Kamis, 03 April 2008

5 Harimau Muda
Cersil karya sendiri
Selasa, Agustus 07, 2007

Jilid II : Ula Sirah Ameh
Pagi-pagi sekali sudah berdatangan beberapa perempuan ke rumah wali nagari Bumi membawa beberapa macam panganan kesukaan Aswin untuk diberikan pada bocah ini. Mereka ingin memastikan bahwa Aswin baik-baik saja, tidak mengalami demam atau kesakitan yang sangat. Bahkan tetua Nurdin menyempatkan diri menjenguk anak ini sebelum pergi ke Kayu Aro untuk menjual hasil kerajinan tangannya ke sana.

Tidak lama semakin banyak penduduk yang datang silih berganti untuk menjenguk Aswin, bocah ini sangat senang sekali menerima perhatian semua orang dan menikmati makanan yang diberikan mereka sambil sekali-kali meringis menahan sakit di pantatnya. Sang ayah hanya bisa melihat dan tidak bisa protes kepada penduduk atas perlakuan mereka pada Aswin. Tapi dalam hati para penduduk dan ayahnya terbesit keheranan kenapa Aswin tidak mengalami demam seperti pada umumnya anak-anak jika sedang kesakitan. Malah wajahnya berseri-seri sehat seperti tidak dalam kondisi sakit, para penduduk hanya berpikir seorang wali nagari yang sakti mandraguna seperti Wali Bumi pasti juga punya obat yang ampuh untuk sembuhkan anaknya, dan si anak sendiri pasti punya kekuatan yang lain dari anak biasa karena berayahkan seorang pendekar ternama.
Anak nakal ini mewarisi kecerdikan sang ibu, keberanian sang ayah, sedangkan dari segi sifat dia mengambil sifat periang ibunya dan sifat adil ayahnya. Berhubung dia memang anak yang jahil dan iseng, dia tidak mengakui rasa sakit di pantatnya sudah tidak ada lagi, bahkan pada saat dia bangun tadi pagi diapun merasa heran kenapa di pantatnya sudah tidak ada jejak bekas pukulan dan tidak merasakan sakit lagi. Karena senang perhatian semua orang maka dia pura-pura masih kesakitan di bagian pantat. Tapi saat pengasuhnya datang mau mengobati pantatnya dia berkeras menolaknya dan ingin mengobatinya sendiri, dia tidak mau banyak pertanyaan dari pengasuhnya mengenai kesembuhannya karena dia sendiri tidak tahu jawabannya di samping itu dia masih ingin menikmati perhatian orang-orang padanya.

Teman-teman mainnya, Burhan, Bastian, Karim dan Saiful juga datang untuk menjenguk dia, dan mereka duduk di sana menemani Aswin menerima limpahan sayang dari orang dewasa, sedikitpun tidak ada perasaan iri hati atau dengki kepada Aswin, mereka malahan tertawa-tertawa melihat kelakuan Aswin. Mereka tahu teman mereka ini memang jahil dan iseng tapi sangat baik hati, setia dan berani membela mereka jika terjadi suatu masalah, bahkan suka menghibur mereka jika ada yang menangis karena dimarahi atau dipukul oleh orang tua mereka, pokoknya Aswin bagi mereka merupakan teman yang disenangi dan secara tidak sadar mereka sudah menganggap dia sebagai pimpinan mereka. Walau orang lain melihat bahwa Burhan yang berperan sebagai komando mereka tapi sebenarnya secara tidak sadar anak-anak ini tahu yang selalu tampil di setiap situasi genting adalah Aswin, dan dialah sebenarnya pemimpin mereka dengan semua ide kreatif seorang anak yang suka membuat situasi sesuai dengan keinginan hatinya.
Dan mereka juga tahu sebenarnya Aswin tidak dalam kesakitan karena pada saat sepi dari orang-orang dewasa, Aswin dengan terkikik geli memperlihatkan pantatnya pada teman-temannya. Mereka heran kenapa pantat Aswin mulus tidak seperti habis dipukul, ketika mereka menanyakan hal ini, dia tidak bisa menjawab, pikirnya pasti ada seseorang mengobati dia waktu dia sedang tidur tadi malam, kejadian ini sudah terjadi beberapa kali tapi selalu jika bundanya tidak ada di tempat untuk mengobatinya..

Anehnya lagi kadang-kadang waktu dia tidur, dia bermimpi ada seseorang memasukan sesuatu ke mulutnya, lalu mengurut-urut tubuhnya, dan pada saat dia bangun keesokan harinya badannya terasa segar dan nyaman sehingga sering membuat dia ingin berlari-lari mengelilingi nagari ini. Kejadian ini sudah berlangsung lama, yang dia sendiri tidak tahu pasti kapan mulai orang itu memasuki kehidupannya, dia merasa mempunyai pelindung yang akan selalu menjaganya, akibatnya dia menjadi semakin nakal dan percaya diri, ini menimbulkan keberanian dalam dirinya untuk melakukan hal-hal yang oleh anak seusia dia tidak berani lakukan.
Sekarang teman-temannya selain menemani Aswin, juga tertawa-tawa geli melihat bagaimana tingkah Aswin dilimpahi kasih sayang oleh para orang dewasa itu, bagi mereka ini merupakan tontonan yang mengasyikan. Apalagi melihat tingkah Aswin yang sengaja seolah-olah pantatnya masih sakit bekas pukulan itu, dia benar-benar menikmati perhatian dan kasih sayang yang mereka limpahkan kepadanya. Dia tidak merasa bersalah menerima semua perhatian ini, karena dia tidak pernah memintanya, tapi mereka yang baik hati memberikan kepadanya, jadi dia merasa wajar saja dengan tidak mengatakan pada mereka bahwa dia sudah sembuh dari bekas pukulan di pantat semalam itu. Benar-benar pemikiran seorang anak yang mempunyai egosentris yang besar walau di balik itu semua dia juga mempunyai kualitas kebaikan dalam dirinya.

Semua penduduk di daerah itu tahu siapa Aswin dan mereka sangat menyayanginya serta melindungi anak ini jika kenakalannya menyebabkan kemarahan sang ayah. Ibu anak ini sudah lama meninggal sejak Aswin berusia 2 tahun, dia dibesarkan oleh adik ibunya yang bernama Siti, yang oleh Aswin dipanggil Bunda. Dari sang bunda inilah Aswin menerima pendidikan membaca, menulis dan dasar-dasar pengenalan ilmu pengobatan serta dasar-dasar ilmu mengatur barisan. Siti sendiri merupakan seorang perempuan yang terpelajar dan cukup dikenal di dunia persilatan karena keahlian pengobatannya, dia dinamakan Dewi Tangan Dingin.
Banyak sudah orang persilatan yang disembuhkan Siti, dan mereka merasa berhutang budi pada sang perempuan nan cantik ini. Orang menamakan dia Dewi Tangan Dingin karena memang Siti ini selain seorang perempuan yang cantik nan rupawan, berkulit hitam manis dan mempunyai tangan yang dingin sejuk setiap menyentuh orang yang sakit, sehingga mereka menamakan dia sesuai dengan keahliannya itu.

