bunda, aku lapar belum makan malam.” rengek Aswin.

”Kamu lapar sayang, tadi sore bukannya sudah makan 2 pisang goreng, masak masih lapar, jangan-jangan perut kamu bukan cacing isinya tapi naga....” kata Siti menggoda Aswin.
”Ah Bunda, masak perut Aswin isinya naga, nanti perut Aswin bisa gendut kayak mamak Gapuak...iiiihhhh... serem ?” kata Aswin manja sambil menyenderkan kepalanya ke dada Siti.

Yang lain di luar wali Bumi mendengarkan canda bocah itu tersenyum-senyum, dalam hati mereka tahu watak bocah ini pasti anak periang dan galetek (jahil) sekali.
”Uda Bumi, lebih baik sekarang kita sudahi dulu pembicaraan ini, nanti setelah makan kita ngobrol lagi. Aswin, hayo bantu Bunda, biar ayah dan paman bisa makan bersama kita.”

Segera Aswin turun dari pangkuan Siti dan menarik tangannya untuk pergi ke belakang membantu menyiapkan hidangan makan malam.
Setelah mereka pergi, terlihat Basri masih termenung berpikir mengenai masalah ini, katanya,”Uda Bumi, kita lupa menanyakan kepada Aswin ciri-ciri kakek Inal itu, nanti begitu ada waktu kita jangan lupa tanyakan kepada dia, aku masih penasaran setelah berpikir dari tadi kenapa aku tidak bisa menebak siapakah gerangan dia.”

Basri berbicara begini karena dia merasa mempunyai pergaulan yang luas maklum pedagang jadi tidak terbatas teman-temannya baik di dunia persilatan maupun di pemerintahan dan cukup mengenal banyak tokoh-tokoh berilmu tinggi tapi kenapa dia tidak bisa memikirkan siapa kakek Inal tersebut.
”Iya, aku juga penasaran sekali, apalagi dia bisa punya ilmu menaklukan ula sirah ameh itu, tidak sembarangan orang yang bisa melakukan hal itu. Belum pernah aku mendengar ada orang yang bisa menaklukan ular itu dalam keadaan hidup, bahkan bisa mengajari Aswin menaklukan ula sirah ameh itu.”

”Uda Bumi, apa uda mengenal semua penduduk yang tinggal di nagari ini ?” kata Kahar.
“Cukup banyak aku mengenal penduduk nagari ini, boleh dibilang hampir seluruhnya aku kenal, tapi kenapa aku tidak bisa memikirkan siapa sebenarnya kakek Inal ini, karena setahu aku penduduk nagari ini tidak ada yang bernama Inal.”

“Sudahlah sampai botak kita pikirkan siapa dia, pasti tidak akan bisa kita menebaknya karena dia memang tidak ingin kita mengenalinya, pada waktunya pasti dia memperkenalkan diri pada kita.” Kata Masnan.
“Kenapa kamu berpikir begitu, Uda Masnan.” kata Basri.

”Entahlah firasatku mengatakan begitu, karena kalau dia tidak mau mengenalkan diri, pasti dia akan menyuruh Aswin merahasiakan pertemuan mereka, tapi pada kenyataannya kan tidak, jadi aku menarik kesimpulan dia belum mau memperkenalkan dirinya saat ini, tapi suatu saat nanti pasti dia akan bertemu dengan uda Bumi.”
”Benar juga katamu, aku merasa begitu juga.”

Terlihat Aswin berlari-lari memasuki kamar kembali, ”Ayah, paman, makan malamnya sudah tersedia, hayo kita makan.” kata Aswin sambil menarik tangan ayahnya.
”Hayo, teman-teman, kita makan dulu nanti kita lanjuti pembicaraan ini, siapa tahu dengan perut kenyang kita bisa berpikir siapa gerangan kakek Inal itu.”

Segera mereka beranjak ke ruang makan untuk menyantap makan malam, Aswin dengan lincahnya berjalan sambil meloncar-loncat di samping ayahnya. Sedangkan Masnan terlihat memandang bocah ini dengan mulut tersenyum, Basri berjalan masih dengan kening berkerut memikirkan siapa gerangan kakek Inal itu, dan Kahar berjalan dengan kepala agak ditundukan karena takut orang akan melihat jantung didadanya sedang berdebar-debar keras sekali. Semuanya berjalan ke ruang makan dengan otak yang penuh dengan teka teki kejadian tadi dan pemikiran masing-masing.
Siapakah gerangan kakek Inal yang disebut-sebut Aswin ? Akan menjadi murid siapakah Aswin nantinya ? Ada apa antara Kahar dan Siti ? Nantikan kelanjutan cerita ini.

bersambung


Diposkan oleh sieklie at 17:44 | Permanent Link | Komentar (0) |
Rabu, Juni 13, 2007
Bagian Pertama : Masa Lalu
Prakata

Cerita ini menceritakan tentang petualangan lima orang pemuda yang mewarisi sebuah ilmu silat yang sangat terkenal di kalangan masyarakat Sumatera sampai saat ini yaitu ilmu harimau jadi-jadian, ilmu ini memang memiliki unsur mistiknya. Di jaman pemerintahan raja Adityawarman pada abad 14, beberapa tokoh terkemuka di pemerintahannya mewarisi ilmu ini, di dalam sejarah hal ini memang tidak diungkapkan karena ilmu ini sangat dirahasiakan oleh para pewarisnya.

Yang mewarisi ilmu ini memiliki ciri khas tersendiri, jika ilmu ini di dapat dari pengajaran seseorang maka di dalam kegelapan kadang-kadang yang mewarisinya memiliki mata yang mengeluarkan sinar kehijau-hijauan seperti mata kucing, dan jika ilmu ini didapat dari keturunan maka pewaris tersebut akan bisa dilihat cirinya dengan jelas yaitu tidak mempunyai belahan di bawah hidung/bibir atas.

Konon katanya sampai sekarang ilmu ini dan pewarisnya masih ada dan hidup di dalam masyarakat kita, bahkan ada yang bilang mereka hidup dalam sebuah komunitas di hutan yang terletak di kaki gunung Kerinci, tapi benar tidaknya belum ada yang terungkap. Semuanya tetap merupakan misteri dalam kehidupan masyarakat Sumatera dan binatang Harimau tetap di hormati sebagai lambang ilmu silat sakti dari Sumatera.

Jilid I : Nagari Batang Kapeh

Kisah ini bermula di daerah Ranah Minang, yang sekarang dinamakan Sumatera Barat, di masa pemerintahan Rajo Adityawarman yang pusat kerajaannya berada di Pagaruyuang. Lebih tepatnya di daerah Painan, Pesisir Selatan, nagari Batang Kapeh ( desa Batang Kapas). Nagari Batang Kapeh ini luas dan dekat dengan laut sehingga kebanyakan dari penduduk di daerah ini mempunyai mata pencaharian sebagai nelayan. Setiap nagari yang ada di wilayah Minangkabau ini diatur oleh seorang wali nagari (lurah) yang membawahi beberapa kepala jorong (ketua RT jaman sekarang) dan mempunyai penasehat yang dinamakan Tungku Tigo Sajarangan yang terdiri dari tokoh agama nagari, cadiak pandai (kaum intelek) dan ninik mamak, mereka inilah yang disebut dengan Karapatan Nagari, keputusan-keputusan nagari selalu merupakan hasil musyawarah dari Karapatan Nagari.