Kakaknya yang bernama Sabai Nurleila merupakan ibu kandung Aswin juga sangat terkenal di dunia persilatan dengan gelar Dewi Kuniang (Kuning) nan Cadik (cerdik), dia berkulit kuning bersih, keistimewaan sang kakak adalah daya ingatnya dan kecerdikannya dalam membaca situasi-situasi yang terjadi (alun takilek ala tabayang) menjadikan dia seorang ahli strategi perang yang hebat, anak kesayangan bupati Painan yaitu Sutan Gadang Merapi yang juga merupakan ayah dari kedua perempuan hebat ini.
Walaupun mereka mempunyai penampilan dan keahlian yang berbeda tapi kedua wanita ini saling sayang menyayangi dan saling melindungi satu dengan yang lainnya. Sang kakak mewarisi ilmu dan sifat sang ayah yang tegas dan periang tapi dikaruniai kecantikan sang ibu yang unik karena mempunyai darah keturunan Tionghoa sehingga mempunyai kulit kuning bersih, sedangkan sang adik mewarisi keahlian dan sifat sang ibu yang pendiam dan lembut tetapi mewarisi kecantikan khas orang Minang dan berkulit gelap seperti sang ayah, ini menyebabkan mereka mempunyai kecantikan dan ciri khas masing-masing.

Inilah sekelumit latar belakang dari keluarga isteri wali nagari Bumi, Aswin sangat menurut kepada Bunda Siti dikarenakan pernah membuat Bundanya menangis akibat kenakalannya, dan dia merasa takut kehilangan Bundanya dan dadanya terasa sakit setiap mengingat air mata sang Bunda, sejak saat itu dia selalu menurut kepada Bundanya karena tidak ingin melihat Bundanya menangis lagi. Tapi dengan kejadian itu secara tidak sadar membekas dalam hatinya, ini menimbulkan trauma. Setiap melihat seorang perempuan menangis sedih, dia merasa cemas dan sakit di dadanya, kelemahan yang tertanam dari kecil ini yang kelak pada saat dia dewasa akan menyebabkan banyak masalah yang memusingkan kepalanya..
Sebenarnya kenapa Siti sampai menangis dikarenakan pada saat Aswin berusia 5 tahun pernah membawa pulang sepasang ular kecil yang berkulit sangat indah sekali berwarna merah gelap berbintik-bintik keemas-emasan yang gemerlap kalau di lihat dalam kegelapan dan di kanan kiri atas kepala ular tersebut ada tonjolan kecil seperti tanduk. Dengan penuh kebanggaan dan senyum lebar serta mata yang berbinar-binar, dia menunjukannya pada sang bunda sepasang ular tersebut, langsung saja sang bunda terbelalak matanya dan tidak berani bergerak di tempat saking terkejut dan takutnya melihat kedua ular yang ada di tangan Aswin.

Ukuran ular ini tidak besar hanya sejengkal tangan pria dewasa dan mempunyai lingkaran tubuh kira-kira sebesar jari kelingking wanita dewasa. Kenyataannya adalah kedua ular itu merupakan ular langka yang jarang bisa ditemukan di muka bumi ini, ular ini hanya bisa ditemukan 20 tahun sekali karena saat itu mereka keluar untuk mencari pasangan mereka, setelah itu mereka akan menghilang dan tidak ada yang tahu ke mana. Di dunia persilatan orang tahu keganasan ular ini, banyak tokoh-tokoh persilatan mati akibat ular itu, bahkan banyak juga penduduk di sekitar bukit Barisan yang merupakan tempat kemunculan ular itu yang meninggal akibat ular ini.
Masa kawin ular ini hanya berlangsung selama 20 hari lamanya, maka dari itu orang-orang yang ingin menangkap ular ini hanya mempunyai waktu selama 20 hari, jika mereka gagal mereka harus menunggu 20 tahun lagi. Banyak tabib-tabib terkenal dan orang-orang persilatan yang ingin menangkap ular ini, tapi tidak semudah yang mereka perkirakan.

Anehnya entah kenapa populasi ular ini sangat sedikit sekali konon dari kabar yang beredar di dunia persilatan setiap 20 tahun sekali ular akan muncul di permukaan untuk mencari pasangannya dan paling banyak hanya muncul 30 ekor ular, jika ular-ular ini tidak menemukan pasangannya maka mereka akan mat dengan tubuh yang mencair setelah lewat 20 hari dari masa pencarian tersebut. Mungkin karena itu makanya populasi ular ini sangat sedikit ditambah lagi ular ini hanya bertelur 1 butir telur saja setiap kali mereka sudah menemukan pasangannya. Benar atau tidaknya kabar yang beredar tidak ada yang tahu tapi memang inilah kenyataan yang terjadi, semuanya merupakan misteri alam yang tidak dapat dimengerti oleh manusia.
Khasiat ular ini sangat baik sekali, darah dan dagingnya bisa memberi kekebalan terhadap racun apa saja kepada yang memakannya, sedangkan kulitnya mereka akan buat menjadi senjata beracun dan tanduknya jika dicampur dengan daging Kodok Lawa dari hutan Rimbo Kaluang akan bisa meningkatkan tenaga dalam yang memakannya dengan cepat karena campuran ini bisa membantu membuka semua jalan darah yang tersumbat yang biasanya harus dilakukan oleh ahli silat yang mempunyai tenaga dalam tinggi selama bertahun-tahun. Benar-benar binatang langka pilihan tidak heran banyak sekali orang yang ingin menangkapnya.

Tetapi kebalikan dari semua khasiatnya yang hebat ular ini merupakan jenis ular yang paling ditakuti karena mempunyai 3 jenis racun yang sangat ganas dan berbahaya pada tubuhnya. Racun yang pertama merupakan air liur (bisa) ular tersebut jika manusia atau binatang kena bisanya akan langsung mengalami sakit yang luar biasa di sekujur tubuh seperti disayat-sayat dan tidak sampai hitungan ke 20 biasanya yang kena racun tersebut langsung meninggal dalam keadaan kulit berubah menjadi merah seperti orang kena bintik demam berdarah, pecah semua pembuluh darah yang ada di tubuh
Racun kedua adalah yang ada di bawah kulitnya, jika ular tersebut merasa dirinya dalam bahaya karena orang bermaksud menangkapnya dengan menggunakan tangan telanjang, maka dia akan mengeluarkan lendir dari tubuhnya dan jangan harap manusia tersebut bisa hidup normal lagi. Karena di bawah sisik kulitnya terdapat semacam lendir yang beracun sekali, jika dipegang oleh tangan maka racun lendir itu akan masuk melalui pori-pori tangan ke dalam tubuh orang tersebut. Akibatnya tidak berapa lama seluruh syaraf yang ada di tubuh menjadi kaku seperti membeku dan seluruh tubuh tidak dapat berfungsi normal, dan orang itu akan menjadi seperti manusia tumbuh-tumbuhan, hanya bisa bernafas tapi tidak bisa bergerak. Ini merupakan siksaan yang paling mengerikan, dibilang hidup tapi mati, dibilang mati tapi masih bernafas.

Racun yang ketiga adalah uap yang dikeluarkan oleh hidungnya, begitu terhirup pada manusia atau binatang akan langsung mati karena paru-parunya sudah hancur di dalam tubuh. Keganasan ular ini sangatlah terkenal sekali dan karena keindahan kulitnya maka orang-orang menamakannya Ula Sirah Ameh (Ular Merah Emas).
Dan belum ada obat yang dapat menyembuhkan racun-racun tersebut bahkan Tabib sakti seperti Tabib Mato Tigo yang merupakan kakek guru Siti adalah seorang tabib yang sangat hebat, orang yang sekarat dapat dihidupkannya kembali, pun tidak dapat berbuat apa-apa untuk menolong orang yang kena racun Ula Sirah Ameh ini. Karena itu sejak sekitar 20 tahun yang lalu Tabib Mato Tigo menghilang dari dunia persilatan, menurut kabar yang beredar, beliau ingin mengabdikan dirinya untuk menemukan pemunah racun ular ini.

Tapi kini Aswin bisa memegang kedua ular tersebut dengan tenang dan santai tanpa cedera apapun juga. Di samping merasa ketakutan, sang bunda merasa heran dan kagum kenapa ular ini bisa melilitkan badannya ke tangan Aswin yang mungil tersebut tanpa melukai si anak itu sendiri, yang lebih anehnya lagi bahkan salah satu dari ular tersebut terlihat seperti kucing yang sedang menggesek-gesekan kepalanya ke jari-jari Aswin, sedangkan temannya menjulurkan lidahnya yang berwarna keemasan keluar menjilati tangan Aswin.
Sewaktu Aswin bergerak untuk mendekati sang bunda, langsung bundanya berseru, ” Aswin, jangan mendekat, berdiri di situ dan jangan bergerak!”.

Aswin langsung terdiam dan tidak berani bergerak, tapi karena penasaran dia bertanya,” Bunda, kenapa aku tidak boleh bergerak?”
”Kamu diam di situ sebentar bunda mau ke ruang sebelah, jangan ikuti bunda.”

”Baik, Bunda.” jawab Aswin sambil mengerutkan alisnya saking bingung melihat sikap bundanya yang aneh tersebut.
Kemudian Siti langsung berjalan pelan-pelan menuju keluar sambil matanya tidak lepas memandangi ular yang ada di tangan Aswin. Dengan penuh kecemasan dan ketakutan yang hampir membuat lututnya lemas, dia tetap berusaha berjalan ke ruang sebelah yang merupakan ruang keluarga di mana ayah Aswin sedang menerima tamunya. Begitu keluar dari pintu secepat kilat dia berlari mencari wali nagari Bumi,

Wali nagari Bumi sedang menerima 3 orang tamu yang merupakan teman seperjuangan ketika dia masih aktif di dunia persilatan, dengan santai dan tertawa-tawa mereka mengenang masa lalu waktu masih menikmati pertualangan di dunia persilatan. Adapun teman-teman wali nagari Bumi bukan orang sembarangan merupakan tokoh-tokoh yang terkenal di pemerintahan dan di dunia persilatan.
Yang duduk di sebelah kanan wali nagari Bumi berperawakan sedang dengan wajah bulat dan mata yang bersinar cerdik bernama Basri Surian atau lebih dikenal dengan sebutan Rangkayo dari Sijunjuang, julukan ini diberikan karena dia merupakan orang yang sangat kaya yang berasal dari kota Sijunjuang selain itu dia dikenal sangat dermawan dan berilmu silat tinggi, dengan jurus pedang Mato Manikam Pedang Bakilek (Mata menikam pedang berkilat) sudah termasuk tokoh yang susah dicari tandingannya.

Tokoh kedua yang duduk di sebelah kiri wali nagari Bumi berperawakan tinggi besar dengan kumis melintang di atas bibir menambah kejantanan dari wajah yang boleh dikatakan termasuk gagah ini bernama Masnan Asar bergelar Tangan Malaikat, tidak kalah terkenalnya, dengan ilmu Manyilang Tangan Bumi Tarengkek (Menyilang Tangan Bumi Terangkat) yang bersumber dari kekuatan tenaga dalamnya yang sudah mencapai tingkat tinggi.
Tokoh ini telah menggemparkan dunia persilatan ranah minang sejak 20 tahun yang lalu dan telah banyak penjahat yang tewas di tangannya diantaranya Iblis Duo Muko, Buyuang Gapuak (Pemuda Gendut) dari Pasaman, Datuak Siluman Gata (Datuk Siluman Genit) yang merupakan tokoh-tokoh dunia hitam yang sangat ditakuti.

Sejak 10 tahun yang lalu beliau telah memangku jabatan sebagai wakil jenderal pasukan Garuda Malayang, sebuah pasukan khusus yang bertugas menjadi pengawal pribadi raja. Kebanyakan wakil jenderal ini selalu bertugas sebagai mata-mata raja dan mengurus segala keperluan raja yang tidak resmi di luar lingkup istana, sedangkan jenderal pasukan ini selalu berada di dalam istana untuk melindungi raja. Pasukan ini merupakan pasukan pilihan dan sangat terkenal karena kehebatan serta keberanian mereka melindungi sang junjungan.
Dan tamu yang terakhir kebalikan dari kedua tamu sebelumnya, berwajah tampan dan pembawaannya begitu halus dan tenang selalu tersenyum seakan dunia ini penuh kedamaian yang bernama Kahar Nias, masih saudara jauh dari raja Minangkabau yang bertahta sekarang dan menjadi orang kepercayaan raja dalam menyelidiki dan menyelesaikan kasus-kasus yang tidak bisa ditangani oleh kerajaan seperti kasus di dunia persilatan ini, serta mempunyai gelar Sutan Mudo Barangin.

Fungsi dan tugasnya berbeda dengan Masnan, kalau Masnan merupakan pegawai resmi kerajaan sedangkan Kahar pegawai tidak resmi kerajaan karena dia masih keluarga jauh raja, dalam tugas merekapun bebeda walaupun masih ada sangkut pautnya. Tugas Masnan lebih bersifat melindungi raja dan keluarganya dari musuh-musuhnya sedangkan Kahar lebih bersifat ke arah penyelesaian persoalan yang menyangkut kasus-kasus dunia persilatan tapi mempengaruhi tatanan pemerintahan seperti pembunuhan patih kerajaan oleh orang dunia persilatan.
Sebenarnya Kahar Nias merupakan tokoh yang paling disegani diantara mereka berempat walaupun usia dia yang paling muda tapi ilmunya yang paling tinggi dengan ilmu Mangawang Awan Basurek Angin (Mengambang Awan Bersurat Angin) merupakan gabungan dari ilmu peringan tubuh tingkat tinggi dan ilmu jari maut yang bergerak seakan-akan seperti sedang menulis di angin, menjadikan dia menduduki peringkat 4 dari tokoh-tokoh berilmu tinggi yang ada di dunia persilatan saat ini.