Setiap senja menjelang terasa sekali daerah ini sangat indah dengan disirami cahaya matahari yang akan kembali peraduannya di balik laut yang begitu tenang. Suasana damai dan penuh keindahan ini tiba-tiba pecah dengan teriakan-teriakan para nelayan tersebut. Segera saja wali nagari dari nagari (desa) nelayan ini memburu datang ke tempat teriakan-teriakan itu. Ternyata sesampai di sana terlihat banyak orang mengerumuni 2 orang pria yang sedang bergumul di pantai saling tinju meninju dan gigit mengigit, terlihat para pemuda yang lain saling memberi semangat kepada temannya sehingga perkelahian ini menjadi lebih seru.


Melihat hal ini sang wali nagari langsung menjadi naik pitam dan berteriak untuk menghentikan kehebohan yang sedang berlangsung tersebut. Teriakan sang wali nagari ini membahana di setiap telinga orang yang ada di sekitar perkelahian tersebut, terlihat secepatnya orang-orang tersebut mengangkat tangan untuk melindungi telinganya dari bentakan sang wali nagari. Dan kedua pemuda yang sedang berkelahi juga otomatis menghentikan perkelahiannya serta buru-buru menutup telinga mereka.


Beberapa orang yang ada di sekitar perkelahian tersebut cepat-cepat berusaha menyingkir dan menjauhi arena, walau tetap tidak meninggalkannya. Mereka tahu sebentar lagi mereka akan menjadi saksi kemarahan dari sang wali nagari yang terkenal dengan kegalakannya dan keanehannya dalam menyelesaikan setiap persoalan yang terjadi serta ilmu silatnya yang tinggi.


Sedangkan yang masih berani tetap tinggal di luar arena tidak berapa jauh dari kedua pemuda yang berkelahi tadi dan sekarang sedang berusaha berdiri dengan susah payah akibat di sekujur badan terdapat luka dan lembam. Begitu kedua pemuda itu melihat sang wali nagari yang sedang berdiri berkacak pinggang dengan pandangan mata yang dingin memiriskan hati langsung mereka tundukkan kepala dan mata mereka memandang pasir pantai. Sang wali nagari yang terus memandang mereka berdua dengan gemas dan jengkel sekali di dalam hati, karena kejadian perkelahian kedua pemuda ini sudah merupakan yang ke lima kalinya terjadi dalam minggu ini.


Persoalan mereka sebenarnya dibilang sepele memang sepele bagi orang lain, tapi bagi pihak terkait merupakan persoalan yang rumit dan menuntut harus ada penyelesaiannya segera. Sambil memandang mereka dengan bengis, sang wali nagari yang bernama Sutan Manenggang Bumi ini atau biasa dipanggil oleh warganya Wali nagari Bumi, memikirkan bagaimana cara yang terbaik menyelesaikannya dan membuat kedua pemuda ini jadi kapok berkelahi lagi. Suasana di sekitar arena menjadi hening tidak ada yang berani membuka suara dan sepertinya semua orang sedang menunggu hukuman mati dari sang wali nagari tersebut. Kedua pemuda itu semakin lama semakin tambah payah kondisinya karena seluruh tubuh terasa sakit dan lutut terasa seperti tahu akibat kelelahan tapi tetap mereka tidak berani beranjak dari posisi mereka karena mereka takut hukuman mereka akan semakin parah jika mereka berani bergerak.


Keadaan di tepi pantai tersebut semakin gelap seiring dengan masuknya sang surya ke dalam peraduannya dan buru-buru beberapa nelayan yang ada di sekitar situ membawa lampu-lampu minyak tanah untuk menerangi tempat perkelahian tersebut. Tiba-tiba terdengar sang wali nagari berkata dengan tegasnya ” Kalian sekarang ikut aku ke rumah.” hanya satu kalimat tersebut yang dikeluarkan oleh sang wali nagari lalu dia berbalik pulang menuju ke rumahnya. Tapi bagi kedua pemuda itu akan terasa seperti siksaan kesakitan yang berkepanjangan karena perjalanan dari tepi pantai ke rumah wali nagari mereka itu cukup jauh jika ditempuh dengan jalan kaki dalam kondisi seperti ini.


Beberapa orang mencoba membantu kedua pemuda tersebut, tapi langsung dibentak oleh sang wali nagari, ” Berhenti !!!”,


”Siapa yang berani membantu mereka akan menerima hukuman yang sama dengan mereka!!!”,


langsung semua orang yang mencoba membantu berjalan menjauh dari kedua pemuda tersebut, mereka tahu apa yang dikatakan oleh sang wali nagari akan benar-benar dilaksanakan dan selalu membuat mereka jera untuk melanggar peringatan dari wali nagari Bumi.


Entah kerasukan apa kedua pemuda ini yang bernama Sapar dan Keling sampai berani berkali-kali melanggar perintah dari wali nagari Bumi, padahal mereka tahu hukuman yang mereka terima nantinya akan membuat mereka tidak bisa makan dan tidur enak selama beberapa hari tapi tetap saja mereka melanggarnya. Dan hari ini mereka berdua tahu hukuman yang akan diterima akan semakin parah dari sebelumnya dan entah mereka bisa melewatinya dengan baik atau malah membuat mereka tidak bisa bangun dari tempat tidur selama sebulan hanya bisa berbaring dengan menahan sakit.


Mereka tahu hukuman yang paling berat yang pernah diberikan wali nagari Bumi kepada salah satu teman mereka yang secara kurang ajar dan sadis memukuli ibunya sampai muntah darah dikarenakan sang ibu telat memasak makan malam mereka. Ketika hal ini diketahui oleh sang wali nagari, langsung dia menjemput anak kurang ajar tersebut dari rumahnya dan membawa pergi entah ke mana selama 3 hari, dan pulang-pulang sekujur tubuh anak tersebut penuh dengan luka dan lebam yang parah serta beberapa tulang yang patah setelah itu sang wali nagari melemparkan tubuh anak itu ke dalam rumah dan meninggalkan uang serta obat buatan iparnya, Siti, kepada keluarganya untuk merawat anak tersebut.


Teman mereka tersebut selama sebulan tersiksa dengan rasa sakit dan selalu menangis kesakitan, tapi setiap orang bertanya kepadanya apa yang dilakukan oleh wali nagari Bumi, anak itu hanya menjawab sambil menangis pilu ”Memang aku yang salah telah menjadi anak durhaka sehingga pantas dihukum seperti ini, wali nagari Bumi sudah berbaik hati untuk mengingatkan aku atas dosa-dosaku” Berulang kali anak tersebut bicara seperti itu sehingga orang-orang tidak berani lagi mempermasalahkan hal ini pada sang wali nagari, dan hal ini juga menjadi pembicaraan orang-orang di sekitar daerah tersebut, membuat para anak-anak tidak berani lagi kurang ajar pada orang tua mereka. Dan sang pemuda yang durhaka tadi berubah menjadi anak yang patuh dan berbakti pada orang tua, ini semakin membuat penduduk tidak berani mempertanyakan apa sebenarnya hukuman yang diberikan oleh wali nagari Bumi kepada pemuda tersebut, sehingga dia berubah begitu.