Peringkat yang beredar di dunia persilatan sekarang ini dihembuskan oleh Datuak Kaba Bajalan (Datuk Kabar Berjalan). Entah dari mana dia bisa menilai peringkat orang-orang yang ada di dunia persilatan, menurut kabar yang beredar beliau ini merupakan tukang cerita keliling yang suka menceritakan kisah-kisah yang terjadi di dunia persilatan. Dia bisa mendapatkan kabar apa saja yang terjadi di dunia persilatan, bahkan rahasia yang berusaha ditutupi oleh orang pun dia bisa mengetahuinya. Memang dia menjalin hubungan dengan banyak kalangan baik dari golongan putih maupun golongan hitam bahkan dikabarkan dia cukup dekat dengan salah satu penasihat kerajaan yaitu Sutan Mamacik Langik (Sutan Memegang Langit).
Dan kebanyakan cerita yang dia sampaikan merupakan kebenaran, sehingga membuat orang ingin selalu mengetahui kisah yang diceritakan olehnya, secara tidak langsung dia membuat orang-orang yang ada dalam kisahnya menjadi orang terkenal. Bahkan ada beberapa orang yang mendekati dia supaya bisa dikisahkan olehnya kepada orang lain, tapi sayang Datuak ini mempunyai keunikan sendiri, dia hanya menceritakan kisah-kisah penting yang menurutnya mempengaruhi kehidupan manusia baik itu dari dunia persilatan maupun dari pemerintahan.

Tidak gampang untuk menemukan orang ini di jalanan, kadang-kadang bisa ditemukan di warung makan, di mana nanti dia akan bercerita kisah-kisahnya sebagai biaya ganti makan di warung itu atau bisa jadi dia ditemukan di tempat-tempat keramaian sedang membuat panggung untuk menceritakan kisah-kisahnya sebagai hiburan dalam bentuk boneka tangan. Dan setiap kehadirannya selalu ditunggu-tunggu, karena banyak kisahnya yang membuat orang mengerti apa yang sedang terjadi di dunia persilatan atau dalam pemerintahan.
Berdasarkan kisah yang baru-baru ini beredar, Datuak Kaba Bajalan mengisahkan tentang 5 tokoh teratas yang ada di dunia persilatan saat ini yaitu Datuak Inyiak Balang (Datuk Harimau Belang) yang merupakan tokoh nomor satu dan paling misterius, tidak jelas di mana tinggalnya, dia tidak bisa memberikan keterangan lebih banyak mengenai tokoh ini. Tapi kenapa dia berani menempatkan tokoh ini nomor satu karena beliau pernah seorang diri menggempur 5 datuk sesat yang berilmu mumpuni dengan segala kesaktian tingkat tinggi yang mereka miliki, kelima tokoh sesat itu tewas. Padahal mereka bukanlah tokoh sembarangan, merupakan tokoh papan atas bahkan hanya sedikit orang saja yang bisa tandingi 1 saja diantara mereka bisa dihitung dalam lima jari, tapi ini sekaligus 5 orang mengeroyoknya, bisa dibayangkan kehebatan dari Datuak Inyiak Balang ini.

Sedangkan tokoh-tokoh yang lain dia bisa memberikan keterangan mengenai asal muasal mereka berikut dengan ilmu dan guru mereka serta kehebatan-kehebatan mereka selama bekecimpung di dunia persilatan. Yang menduduki posisi kedua merupakan tokoh dari golongan hitam yang sangat ditakuti bernama Gadih Bungo Rampai (Gadis Bunga Rampai) yang bernama asli Zubaidah, karena tragedi masa lalunya yang buruk menjadikan dia seorang iblis wanita yang paling dihindari oleh tokoh-tokoh lain di dunia persilatan. Tokoh wanita ini tinggal bersama pengikut-pengikutnya di sebuah teluk bernama Teluk Tapang dan menghuni sebuah rumah gadang yang megah.
Tokoh ketiga bernama Eman Papatiah gelarnya Datuak Samuik Baracun (Datuk Semut Beracun) yang berdiam di Lubuak Mato Kuciang (Lembah Mata Kucing). Merupakan tokoh yang sangat ahli dalam ilmu racun, dia tidak termasuk golongan manapun, semua perbuatan dia hanya didasarkan pada kesenangan dia semata. Jika dia lagi senang siapapun orang yang mengganggunya akan bisa lolos dari racunnya, tapi sebaliknya jika dia sedang sedih atau marah siapapun orang yang ada disekitarnya akan dikerjai dia, apalagi kalau orang tersebut memang mencari perkara tidak nanti orang itu bisa hidup tenang seumur hidupnya. Tokoh ini jarang membunuh orang tetapi orang yang kena racunnya jangan harap bisa hidup normal lagi, ada yang setiap hujan akan mengalami siksaan kedinginan yang hebat, ada yang lumpuh separuh badan, ada yang harus mengabdikan diri padanya seumur hidup karena harus minum penawar darinya setiap bulannya, dan sebagainya.

Peringkat keempat tadinya diduduki seorang dari golongan hitam yaitu Bujang Lapuak (Perjaka Tua) dari Kiambang tapi setelah dia dikalahkan oleh Kahar maka posisi ini tergantikan sedangkan Bujang Lapuak tidak pernah lagi muncul di dunia persilatan akibat luka parah yang dideritanya, tidak ada yang tahu apa penyebab terjadinya pertempuran antara kedua tokoh ini. Banyak kabar angin yang beredar yang menjadi penyebab perkelahian ini karena seorang perempuan, tapi siapa perempuan itu tidak ada yang tahu. Dan Datuak Kaba Bajalanpun belum jelas mengenai hal ini memang dia mendapat beberapa berita tapi selama dia merasa belum terang duduk persoalannya, biasanya dia tidak akan berani membeberkan kisahnya ke masyarakat luas.
Dan yang terakhir adalah Nini Aluih (Perempuan halus) atau nama aslinya Rosnah merupakan penghuni Telaga Dewi di Gunung Singgalang, terkenal karena senjata rahasianya yang berbentuk segitiga (seperti bumerang kecil jaman sekarang), sebesar setengah telapak tangan, senjata ini dinamakannya Sagitigo Babaliak (Segitiga Berbalik), walaupun kecil tapi mematikan sekali dilepaskan tidak ada yang melesat mencari sasarannya dan ilmu kebatinnya (ilmu hipnotis jaman sekarang) belum ada yang bisa menandinginya, untungnya tokoh ini merupakan tokoh golongan putih. Perempuan ini juga terkenal kecantikannya dan merupakan tokoh yang jarang sekali muncul di dunia persilatan.

Demikianlah sedikit menceritakan tokoh-tokoh terkenal yang akan meramaikan kisah seru ini dengan keterlibatan mereka pada petualangan Aswin, anak laki-laki yang ditugaskan sang dewata untuk menyelematkan dunia dari kekejaman para manusia sesat.
Ketika Siti sampai di ruangan tersebut dengan wajah berkeringat dan pucat pasi seperti itu membuat keempat laki-laki menghentikan pembicaraan mereka dan menoleh dengan heran kepada Siti. Wali nagari Bumi beranjak berdiri dan menanyakan, ” Dinda Siti, ada apakah ? Kenapa dikau seperti dikejar setan di siang bolong begini.”

Dengan terengah-engah, Siti menjawab,” Uda, celaka sekali, si Aswin bermain-main dengan bahaya.”, ” Uda masih menyimpan sarung tangan baja pemberian kakek Uda dulu ?, ” Saya hendak pinjam uda, cepat ambil uda! jangan sampai terlambat.” seru Siti dengan ketakutan yang semakin kuat. Wali nagari Bumi masih bingung memandang Siti tapi dia tetap bergegas bergerak menuju kamarnya, karena dia percaya tidak ada hal yang bisa membuat iparnya ini panik seperti ini jika tidak ada hal-hal yang benar-benar menguatirkan. Sempat terlintas di benaknya, apa yang telah diperbuat Aswin sehingga bibinya ketakutan seperti ini.
Tak lama dia keluar dari kamar dan buru-buru ke ruang tengah di mana yang lain sedang menunggu, terdengar Kahar berbicara menanyakan ada apa gerangan sehingga Siti bisa panik seperti itu. Tapi Siti saking panik dan gemetaran seluruh tubuh malah tidak tahu bagaimana cara menjawabnya, dia hanya bisa menatap Kahar seperti orang terkesima saja. Semakin tidak enak perasaan wali nagari Bumi semakin dia mempercepat langkahnya untuk mendekati mereka.

”Ini Siti, sarung tangan yang kamu mau.”
Buru-buru Siti merampas sarung tangan tersebut dan langsung berlari kembali ke ruang sebelah, tapi kali ini dia diikuti oleh keempat laki-laki yang penasaran tersebut. Sampai di depan pintu, Siti berhenti dan berusaha menenangkan dirinya sebelum masuk dan kemudian pelan-pelan mendorong pintu untuk masuk ke dalam ruangan. Dan dia langsung terpaku kaku di tempat dan tidak mampu bergerak hanya bisa memandang terbelalak ke dalam dengan ketakutan yang sangat mencekam dan tidak lama terlihat tubuhnya bergetar dengan hebatnya.. Terlihat di dalam ruangan Aswin sedang bermain-main dengan ular-ular tersebut sambil tertawa-tawa. Dia sedang meniup-niup kedua ular tersebut berganti-gantian sambil mengeluarkan suara siulan yang berirama dan anehnya sepertinya kedua ular tersebur menikmati permainan ini bersama Aswin, ekornya melilit tangan Aswin dan setengah tubuh mereka berdiri meliuk-liukan badannya seperti menari di udara dan terlihat lidah-lidah mereka yang menjulur keluar seakan hendak menjilatin wajah Aswin..

Setiap siulan berirama yang dikeluarkan oleh Aswin langsung kedua ular tersebut bergerak sesuai dengan irama siulan itu. Wajah Aswin yang tampan terlihat semakin menggemaskan dan berseri-seri setiap melihat gerakan kedua ular, bahkan dia menambah tinggi dan cepat nada siulannya dan semakin ular itu bergerak tambah cepat seperti kegelian, yang paling menakjubkan adalah setiap ular itu bergerak seakan ada kemilau cahaya mengikuti gerakan mereka, ini disebabkan oleh pantulan cahaya matahari ke kulit mereka yang memang indah merah dengan bintik-bintik emas yang cemerlang. Sungguh suatu pemandangan yang menakjubkan dan langka sekali bisa terjadi dalam hidup bagi yang melihatnya, perpanduan keindahan dan bahaya yang mematikan.
Keempat pria yang masuk belakangan segera mengenali ular yang menjadi mainan di tangan Aswin, dan mereka hanya dapat memandang takjub dengan pemandangan luar biasa di depan mereka dan hanya bisa terpaku di tempat tidak tahu harus bagaimana. Sedangkan sang ayah merasa tidak mampu bernafas normal saking ketakutan melihat ular di tangan anaknya, yang sewaktu-waktu bisa membinasakan anak tunggal kesayangannya itu. Hati ayah mana yang tidak merasa sakit melihat anaknya bermain-main dengan bahaya tetapi tidak bisa melakukan apa-apa karena takut bisa mengejutkan ular itu dan menyebabkan kematian anaknya.

Sempat lima orang ini menghela nafas berat dan keringat keluar dengan derasnya dari tubuh mereka. Kehadiran Siti bersama ayah dan teman-temannya tidak disadari oleh Aswin karena dia sedang menikmati permainnya, dan mereka melihat kejadian aneh ini semakin mereka tercengang dengan mata semakin terbelalak tak percaya. Mungkin karena naluri merasa ada orang di sekitarnya Aswin menolehkan kepalanya ke pintu dan melihat lima orang berdiri di sana diam mematung sedang memandang dia dengan mata terbelalak. Tanpa sadar langsung dia menghentikan siulannya karena heran melihat lima orang dewasa itu yang sedang menatap dia seperti itu.
”Ayah, kenapa ayah menatap aku seperti itu.” ditatapnya mata sang ayah dengan heran dan bingung yang terbias di matanya.

Wali nagari Bumi seperti tersadar dari mimpi, dengan suara serak menahan perasaan, ” Aswin, di mana kamu menemukan ular-ular tersebut.” ”Cepat buang ular tersebut keluar.” ”Tidak, tidak jangan kagetkan ular tersebut, ayah akan menyelamatkan kamu.” dengan gugup wali nagari Bumi mencoba berbicara kepada anaknya, tapi semua orang tahu bagaimana paniknya wali nagari Bumi dengan kejadian ini sehingga dia seperti menceracau bicaranya.
”Kenapa ayah, memangnya ada apa dengan temanku ini?”, ” Lihat ayah, mereka sangat lucu dan cantik sekali bergerak-gerak seperti pelangi di bawah sinar matahari.”

Ingin sekali wali nagari Bumi meneriakan kepada anaknya bahwa ular itu bisa menyebabkan kematian anaknya tapi dia tahu tidak bisa melakukannya karena takut ularnya menjadi terkejut. Dia hanya bisa buka mulut tapi tidak keluar sepatahpun kata dari mulutnya.
Akhirnya Kahar yang paling cepat pulih ketenangannya segera berkata kepada Aswin,” Anak baik, di mana kamu dapat ular itu ?” ” Dia tidak mengigit kamu?”