Kali ini hati Sapar dan Keling semakin keder dan ketakutan, keringat dingin mengucur dengan derasnya seakan-akan udara malam terasa panas padahal di daerah pantai semakin malam udara semakin dingin. Dengan tertatih-tatih mereka berusaha berjalan mengikuti wali nagari Bumi yang sudah berjalan dengan santainya di depan mereka. Tiba-tiba Sapar terjatuh karena kakinya sudah terasa lemas dan orang yang ada di sekitarnya bergerak hendak maju menolong kemudian terdengar suara dengusan di hidung, langsung mereka mundur dan tidak berani lagi maju.


Sapar berusaha berdiri tegak agar bisa berjalan lagi, dengan susah payah akhirnya dia berhasil berdiri dan melanjutkan perjalanan. Tidak lama giliran Keling yang jatuh seperti Sapar, dan kembali tiada orang yang berani membantu dia berdiri. Dengan susah payah dia berusaha bangkit berdiri tapi tidak seperti Sapar yang bisa berdiri lagi dengan sekali usaha, Keling harus berkali-kali untuk bisa berdiri, akhirnya dia bisa berdiri juga dengan lutut yang mulai gemetar, tapi untuk melanjutkan perjalanan dia lebih membutuhkan waktu dan tenaga agar bisa melangkah dengan perlahan-lahan.


Kembali keheningan menyelimuti rombongan tersebut, setelah Keling mulai melanjuti perjalanannya. Tiba-tiba terdengar wali nagari Bumi berkata ”Jika kamu laki-laki berani berbuat berani tanggung jawab, musuh pantang dicari tapi kalau datang pantang dielakkan. Jadi laki-laki harus bisa membusungkan dada, tidak takut mati untuk kebenaran.”. Orang yang mendengar perkataan tersebut ada yang kebingungan, ada yang manggut-manggut tidak jelas mengerti atau tidak, ada yang tidak perduli, ada yang menjadi merenung, dan ada pula yang tersenyum-senyum seperti orang sinting. Tapi efek perkataan itu bagi kedua pemuda itu berdampak lain, terlihat di wajah mereka berdua berubah memancarkan kekerasan hati dan tekat untuk melanjuti perjalanan ini dengan semangat dan berusaha melupakan kesakitan yang diderita oleh tubuh masing-masing.


Perjalanan yang biasanya dilakukan oleh orang yang tidak sakit bisa ditempuh dalam waktu sebentar terasa menjadi lebih lama dikarenakan di sepanjang jalan kedua pemuda tersebut bergantian jatuh. Hampir mendekati rumah sang wali nagari, tiba-tiba mereka mendengar suara anak kecil laki-laki tertawa cekikikan, beberapa orang dalam rombongan langsung celingukan melihat sekeliling siapakah gerangan anak kecil yang tertawa itu. Dan kemudian mereka mendengar dia berkata, ” Lucu yah kedua uda (sebutan abang dalam bahasa Minang) ini sudah jelas sakit dan sempoyongan jalannya tapi masih saja paksa dirinya jalan dengan susah payah. Ayahkan hanya melarang orang membantu kalian tapi kan tidak melarang kalian memakai tongkat untuk bantu kalian berjalan.” kata anak kecil tersebut.


Terdengar gumaman penduduk, ” Benar juga, wali nagari Bumi tidak melarang mereka memakai tongkat.” Sekarang penduduk tahu siapa anak kecil yang tertawa itu, dia bernama Aswin merupakan anak tunggal dari wali nagari Bumi dan baru berusia 7 tahun. Seorang anak laki-laki yang cerdik, lincah dan jenaka serta berani, semua penduduk sangat menyukai anak nakal ini, tidak ada yang dia takuti termasuk ayahnya, semua tidak bisa berbantahan dengan dia karena kecerdikannya, bahkan sang ayahpun sering dibikin pusing tujuh keliling karena kelakuannya. Tapi selama ini dia tidak pernah melakukan hal-hal yang merugikan atau menyusahkan orang lain sampai parah, paling karena kenakalan dan keisengannya mereka hanya berteriak-teriak saja, dan dia akan berlari-lari sambil tertawa-tawa melihat hasil keisengannya.


Sapar dan Keling seperti tersadar dari mimpi, buru-buru mereka melihat sekeliling mereka untuk mencari kayu yang bisa bantu mereka berjalan. Tapi setelah lihat sana sini tidak kelihatan kayu apapun ada di sekitar tempat mereka berjalan. Kembali mereka merasa putus asa akibat terlalu lelah, letih dan sakit, tapi berhubung malu dengan teman-teman, mereka terpaksa harus berjalan lagi dengan susah payah.


Kembali bocah bandel tersebut tertawa-tawa katanya,”Kasihan juga melihat uda berdua, baiklah aku akan bantu kalian.”


Baru selesai dia bicara, ternyata orangnya sudah berdiri di tengah-tengah kedua pemuda tersebut dan tangannya langsung mengangsurkan masing-masing sebuah tongkat, supaya bisa dipakai. Kedua pemuda itu sebelum menerima tongkat tersebut memandang ke depan ke arah wali nagari Bumi untuk melihat apakah beliau melarang tapi wali nagari Bumi tetap berjalan santai di depan sambil berbicara dengan ninik mamak (para tetua) daerah, Tetua Nurdin, Tetua Kanir dan Tetua Jasman.


Melihat keadaan ini Aswin berkata,’ Ayo uda, ambil saja tongkat ini ayah tidak akan marah, ayahkan manusia juga tahu bagaimana parahnya keadaan uda, jangan sungkan pakai saja kalau ayah marah nanti aku yang tanggung jawab.”


Sambil saling melirik kedua pemuda ini malu-malu dan menggumamkan ucapan terima kasih, mereka menerima tongkat dari Aswin, dan pelan-pelan menyesuaikan diri supaya bisa berjalan menggunakan tongkat, dengan menghembus nafas lega mereka mulai berjalan dengan menggunakan tongkat yang terasa sangat membantu sekali untuk melanjuti perjalanan mereka.


Dalam hati mereka sangat berterima kasih kepada Aswin, dan malu hati karena dibantu oleh anak kecil, sedangkan orang-orang yang ada di dalam rombongan tersenyum senang memandang Aswin. Memang anak ini sangat nakal dan usil tapi juga anak yang baik suka membantu orang lain dalam kesusahan, pintar menghibur dengan saluangnya (sejenis alat musik tiup). Setiap orang yang mendengar suara tawanya, hati yang sedang susahpun terasa lebih ringan karena tawanya sungguh keluar dari hati yang bersih dan tulus. Selain itu Aswin juga merupakan seorang anak yang rupawan dengan satu dekik di pipi dan dagu serta sinar mata yang jenaka dan cemerlang membuat semua orang jatuh sayang padanya.


Sekarang Aswin mengikuti rombongan ini sambil bersiul-siul dan tersenyum ceria, penduduk yang ada dalam rombongan ini memandang dengan tersenyum melihat tingkah bocah ini. Tidak lama sampailah mereka di halaman rumah wali nagari Bumi, di halaman depan rumah ada 2 bangunan kecil seperti rumah utama tapi masing-masing hanya mempunyai 1 ruangan. Yang sebelah kiri merupakan lumbung penyimpanan padi desa, sebelah kanan merupakan penyimpanan peralatan mata pencaharian penduduk seperti layar, jala, alat pancing, dll yang sengaja disimpan wali nagari untuk kepentingan penduduk.