Dengan heran Aswin menjawab,” Paman, ular ini tidak bakal menggigitku karena dia merupakan temanku yang baik.” ”Benarkan, teman?” kata Aswin sambil memandang ular yang ada di tangannya itu. Dan anehnya ular itu sepertinya mengerti apa yang dikatakan anak itu segera mengangguk-anggukan kepalanya kepada Aswin. ”Lihat paman, mereka tidak mencelakakan aku.” kata Aswin kepada Kahar dengan senyum manisnya sehingga memunculkan dekik di pipi montok itu. Bagi yang melihat keadaan Aswin mau tidak mau orang harus mempercayai omongannya.
Kembali Kahar menanyakan kepada Aswin di mana dia menemukan ular ini? Aswin menceritakan bahwa dia menemukan kedua ular ini sewaktu dia bermain di hutan.

Sang ayah yang sudah bisa menenangkan dirinya berkata,” Di hutan mana maksud kamu?” ”Mana ada hutan di dekat rumah kita ?”
”Hutan yang di dekat bukit berbaris itu, ayah.”

Wali nagari Bumi tercengang mendengarnya karena hutan itu jauh dari rumah mereka jika ditempuh dengan kuda yang bagus baru bisa ditempuh dalam waktu setengah hari tapi bagaimana anaknya bisa sampai ke sana karena anaknya tidak bisa menunggang kuda, belum pernah diajarkan.
”Bagaimana kamu bisa sampai ke sana karena hutan itu jauh dari rumah kita ?”

”Aku sering main ke sana kok ayah, bersama kakek Inal.”
”Kakek Inal?” ” Siapa dia ?”

”Kakek Inal, masak ayah tidak kenal?” dengan heran Aswin bertanya kepada ayahnya. ”Kakek kenal dengan ayah dan kakek sering datang ke sini ajak aku keluar bermain ke hutan itu.”
Semakin bingung wali nagari Bumi dengan jawaban anaknya, ingin dia membentak anaknya karena berpikir anaknya berbicara sembarangan saja, tapi dia tahu walaupun anaknya bandel tidak sekalipun anaknya berbohong padanya, setiap perbuatannya pasti diakui olehnya baik itu perbuatan baik maupun perbuatan yang membuat dia akan dihukum oleh ayahnya tetapi tetap dia akan mengakuinya dengan berani.

”Kenal di mana kamu dengan kakek Inal?”
”Kakek datang ke sini, waktu itu ayah dan bunda sedang pergi, jadi aku berkenalan dengan kakek dan bicara lama sekali sambil menunggu kalian pulang. Tapi ayah dan bunda tidak pulang-pulang juga jadi kakek akhirnya pergi.”

Kenapa kamu tidak pernah cerita kepada kami mengenai kakek Inal?”
”Karena kakek bilang kalau ayah atau bunda tidak tanya tidak usah bilang, tapi kalau ditanya aku harus jawab jujur. Makanya aku tidak ceritakan kepada ayah, karena ayah tidak bertanya kepadaku.”

Wali nagari Bumi yang mendengarkan jawaban anaknya hanya bisa menghela nafas saking geregetan. Cepat dia tersadar,” Sudah berapa lama kamu bermain dengan kakek Inal ?, dan apakah kakek Inal tahu mengenai ular-ular ini ?”
Sambil merenung-renung dan mengerutkan dahinya, Aswin sedang berpikir sudah berapa lama dia bermain dengan kakek Inal. Lalu katanya dengan perlahan, ”Aku bermain dengan kakek sudah lama sekali sejak aku usia 3 tahun, karena sekarang aku berumur 5 tahun maka berarti sudah 2 tahun aku bermain bersama kakek.”

Masnan yang dari tadi diam saja sudah penasaran akan anak ini, dia melihat tajam pada Aswin dan dia menemukan bahwa anak ini bertulang bagus dan tampaknya mempunyai bakat yang sangat baik untuk memperoleh pelajaran tenaga dalam. Dia menyukai dengan yang dia lihat ada dalam diri anak ini, kemudian dia benar-benar memandang wajah anak ini dan dia terkejut ketika memandang mata anak tersebut dia menemukan sepasang mata yang begitu jernih tapi mengandung kekuatan batin yang kuat sekali. Belum pernah seumur hidupnya melihat mata seorang anak seperti ini, biasanya dia menemukan mata seperti ini pada diri pertapa-pertapa tua yang sudah meninggalkan hal-hal keduniawian.
Terdengar lanjutan perkataan Aswin,” Kakek tahu. Bahkan kakek bilang aku boleh menjadikan ular ini temanku karena mereka akan patuh dan setia menemani aku sebab aku adalah tuan mereka.” kata Aswin dengan tersenyum kepada kedua ular itu kembali ular itu mengangguk-anggukan kepalanya.

Kemudian Masnan seperti tersadarkan, dari tadi dia sudah merasa ada sebuah kekuatan di dalam ruangan ini ternyata kekuatan itu memancar dari diri anak ini dan menyelimuti keseluruhan diri anak ini baik dari dalam maupun dari luar tubuhnya, sebuah aura kekuatan yang dashyat sekali. Dia dapat merasakannya karena dia pernah belajar ilmu kebatinan dari gurunya, ilmu yang bisa menahan pengaruh jahat yang memancar dari orang lain atau bisa dibilang ilmu hipnotis dan halusinasi jaman sekarang.
Sekarang banyak tokoh yang bisa ilmu halusinasi ini dan salah satu tokoh yang paling ditakuti akan ilmu ini adalah Nini Aluih karena kehebatannya mampu membuat orang berhalusinasi berkelahi dengan naga padahal dia berkelahi dengan temannya atau dia bisa mempengaruhi orang tersebut untuk membunuh dirinya sendiri. Sehebat apapun ilmu orang tersebut jika dia tidak mempunyai batin yang kuat maka dia akan terjerumus akibat ilmu ini. Makanya dunia persilatan memberikan gelar Nini Aluih kepadanya karena kemampuan dia yang seperti hantu mempengaruhi orang lain untuk berbuat sesuai dengan kehendaknya.