Mereka melanjutkan perjalanan menuju ke rumah bagonjong (rumah Panggung) dengan atap yang berbentuk tanduk kerbau dan berdinding ukiran khas Minang menjadikan rumah ini terlihat indah dan bersih. Rumah ini lumayan besar bagi ukuran penduduk di sini, mempunyai banyak ruangan dan kamar yang mempunyai fungsi masing-masing. Rombongan mengikuti wali nagari menaiki tangga kayu menuju ke dalam rumah, sampai di dalam wali nagari berbelok ke kanan menuju sebuah ruangan besar dan luas yang biasanya memang digunakan untuk kepentingan pertemuan bulanan tidak resmi wali nagari dengan tigo tungku sajarangan dan masyarakat.


Memang ada tempat pertemuan resmi nagari yang dinamakan Balairung Sari Nagari atau Balai Adat, tetapi tempat itu jarang sekali dipakai dikarenakan terkesan resmi dan terasa kaku menjadikan orang merasa tidak leluasa untuk mengeluarkan pendapat secara santai. Sehingga Balai Adat ini digunakan untuk acara-acara resmi seperti menerima tamu-tamu dari pemerintahan pusat, pertemuan resmi dengan kepala-kepala jorong (ketua RT jaman sekarang) beserta tigo tungku sajarangan.


Tetapi wali nagari Bumi dan penduduknya lebih menyukai menggunakan ruangan besar yang ada di rumahnya, lebih terasa akrab dan leluasa untuk menyampaikan sesuatu diantara mereka. Semua orang yang datang mulai mengambil tempat untuk duduk di atas permadani yang sudah digelar tuan rumah, dan terlihat kesibukan orang rumah ini untuk melayani yang hadir, wali nagari Bumi juga meminta kepada pelayan rumah untuk mengambilkan obat-obatan untuk kedua pemuda tersebut. Setelah kedua pemuda diobati dan para tamu sudah mendapatkan minuman pelepas dahaga, suasana menjadi tenang, dan pelayan rumah segera keluar ruangan dan menutup pintu agar tidak mengganggu pertemuan yang diadakan di dalam.


Pertemuan ini dihadiri sekitar 20 orang termasuk tigo tungku sajarangan, orang yang bertugas menjaga keamanan desa, pengurus kewali nagarian, sedangkan penduduk yang lain sebagian pulang ke rumah, sebagian lagi berada di luar rumah duduk di bale-bale yang berada di halaman samping rumah sambil berbincang-bincang, menunggu hasil pertemuan di dalam.


Setelah suasana hening sejenak, terdengar wali nagari Bumi berbicara dengan lantang,”Marilah kita mulai pertemuan ini, seperti yang saudara-saudara ketahui kedua pemuda nagari kita ini berkelahi di tempat umum sehingga mengganggu ketertiban umum. Perkelahian ini sudah terjadi 5 kali dalam minggu ini, dan sudah berkali-kali saya memperingati mereka untuk menyelesaikan masalah mereka dengan baik-baik. Tapi sepertinya perkataan saya tidak ada artinya bagi mereka, oleh karena itu melalui pertemuan ini saya minta bantuan dari para sesepuh sekalian dengan cara bagaimana kita menyelesaikan kasus ini?”


”Sebenarnya apa yang terjadi?” kata tetua Nurdin kepada kedua pemuda itu.


Mereka tidak menjawab, hanya tertunduk malu karena sekarang mereka merasa perkelahian mereka itu tidak ada artinya bagi para tetua dan ini membuat mereka semakin merasa malu.


”Sapar, kamu jawab mamak (paman), sebenarnya ada apa kamu terus saja berkelahi dengan Keling, jawab dengan jujur!” kata tetua Hamid yang merupakan paman tertua Sapar dari pihak ibunya.


Semakin Sapar terdiam dan menundukan kepala, Sapar sangat takut pada mamaknya ini karena beliau sangat keras terhadap kemenakan-kemenakannya yang melakukan kesalahan.


”Eh, Sapar, dengar tidak pertanyaan mamak?”, terlihat Sapar menganggukkan kepala, ”Lalu kenapa sampai sekarang kamu belum menjawab?”


Karena tidak juga terdengar jawaban dari Sapar, mulai mamaknya naik darah kepada kemenakannya sebelum sang mamak melampiaskan kemarahannya, sang wali nagari sudah mengangkat tangannya kepada tetua Hamid.


”Biar saya saja yang menjawabnya, tetua. Persoalannya sebenarnya sederhana saja dari soal ejek mengejek terus meluas ke urusan naksir menaksir perempuan.”


”Seperti kita semua ketahui saya memang memberikan latihan ilmu silat kepada semua pemuda kita yang berminat untuk menjaga keamanan nagari kita ini. Dan ilmu silat ini diberikan untuk tujuan yang baik bukan menjadi ajang saling menonjolkan diri. Tiga hari lagi saya mengadakan ujian untuk kenaikan tingkat dalam belajar ilmu silat, dan untuk tingkatan dasar yang paling menonjol saat ini adalah Sapar dan Keling.”


Lanjut wali nagari Bumi,”Mereka berdua ini selalu saja berusaha menjadi yang terbaik agar bisa menjadi pimpinan di tingkatan mereka, tapi karena kekuatan mereka berimbang maka pimpinan atas tingkatan dasar ini tidak pernah ada. Saya sangat menghargai ambisi mereka untuk menjadi yang terbaik, tapi ini bukan berarti harus saling mencelakai sesama teman......”


”Dduuuuuaaaarrrrrr.”


Tiba-tiba terdengar ledakan yang dahsyat sekali sehingga semua orang di dalam ruangan melompat dari duduknya saking terkejutnya akibat sedang serius mendengarkan wali nagari. Dengan cepat berhamburan keluar wali nagari, disusul petugas keamanan dan yang lain ke luar untuk melihat apa yang sedang terjadi.


Ternyata ledakan itu merupakan kerjaan jahil Aswin untuk mengagetkan orang yang sedang tidur-tiduran di pos keamanan yang kira-kira 10 tombak dari halaman depan rumah arah timur laut. Ledakan itu keras sekali bunyinya dikarenakan mercon yang digunakan oleh Aswin terlalu banyak dan digulung menjadi sebuah gulungan mercon yang sangat besar, jadi bila diledakan akan terdengar keras sekali karena mercon itu meletus bersamaan.


Bocah nakal tertawa-tawa terpingkal-pingkal sambil bergulingan di atas tanah melihat wajah-wajah pemuda yang tadinya tiduran di pos keamanan tersebut. Orang yang punya rumah agak berjauhan dari lokasi kejadian bisa mendengar ledakan tersebut dengan keras, apalagi bagi orang yang mempunyai rumah dekat tempat itu, secepat kilat mereka berlarian keluar untuk melihat apa yang telah terjadi. Bisa dibayangkan bagaimana terkejutnya para penduduk sampai mereka perlu menenangkan jantung mereka sebelum mereka bisa bicara apapun.


Sekejab mata sampailah wali nagari Bumi di tempat kejadian, dan tidak lama tempat itu penuh dengan penduduk yang keluar dari rumah untuk melihat apa yang terjadi. Sukar dilukiskan betapa murkanya wali nagari Bumi ketika mengetahui bahwa itu semua merupakan kerjaan anaknya yang bandel itu. Dengan muka yang merah menahan marah pelan-pelan wali nagari Bumi bergerak ke arah Aswin yang masih saja memegangi perutnya karena sakit, kebanyakan tertawa, para penduduk tahu bahwa anak nakal ini sebentar lagi pasti dihukum berat oleh ayahnya.


Kebetulan Bunda Siti yang biasa membela anak ini sedang tidak ada di rumah, sudah beberapa hari beliau pergi dengan Kahar ke nagari tetangga yang cukup jauh letaknya dari nagari mereka untuk menolong mengobati penduduk yang kena wabah penyakit di sana. Jadi sekali ini tidak ada yang akan membela lagi bocah nakal ini dari amarah sang ayah.


Memikirkan hal itu beberapa penduduk yang memang sangat menyayangi bocah ini merasa kasihan, segera mereka bergegas ke arah bocah ini untuk melindunginya termasuk tetua Nurdin yang memang sangat menyayangi anak nakal ini karena tetua Nurdin melihat anak nakal ini seperti almarhum cucu kesayangannya yang meninggal akibat sakit yang pernah mewabah di nagari mereka yang juga menewaskan semua keluarganya yang lain.. Dan Aswin, anak itu sangat mengerti disayang oleh tetua Nurdin, dengan pintar dia mengambil hati sang kakek dengan memanggil kakekku dan selalu menghibur sang kakek supaya tidak kesepian dengan tiupan saluangnya.


Kali ini tetua Nurdin tahu anak ini akan dapat masalah besar dengan kenakalannya seperti itu. Memikirkan itu segera tetua Nurdin menghadang wali nagari Bumi untuk mendekati Aswin, katanya,” Tunggu Bumi, jangan emosi dulu, bertanya yang baik-baik pada dia, apa yang terjadi, jangan kamu marah-marah dulu.”


Dan beberapa penduduk juga segera mendukung perkataan tetua Nurdin. Terlihat wajah wali nagari Bumi bertambah merah menahan geram melihat anaknya yang sekarang tiba-tiba sudah berdiri bersembunyi di belakang isteri tetua Jasman yang juga termasuk orang yang sangat menyayangi bocah nakal ini, berdiri berdampingan dengan beberapa perempuan lain untuk melindungi Aswin. Sepertinya hampir semua perempuan yang hadir di sana baik tua maupun muda bergerak ke depan untuk melindungi Aswin dari amukan ayahnya.


Ini tidak mengherankan bagi yang melihat karena memang bocah bandel ini sangat disayangi oleh perempuan-perempuan ini dikarenakan wajah rupawannya, kata-kata manisnya dan perbuatan-perbuatannya yang menyentuh perasaan perempuan-perempuan ini.


Dari kecil sudah kelihatan bakat bocah ini menaklukan hati perempuan, seperti terhadap isteri tetua Jasman, Piah, ketika itu Piah sedang bersedih hati akibat suaminya yang melaut sudah beberapa hari tidak pulang sehingga dia kuatir sekali dan sering duduk di depan jendela rumah memandang ke laut dengan merenung mengharapkan suaminya segera pulang. Aswin yang sering lewat depan rumah itu melihat Piah murung begitu, merasa ingin membantu menghilangkan kesedihan Piah. Semenjak saat itu setiap Aswin melewati rumah itu dia selalu memberikan bunga hutan untuk Piah agar tidak murung lagi. Bunga hutan yang diberikan Aswin sangat indah dan bermacam-macam warna sehingga Piah yang memang menyukai bunga merasa senang sekali dengan hadiah itu.


Setiap Aswin memberikan bunga kepada Piah, dia hanya berkata,”Bibi, bunga ini kasihan sekali membutuhkan teman seperti bibi untuk menemaninya melewati hari.”


Selama seminggu penuh Aswin memberikan bunga-bunga itu, oleh Piah, bunga itu ditaruh di pot-pot, diberi pupuk, disirami sehingga menjadi tambah berkembang, sekarang setiap sore Piah sibuk mengurusi bunga-bunga pemberian Aswin. Sedikit demi sedikit kemurungannya berkurang, sampai saat suaminya pulang dia menceritakan kebaikan hati Aswin kepadanya. Setelah suaminya pulang, Aswin tidak pernah lagi memberikan bunga kepada Piah, tapi setiap lewat di depan rumah Piah, dia selalu memanggil Piah dengan tersenyum dan melambaikan tangannya saja, atau kadang-kadang dengan lucu dia berkata ,’ Bibi, bagaimana kabar bunga kita, aku harap dia bisa mendapat banyak teman di samping bibi.”


Sejak saat itu bocah bandel itu sudah menempati tempat yang khusus di hati Piah, ini juga terjadi pada beberapa perempuan penduduk nagari ini, jadi bisa dimengerti sekarang mengapa mereka membelanya.


Sang ayah yang tahu sifat anaknya yang nakal ini langsung berkata,’Aswin, kamu anak laki-laki atau bukan, kenapa kamu berlindung di belakang perempuan, apa tidak malu ?, ayah kan sudah bilang pada kamu jadi laki-laki berani berbuat berani bertanggung jawab bukannya bersembunyi seperti seorang pengecut.”


Memang perkataan itu sangat ampuh, segera saja Aswin bergerak ke depan ayahnya untuk menerima hukuman karena dia tahu sudah berbuat salah sehingga menyebabkan ayahnya marah seperti itu.


Dengan cepat dia berkata,” Ayah, Aswin salah, maafkan Aswin.”


”Apa kamu tahu salah kamu ?”


Aswin menganggukkan kepalanya.


”Karena itu kamu pantas dihukum bukan?”


”Iya, ayah.” kata Aswin dengan tegas sambil menatap sang ayah. Memang anak ini bernyali besar, tidak takut mengakui kesalahannya dan keras hati, serta bertanggung jawab.


”Menurut kamu, hukuman apa yang pantas ayah berikan kepada kamu?”


Bumi mengirimkan ilmu suara kepada anaknya supaya tidak didengar oleh orang lain, katanya,"Aswin, ingat kamu sudah bersalah sehingga mengganggu orang lain. Oleh karena itu ayah ingin kamu tidak menggunakan tenaga dalammu untuk menerima hukuman apapun itu. Jadi kamu pikirkanlah sebaik-baiknya hukuman apa yang pantas buat kamu karena telah membuat orang lain terganggu."

Terlihat Aswin merenung sejenak, dan orang-orang di sekitar mereka menunggu dengan gelisah sekali, karena mereka tahu sekali Aswin bilang hukumannya maka dia akan melaksanakannya walaupun itu menyakitkan bagi dia tapi tidak pernah dia mengeluh.


”Hukuman pukul pantat 20 kali.” kata Aswin.


Langsung saja penduduk protes keras kepada wali nagari untuk tidak memberikan hukuman ini kepada Aswin karena hukuman ini terlalu berat bagi anak seumuran Aswin. Wali nagari Bumi mengangkat tangannya untuk meminta penduduk diam.


”Teman-temanku yang tercinta, aku berterima kasih kepada kalian atas perhatian dan limpahan kasih sayang kepada anakku, tapi anak nakal ini jangan kalian manjakan, bagaimana nanti dia besar ? apakah dia akan lolos dari setiap kesalahan yang dia perbuat ? akan jadi apa dia besar kelak?”


Beberapa penduduk manggut-manggut mendengarkan perkataan wali nagari Bumi, tetapi tetap saja para perempuan itu protes dengan hukuman seberat ini.


”Apa tidak bisa diberikan hukuman yang lebih ringan?”,


”Apa harus hukuman pukul pantat itu?”,


”Apa memang harus 20 kali pukulan?” kata tetua Nurdin lagi..