Dulu ketika gurunya mengatakan bahwa ada orang-orang tertentu yang ditakdirkan mempunyai kekuatan diri yang dasyat tidak seperti orang biasa lainnya, dia tidak mempercayainya karena dia merasa bahwa kekuatan itu dibangun oleh orang tersebut sendiri seiring dengan kepercayaan diri yang berkembang, bukan merupakan pemberian dari alam. Tapi kini dia mau tidak mau harus mempercayai perkataan gurunya itu akan kebesaran Tuhan menciptakan umatNya, seiring dengan itu dia kembali teringat percakapan dia dengan gurunya mengenai aura kekuatan ini.
Kekuatan ini sangat hebat sekali, tidak bisa disalah gunakan, apabila terjadi bisa malapetaka yang akan menimpa manusia. Karena itu orang yang memiliki kekuatan ini harus mempunyai kepribadian yang baik dan bagus akhlaknya. Ketika dia menanyakan kepada gurunya mengenai bagaimana bentuk kekuatan tersebut, gurunya hanya berkata tidak bisa menggambarkan kekuatan itu dengan jelas, tapi dapat merasakannya saja dengan kekuatan batin. Jika engkau sudah berhadapan dengan orang yang memiliki kekuatan itu maka engkau akan tahu. Gurunya pernah berkata bahwa dia pernah menemukan orang yang mempunyai kekuatan seperti itu, dan untungnya orang tersebut tidak melakukan hal-hal yang bisa merugikan atau menjadi penyebab malapetaka bagi orang lain.

Dan kini dia tahu dia sudah menemukan orang yang seperti dikatakan oleh gurunya, mempunyai aura kekuatan yang sangat dasyat. Maka sekarang dia tidak heran kenapa anak itu bisa bermain dengan ular ganas tersebut tanpa kuatir bakal dicelakai, karena sang ular juga mungkin merasakan kekuatan dasyat yang ada dalam anak ini dan merasa takluk.
Dalam hati Masnan sudah bertekat untuk menjadikan bocah ini muridnya, agar dia bisa mendidiknya dengan baik. Tapi ternyata bukan Masnan saja yang mempunyai pemikiran seperti itu, bahkan Basir dan Kahar mempunyai keinginan yang sama. Apalagi melihat keberanian dan kecerdasan yang memancar dari wajah lucu dan menggemaskan itu, sungguh sangat menarik sekali. Diam-diam dalam hati mereka sudah bermaksud membicarakan hal ini kepada sang ayah sesegara mungkin. Yang terpenting sekarang bagaimana mengatasi keadaan yang sedang berlangsung dan mereka bisa berbicara dengan ayah anak ini.

Setelah mengetahui keadaan, Masnan dengan tenang berkata kepada Aswin, ” Anak yang baik, kenapa sekarang kamu menunjukan teman-temanmu itu kepada kami.”
"Aku ingin menunjukan keberanianku tidak kalah dengan uda Pendi, uda Nasrul, uda Dasta, ayah selalu memuji-muji keberanian mereka bisa menangkap ular, padahal ular itu jelek sekali tampangnya. Akupun mau ayah memuji aku juga, tapi aku tidak mau bawa ular jelek seperti itu, maka aku bawa temanku yang indah ini.” jawab Aswin sambil tersenyum lucu.

”Siapa mereka, uda ?” tanya Basri kepada Bumi
Wali nagari Bumi yang menjawab pertanyaan itu, ” Mereka itu murid-muridku, Nasrul adalah anak teman kita Diram.”.

”Maksudmu Diram anak Patih Badik Patui (Petir), yang meninggal karena peperangan tempo hari ?” tanya Basri.
”Benar, dia bersama ibunya tinggal tidak jauh dari sini, sekitar 6 rumah di sebelah kanan rumahku. Anaknya senang bermain dengan Aswin, nanti aku ceritakan pada kalian mengenai mereka, saat ini bagaimana caranya agar ular itu tidak membahayakan siapapun.”

”Aswin, mereka itu jauh lebih tua dari kamu, Dasta saja yang paling muda sudah berusia 15 tahun. Dan mereka bawa pulang adalah ular sawah, tidak seperti ular-ularmu itu.”kata sang ayah dengan perasaan bercampur aduk antara marah, kagum, senang, takut, kuatir, geli.
”Memangnya kenapa dengan ularku ini ayah ? Mereka kan tidak mengganggu siapapun.” protes Aswin kepada ayahnya.

Belum sempat sang ayah menjawab, tiba-tiba Siti teringat cerita kakek gurunya, ular-ular ini sangat suka bersembunyi kecuali kalau memang ada hal yang menarik baru mereka akan keluar dari sarangnya. Dan biasanya ular ini tidak akan jauh-jauh pergi dari sarangnya kecuali bila saat mereka keluar mencari pasangan. Berarti Aswin tahu sarang mereka sehingga dia bisa memulangkan mereka kembali.
”Aswin, lihat ular-ular ini sudah capek main sama kamu, kenapa sekarang tidak kamu kembalikan dia ke sarangnya ?”

Aswin menggerakan kedua tangan ke arah wajahnya untuk melihat ular-ular itu dengan lebih jelas, dia melihat ular-ularnya menjulurkan lidahnya ke arah Aswin seperti ingin menjilati wajahnya, kembali kelima orang dewasa yang melihat itu menahan nafas, takut tiba-tiba ular itu mematuk wajah Aswin.
”Bunda benar, temanku sudah capek, baiklah aku akan memasukan mereka kembali ke rumah mereka.” kata Aswin.

Segera Aswin memindahkan ular yang ada di tangan kanannya ke tangan kiri, sehingga kedua ular itu ada di tangan kiri mungil milik Aswin, tangan kanannya mengambil tas yang ada di meja dan membukanya, mengeluarkan sebuah tabung dari bambu yang berlingkaran kira-kira sebesar lingkaran pergelangan kaki pria dewasa dan mempunyai panjang kira-kira 2 jengkal tangan pria dewasa. Dia membuka tutup tabung itu dan menyodorkan ke arah kedua ular itu, anehnya ular itu langsung bergerak masuk satu persatu, setelah itu Aswin menutup tabung itu dan dengan lembut meletakkan tabung itu di atas meja.
Setelah itu dia berbalik ke arah kelima orang di belakangnya dengan wajah tersenyum cerah dan mata yang bersinar-sinar terang. Tapi segera senyumnya hilang diganti dengan kebingungan karena melihat bundanya tiba-tiba meledak tangisannya dan tubuhnya tidak berhenti gemetaran limbung mau jatuh, untung dengan sigap tubuhnya ditangkap Kahar.

Kahar serba salah ingin melepaskan tubuh Siti takut dia jatuh, tidak dilepaskan dia yang merasa panas dingin dan jantung berdetak kencang tidak karuan, semakin lama Siti semakin keras tangisnya dan tidak bisa berhenti, tubuhnya bergoyang terus, dan Kahar akhirnya tidak tahan untuk tidak memeluk Siti karena iba melihat keadaannya, Siti meletakan kepalanya bersandar di bahu Kahar.
Sedangkan Aswin yang terkejut melihat keadaan Bundanya, berlari menubruk kaki Siti sambil dengan mata berlinangan air mata, dia ikut-ikutan ingin menangis melihat Bundanya seperti itu.

”Bunda....., bunda....” kata Aswin sambil menarik-narik celana panjang ibunya.
”Bunda kenapa menangis, siapa yang jahat pada bunda, bilang pada Aswin, bunda!”

”Bunda, .... Bunda..., jangan menangis... Bunda, kalau Aswin nakal membuat Bunda sedih katakan Bunda, Aswin berjanji tidak nakal lagi dan selalu mendengar perkataan Bunda.” terdengar suara Aswin mulai serak ikutan sedih melihat bundanya menangis.
Mendengar suara Aswin yang hampir menangis itu, Siti berusaha sekuat tenaga menahan isak tangis itu, setelah agak mereda baru dia sadar ternyata dia di pelukan Kahar, dan langsung dia cepat merenggut dirinya dari dekapan Kahar, terlihat pipinya semburat memerah karena menahan malu. Untuk mengalihkan rasa malunya buru-buru dia jongkok dan melihat mata Aswin.

”Aswin, bunda tidak apa-apa. Aswin, tidak suka melihat bunda menangis ?”
”Iya Bunda, Aswin tidak suka melihat Bunda menangis, dada Aswin terasa sakit, Bunda. Kenapa Bunda menangis apakah karena Aswin nakal? Aswin berjanji Bunda, untuk mendengarkan kata Bunda dan tidak buat Bunda menangis lagi.”

”Sayang, benarkah janji kamu itu?’
”Iya Bunda, Aswin berjanji mulai sekarang menurut kata Bunda.”

”Kalau begitu kita kaitkan jari, dan Aswin tidak boleh langgar janji.” kata Siti sambil mengulurkan jari kelingking kanannya ke arah Aswin, segera Aswin mengeluarkan juga jari kelingkingnya untuk dikaitkan pada bundanya.
”Sekarang bisakah bunda mengatakan apa kenakalan Aswin, sehingga Bunda menangis?”

”Aswin, tadi bunda ketakutan lihat kamu bermain dengan ular itu.”
”Memangnya kenapa bunda dengan teman-temanku itu?”

”Sayang, kamu tahu ular itu sangat berbahaya dan bisa membunuh manusia ?”
”Aku tahu, kakek Inal sudah mengatakan padaku mengenai ini, tapi kakek Inal juga sudah mengajari aku untuk menjadi tuan dari ular itu.”

”Begitukah ?” sahut Siti terheran.
”Iya, kata kakek biarpun mereka temanku tapi aku harus tetap waspada dan tidak boleh menyakiti mereka. Harus menyayangi dan merawat mereka dengan baik.”

Mereka menjadi tertarik untuk mengetahui bagaimana kakek Inal itu mengajari Aswin untuk menguasai sepasang ular tersebut.
Karena merasa penasaran, Basri langsung bertanya kepada Aswin,”Bagaimana caranya untuk menguasai ular tersebut, Nak ? Apakah kakek itu yang mengajari kamu ?.”

“Ayah, siapakah para paman ini ? “ kata Aswin dengan senyum di bibir.
Aswin, mari ayah perkenalkan kamu dengan teman-teman ayah, yang berdiri di samping kanan kamu dengan ikat kepala biru namanya paman Masnan, di sebelah kiri ayah ini Paman Basri dan di samping Bunda kamu namanya Paman Kahar, cepat kamu beri hormat kepada teman-teman ayah ini.”

Segera Aswin merangkapkan kedua tangannya dan membungkukkan badannya kepada teman ayahnya.
“Salam kenal dan hormat kepada para paman, namaku Aswin, anak wali nagari Batang Kapeh, Sutan Manenggang Bumi, usiaku 5 tahun.”

“Salam kenal juga untuk kamu, anak pemberani.” Kata Masnan.
“O ya, teman-teman ini adik iparku namanya Siti Nurindah, dia tinggal di sini bersama kami, Siti, ini teman-teman uda.”

Siti lalu memberikan salam kepada mereka dengan merangkap kedua tangannya di dada dan membungkukkan kepalanya sedikit sebagai tanda hormat, kemudian yang lain membalasnya dengan sikap yang sama.
“Uda, adik iparmu ini, bukannya si Dewi Tangan Dingin, yang ahli obat-obatan itu ?” kata Basri.

“Hmmm... benar sekali, mata kamu jeli sekali Basri.”
”Siapa yang tidak kenal dengan Dewi Tangan Dingin, banyak sahabat-sahabat kami pernah merasakan tangan dinginnya mengobati mereka, belum lagi bicara mengenai kecantikannya, di dunia ini ada 5 perempuan cantik, iparmu salah satunya.” sambung Masnan sambil tersenyum.

Semakin merah merona wajah Siti mendengar pujian itu, sambil menundukan kepala karena malu dia menjawab, ”Ah..., uda Masnan bisa saja, mana mungkin saya yang jelek ini termasuk 5 perempuan cantik dunia persilatan! Bisa jadi tertawaan orang banyak nanti.”
Melihat Siti yang semakin tersipu dan menunduk malu, Bumi merasa kasihan maka dia buru-buru mengalihkan pembicaraan kepada anaknya.

“Nah Aswin, kamu jawab pertanyaan Paman Basri itu. Ayah juga mau tahu bagaimana kamu bisa menguasai ular yang berbahaya itu.”
“Dengan siulan “

“Dengan siulan ???, maksud kamu ??”
“Iya, dengan siulan paman Basri.”

”Masak, hanya dengan cara begitu saja?”
”Benar paman dengan cara itu, kakek Inal mengajari aku.”

”Kamu bisa praktekkan untuk paman?”
"Tentu saja. Sekarang Aswin akan menyiulkannya.”

Mula-mula terdengar siulan yang pelan mendayu-dayu membelai telinga yang mendengarkan, lalu tambah lama tambah tinggi bunyi siulan tersebut sehingga kemudian yang terdengar hanya seperti hembusan angin tajam dari mulut bocah itu tapi tidak ada bunyi yang keluar. Tabung yang ada di meja mulai bergetar mendengar siulan Aswin semakin lama semakin keras getarannya, dan mendadak terdengar suara buk...buk...buk seperti ada sesuatu yang membentur dinding tabung seiring dengan siulan yang tidak terdengar bunyinya oleh telinga manusia, tapi bagi ular tersebut merupakan siksaan yang menyakitkan di kepalanya sehingga tidak tahan sakit mereka membenturkan kepalanya ke dinding tabung.
Lalu Aswin menghentikan siulannya, dan segera membuka tabungnya untuk mengeluarkan kedua ular tersebut. Terlihat kedua ular itu lemas seperti tidak bertenaga, kepalanya terkulai jatuh di tangan Aswin, segera Aswin meniup kedua ular itu bergantian pelan-pelan dan lembut sekali. Tidak lama kedua ular itu bisa berdiri dengan tegak kembali dan memandang Aswin dengan mengeluarkan lidahnya seakan-akan menyampaikan salam. Aswin tetap meniup kedua ular itu sampai dia melihat kedua ular itu sudah bisa meliuk-liukan badannya kembali.

”Maaf , teman-