Wali nagari Bumi sambil geleng-geleng kepala dan menghela nafas berkata,”Ayah mana sih yang senang menghukum anaknya sendiri, tapi aku mengharapkan dia bisa menjadi pemuda yang berguna bagi nusa dan bangsa, membela kebenaran, bertindak adil, dan arif bijaksana. Sekarang kalian terlalu melindungi dia, sehingga aku kuatir nanti dia akan menjadi orang yang tidak berguna dan pengecut menjalani kehidupannya.”


”Dan lagi bukan aku yang memberikan hukuman itu kepada dia, Aswin sendiri yang mengatakan hukuman apa yang pantas untuk kenakalan dia.”


Segera para perempuan ini membujuk Aswin untuk merubah hukuman bagi dirinya sendiri, tapi Aswin menggeleng-geleng kepala dengan tersenyum dan berkata,”Terima kasih kepada paman dan bibi serta kakek dan nenek atas kasih sayangnya untuk Aswin, tapi yang dikatakan ayah benar kalau jadi laki-laki berani berbuat berani bertanggung jawab.”


”Tapi Aswin, kamu masih kecil 20 kali pukulan itu berat sekali.”


”Jangan kuatir, paman Amin, hukuman ini memang pantas untuk Aswin, percayalah Aswin masih sanggup menerimanya.”


”Kalian dengar sendirikan, Aswin akan menerima hukumannya.”


”Tapi Wali nagari Bumi,....”


”Wali nagari Bumi, .....” kata Tetua Nurdin dengan emosi yang mulai naik...


”Apa tidak bisa.....”


Wali nagari Bumi mengangkat kembali tangannya untuk menenangkan penduduk.


”Begini sajalah, supaya kalian tidak berpikir aku ayah yang kejam, maka hukuman Aswin kita laksanakan di sini agar kalian bisa melihat sendiri.”


Ketika melihat penduduk diam walau dengan wajah yang tidak puas terutama tetua Nurdin yang sepertinya sebentar lagi akan meledak emosinya, dengan cepat wali nagari bumi memanggil Andi dan Eri sebelum para penduduk protes lagi, untuk mengambil pentungan dan kursi duduk yang ada di pos keamanan itu. Kedua pemuda ini segera bergerak mengambil barang yang diminta oleh wali nagari.


Saat mereka tiba dengan barang-barang tersebut, mulai para perempuan protes setelah melihat pentungan besar yang dibawa Eri, begitu sampai segera kepala Eri dijitak tetua Nurdin.


”Aduh, ...”


Dengan marah beliau berkata,”Eri, kamu ini benar-benar orang yang tidak punya perasaan, mengapa bawa pentungan yang besar ini apa sudah tidak ada yang lebih kecil ? Apa kamu buta tidak lihat sebesar apa si Aswin itu ?”


”Maaf guru, ini pentungan yang paling kecil yang ada di pos keamanan.”


”Masak tidak ada yang lebih kecil lagi.”


”Benar guru, ini yang paling kecil.”


”Sudah, sudah, tetua Nurdin, memang ini pentungan yang paling kecil karena kalo lebih kecil lagi bukan pentungan namanya tapi ranting.” kata wali nagari Bumi.


”Aswin ke sini, terima hukuman kamu.”


Segera Aswin berjalan ke arah bangku yang sudah disiapkan dan meletakkan telapak tangannya di bangku serta menggeser kedua kakinya ke belakang sehingga posisinya membentuk segitiga.


Kata wali nagari Bumi,”Tetua Nurdin, karena bapak sangat menyayangi anak ini, bagaimana kalau hukuman ini bapak yang laksanakan ? Semua kuatir, kalau aku yang memukul, anak ini bisa jadi cacat nantinya. Tapi bukan berarti bapak menjadi main-main memberikan hukuman pada anak nakal ini, aku percaya bapak mengerti perasaan dan keinginanku terhadap anak ini.”


Tetua Nurdin terdiam sesaat, tidak tahu harus berkata apa, tapi setelah dipertimbangkan memang lebih baik dia saja yang memukul anak ini, biar bagaimanapun dia tahu kekuatannya jadi lebih merasa tenang daripada sang wali nagari sendiri yang memukul Aswin.


Segera Eri memberikan pentungan itu kepada tetua Nurdin, dengan perlahan dia berjalan menuju tempat Aswin sedang menunggu. Sesampainya di situ, tetua Nurdin terdiam dan terlihat merenung, seakan tidak tega memukul Aswin.


”Kakekku yang baik, Aswin percaya pada kakek.” sambil dengan tenang dia memandang tetua Nurdin bahkan memberikan senyuman manisnya pada sang kakek.


Tetua Nurdin segera mengambil sikap untuk mulai melaksanakan hukuman ini, penduduk yang tadinya merapat di sekitar Aswin mulai bergerak agak menjauh tapi tidak jauh-jauh karena kuatir Aswin akan kesakitan atau terjatuh akibat pukulan tersebut dan mereka cukup dekat untuk siap-siap menolongnya. Tapi wali nagari Bumi tetap menyuruh mereka mundur lagi sehingga tempat itu menjadi sedikit lebih luas.


Tak lama terdengar, buk..., pukulan pertama sudah mendarat dengan mulus di pantat Aswin, menyusul bunyi buk lagi, buk..., buk..., dan seterusnya.. Anak bandel ini diam menerima hukuman tidak ada keluar dari mulutnya keluhan sakit, hanya keringatnya turun dengan derasnya dan wajahnya mengerenyit menahan sakit. Sempat pada pukulan yang ke sebelas dia jatuh berlutut karena lututnya lemas menahan sakit, tapi dengan cepat dia berdiri lagi agar hukuman ini cepat selesai. Dia melakukan permintaan ayahnya untuk tidak menggunakan tenaga dalamnya, jadi murni dia menerima hukuman itu menghajar pantatnya, sakitnya tidak bisa dikatakan tapi karena dia memang anak yang keras dan bertanggung jawab dia merasa ini hukuman yang pantas untuknya.

Kalau saja dia menggunakan tenaga dalamnya, bukan saja dia bisa melindungi pantatnya dari hajaran tongkat itu, tapi juga bisa membuat tongkat itu patah. Tenaga dalam dia sudah termasuk dalam kategori tinggi, bisa disamai dengan pesilat tingkat 4 dalam sebuah perguruan besar. Selain mematuhi perintah ayahnya, sebenarnya dia juga sudah dilarang keras oleh gurunya untuk tidak menonjolkan diri kepada orang lain jika memang tidak dalam keadaan terpaksa. Gurunya tidak mau dia meyombongkan diri dan berlaku seenaknya saja mentang-mentang dia lebih dari orang lain. Aswin mematuhi larangan ini, karena dia tahu hukuman yang bakalan diterima dari gurunya lebih menyakitkan lagi, walaupun dia menggunakan tenaga dalamnya tetap saja tidak ada gunanya.


Akhirnya hukuman itu selesai, langsung tetua Nurdin membuang pentungan itu jauh-jauh dan bergerak ke arah Aswin untuk menolongnya serta membopongnya, penduduk yang tadinya menjauhkan diri juga langsung mendekati mereka. Beberapa perempuan itu bahkan sudah memegang obat-obatan untuk mengobati Aswin, baju ganti karena bajunya sekarang sudah basah kuyuh karena keringat, entah sejak kapan mereka menyiapkan itu


Dengan sigap mereka menukar baju dan mengobati pantat Aswin sudah bertambah besar dua kali lipat dari biasa dan sudah berubah warna menjadi hitam keungu-unguan. Melihat hal ini beberapa perempuan itu menitikan air mata, dan tetua Nurdin terlihat menghela nafas dalam-dalam.


”Maafkan kakek yah Aswin, kakek terpaksa melakukan ini.”


Dengan lemah dan tersenyum, Aswin menjawab,” Kakekku jangan sedih, tidak lama lagi akan sembuh, terima kasih yah kakekku tidak memukul Aswin keras-keras.”


Hati tetua Nurdin semakin terenyuh mendengar kata-kata Aswin.


”Lain kali kamu tidak boleh lagi berbuat nakal seperti itu, tidak selamanya kakek bisa melindungi kamu.”


”Ya kakekku.” kata Aswin dengan senyum lemah dan mata yang masih bersinar jenaka.


Wali nagari Bumi yang melihat hal ini hanya bisa menarik nafas panjang dan mengurut-urut dada melihat tingkah laku anaknya. Dia mengerti sekali bagaimana hormat dan sayangnya penduduk kepada dirinya dan keluarga, tapi yang tidak pernah dia duga selama ini ternyata para penduduk sedemikian besar cinta mereka pada Aswin. Dalam hati dia bertanya, apakah ini merupakan karunia atau musibah bagi sifat Aswin kelak, karena begitu banyak orang yang bersedia berkorban untuk dia.


Sesudah itu wali nagari Bumi mendekati kerumunan penduduk dan Aswin, dia bermaksud menggendong anaknya untuk dibawa pulang, sehingga bisa dirawat dengan baik serta meneruskan pertemuan tadi yang tertunda. Tapi tetua Nurdin menolak wali nagari Bumi mengambil Aswin dari tangannya, kakek tua yang masih kelihatan segar dan kuat itu berkeras ingin menggendong dan membawa bocah bandel ini pulang ke rumah.


Akhirnya wali nagari Bumi mengalah, dan berkata kepada penduduk,” Terima kasih aku ucapkan kepada kalian yang telah begitu menyayangi anakku. Sekarang kita lanjutkan pertemuan tadi yang sempat tertunda.”


Seperti tersadar penduduk, bahwa ada masalah yang harus diselesaikan lagi, segera mereka semua berjalan, ada yang menuju rumah wali nagari, ada yang pulang ke rumah, ada yang kembali ke pos keamanan untuk berjaga-jaga sudah tidak berani tidur lagi akibat perestiwa tadi.


Sesampai di rumah dan Aswin sudah dibaringkan tengkurap di tempat tidurnya tidak lama sudah tertidur pulas karena keletihan, setelah memastikan Aswin baik-baik saja maka wali nagari Bumi dan tetua Nurdin keluar kamar Aswin dan berjalan ke ruangan pertemuan untuk melanjutkan pertemuan tadi.


Setelah semua orang berkumpul, kembali pertemuan dilanjutkan. Akhirnya diketahui bahwa perkelahian ini dimulai dari perebutan kedudukan sebagai ketua kelompok dan berlanjut sampai pada perempuan yang sama-sama mereka sukai. Dari saling ejek mengejek sampai hina menghina yang berakhir dengan saling baku hantam. Kedua pemuda ini diberikan kesempatan membela diri dan hampir pula baku hantam kembali karena emosi mendengar pembelaan masing-masing pihak. Ini tambah membuat wali nagari Bumi marah, alhasil terlepas dari siapa yang salah tetap karapatan nagari memberi hukuman kepada kedua pemuda ini.


Hukuman yang diberikan berdasarkan perguruan silat, mereka tidak diperbolehkan ikut ujian kenaikan tingkat dan ketua tingkat serta tidak diperbolehkan ikut latihan silat lagi kecuali jika selama 1 tahun mereka bisa menunjukan maksud baik mereka untuk memperbaiki diri dengan menolong sesama yang membutuhkan pertolongan. Secara masyarakat, mereka diharuskan merantau selama 1 tahun untuk mencari pengalaman sehingga bisa membantu membentuk sifat mereka nantinya. Mendengar keputusan ini kedua pemuda itu terpaksa menerima, mereka menyesali diri karena hukuman ini membuat mereka tidak bisa belajar ilmu silat lagi dan menjauhkan mereka dari gadis pujaan mereka. Tapi di sisi lain mereka merasa lega juga karena hukuman ini lebih ringan dari yang mereka bayangkan sebelumnya. Merantau merupakan kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat Minang dari dahulu kala sehingga hukuman merantau bagi kedua pemuda ini dan keluarganya bukanlah merupakan hal yang terlalu memberatkan, karena kebetulan juga kedua pemuda ini sudah cukup umur untuk diperbolehkan merantau oleh keluarganya..


Hampir tengah malam baru pertemuan ini selesai, semua orang puas dengan hasil keputusan bersama itu, dan kedua pemuda tersebut sudah bersedia menerima hukumannya. Disepakati seminggu setelah hari ini, kedua pemuda itu harus meninggalkan nagari (kampung) untuk memulai perantauannya. Sang wali nagari menutup pertemuan tersebut, dan mulai orang-orang meninggalkan ruang pertemuan untuk pulang menuju rumah masing-masing. Sapar dan Keling dibantu keluarganya pulang ke rumahnya dengan dipapah, sempat sebelum pulang mereka membungkukan badan kepada wali nagari sebagai guru silat mereka untuk meminta maaf karena telah mengecewakan beliau.


Akhirnya rumah wali nagari sudah sepi dari tamu-tamu, yang tertinggal para pelayan yang sedang membersihkan sisa-sisa sampah yang ditinggalkan dan merapikan kembali ruang pertemuan tersebut. Setelah selesai semuanya wali nagari menyuruh mereka untuk beristirahat dan dia sendiri sebelum masuk kamarnya, menyempatkan diri masuk ke kamar Aswin untuk melihat keadaan anaknya. Dia memandang anaknya yang pulas itu dengan mata yang memancarkan sayang yang mendalam, biarpun anak ini nakal dan sering buat dia pusing kepala tetapi tetap merupakan buah cinta kasih dari mendiang isterinya, yang harus dijaga dengan baik-baik sesuai amanah sang isteri. Setelah puas memandangi sang anak, dia keluar dan menutup pintu kamar anaknya dan kembali ke kamarnya untuk beristirahat.


Jauh malam menjelang subuh dan semua penghuni rumah sudah tertidur pulas, tampak sebuah bayangan memasuki kamar Aswin, bayangan itu memandang Aswin yang tertidur pulas, dan bergerak menuju ke arahnya, pelan-pelan bayangan itu membuka celana Aswin untuk melihat kerusakan di pantat Aswin. Sambil menghela nafas dan geleng-geleng kepala bayangan itu tersenyum kecil melihat pantat bocah itu yang sudah berubah warna matang keungu-unguan. Pelan-pelan bayangan itu merogoh saku bajunya dan mengeluarkan sebuah botol dan menuangkan isi cairan botol itu ke telapak tangannya dan mengusapkan ke pantat bocah itu. Segera terlihat reaksinya pelan-pelan warna keunguan itu berubah memudar menjadi agak kemerah-merahan gelap dan terus memudar menjadi agak kuning pucat lama kelamaan warna itu sudah tidak ada di pantat bocah itu.


Setelah itu bayangan itu kembali mengeluarkan botol lain dan menuangkan 1 butir obat ke tangannya, lalu perlahan-lahan memegang wajah Aswin dan membuka mulutnya, kemudian mendorong obat itu ke dalam mulut terus menutupnya, obat itu langsung cair begitu kena air liur Aswin dan secara tidak sadar Aswin menelan cairan tersebut, anehnya Aswin tidak merasakan apapun di mulutnya sehingga bocah ini tidak terbangun dari tidurnya.


Perlahan bayangan tersebut meraba-raba sekujur tubuh Aswin, dia ternyata memeriksa sekujur tubuh Aswin dan dengan menggunakan tenaga dalamnya mengurut beberapa syaraf penting dalam tubuh Aswin untuk memperlancar aliran darahnya yang tersumbat akibat memar di pantatnya serta membantu obat yang diminum Aswin untuk segera bergerak ke arah beberapa pembuluh darahnya yang pecah akibat pukulan pentungan itu dan mengobatinya.


Setelah puas dengan hasil pemeriksaannya, pelan-pelan dia menaikan kembali celana tidur Aswin. Masih dengan tersenyum kecil bayangan itu membelai rambut Aswin, terdengar dia menggumam,” Anak nakal, ada saja tingkah lakumu, entah bagaimana kamu besar nanti, aku tidak bisa membayangkan apa yang bisa kamu lakukan untuk membuat semua orang pusing karena perbuatan kamu.”


Sambil kembali tersenyum simpul, bayangan itu membayangkan kenakalan apa yang dilakukan bocah ini suatu saat nanti bila dia besar, karena memang menurut ramalan yang telah dia hitung dari susunan bintang di langit, anak ini akan menggemparkan dunia persilatan dan kerajaan Pagaruyung dengan sepak terjangnya dan akan menjadi orang kepercayaan raja Adityawarman kelak. Oleh karena itu anak ini harus dibimbing sebaik-baiknya ke arah kebaikan karena dia juga sudah melihat dalam ramalannya jika anak ini tidak dibimbing dengan baik, dia akan menjadi orang yang paling jahat yang pernah dilahirkan di dunia ini.


Beberapa saat sebelum anak ini dilahirkan, dia mendapat wangsit dari kakek gurunya, Datuak Jangek Kuniang (Datuk Kulit Kuning), untuk pergi ke nagari Batang Kapeh, karena di sana akan dilahirkan anak yang luar biasa yang akan menjadi pewaris utama ilmu perguruan mereka. Dia ditugaskan kakek gurunya untuk melindungi dan membimbing anak ini sampai dia bisa menguasai ilmu perguruan mereka dengan baik dan membimbing akhlaknya untuk menjadi orang yang lurus hatinya. Memang ilmu perguruan mereka sangat sulit sekali untuk dikuasai karena banyak perubahan dari setiap jurus yang ada bahkan dia saja hanya bisa menguasai 5 jurus utama dari ilmu itu, sedangkan ilmu itu sendiri ada 9 jurus utama dengan beragam variasi gerakan.


Karena seiring dengan kelahiran anak ini, juga akan lahir anak iblis yang akan menjadi momok bagi manusia, jika anak ini menjadi sesat maka akan ada 2 iblis yang haus darah yang akan menghancurkan prikehidupan umat manusia dengan tindakan-tindakan kejam dan sadis mereka. Makanya kakek gurunya menugaskan dia untuk membuat keseimbangan alam tidak terganggu dengan membimbing anak yang dilahirkan di nagari Batang Kapeh itu untuk melawan iblis yang akan dilahirkan menjadi musuh abadinya kelak.Mengenai kelahiran anak iblis itu, kakek gurunya tidak mengatakan apapun padanya, jadi walaupun dia penasaran seperti apa anak itu kelak, tetapi dia tidak berani menanyakan kepada kakek gurunya.


Kakek gurunya hanya berpesan untuk mendidik, mengawasi dan menjaga anak ini sampai akan datang orang hebat luar biasa untuk melanjutkan membimbing anak ini, dan dia harus melaksanakannya dengan baik karena kehidupan manusia kelak tergantung di tangannya.


Saat dia sampai di nagari Batang Kapeh bertepatan dengan hari kelahiran dari Aswin, dia melihat adanya perubahan alam yang hanya bisa dilihat oleh mata batin, di mana hawa kegelapan bergerak sama kuatnya dengan hawa terang, mengitari tempat kelahiran anak ini, dan aliran energi di sekitar rumah itu terasa penuh muatan kekuatan gaib mengelilingi seluruh rumah.


Ketika akhirnya anak ini lahir, energi yang ada di sekitar rumah tiba-tiba buyar seperti ditelan sebuah kekuatan yang lebih besar lagi yang keluar dari dalam rumah. Dan hawa kegelapan dan hawa terang secara bersamaan seperti tersedot ke dalam rumah seiring dengan tangisan bayi yang semakin keras memecah kegelapan malam.


Bersamaan dengan itu nun jauh di sebelah selatan di balik bukit dia juga melihat adanya pusaran hawa kegelapan yang pekat bergulung-gulung membentuk kerucut dan bergerak ke bawah dan terus menghilang di balik bukit. Hatinya berdebar keras sekali melihat keadaan alam seperti itu, kekuatan batinnya dapat merasakan lahirnya sang pembawa bencana bagi manusia dan ini membuat dia semakin bertekat untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh kakek gurunya.


Oleh karena itu dia memutuskan untuk menetap di nagari Batang Kapeh ini agar bisa mengawasi anak ini, dia hidup membaur dengan penduduk nagari Batang Kapeh, tidak ada yang menyangka bahwa salah satu dari penduduk tersebut merupakan pendekar sakti yang paling mumpuni di ranah Minang ini. Dia merasa beruntung karena tidak ada penduduk yang mencurigai tindak tanduknya, penduduk hanya tahu bahwa dia merupakan pendatang yang ingin menetap di nagari ini setelah kematian seluruh keluarganya akibat wabah penyakit.


Kehidupan dia di nagari ini memberikan perasaan aman damai, tidak seperti dulu ketika dia masih berkecimpung di dunia persilatan, dia merasa hidupnya selalu saja ada masalah dan penuh keruwetan sehingga membuat dia jarang bisa tersenyum dan tertawa, tetapi sejak dia tinggal di sini kehidupannya benar-benar berubah dia bisa menikmati hidup seperti orang umumnya dan bahkan mendapat hiburan dengan kehadiran Aswin yang selalu meramaikan kehidupan di nagari ini dengan kenakalan-kenakalannya.


Hari semakin menjelang pagi, sekali lagi dia memastikan anak ini tidak apa-apa, kemudian dia melangkah keluar dari kamar Aswin, sesampai di luar kamar, bayangan itu langsung berkelabat menghilang seperti gumpalan asap yang memudar kena tiupan angin. Kembali kesunyian menyelimuti keadaan rumah ini, tidak ada yang tahu bahwa sesaat lalu ada orang yang datang menjenguk Aswin tanpa setahu mereka semua bahkan wali Bumi yang berkepandaian tinggi sekalipun tidak dapat mendengar kedatangan bayangan ini. Dapat dibayangkan betapa hebat ilmu bayangan tersebut dan tidak ada orang yang dapat menduga siapa gerangan bayangan tersebut.


bersambung

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda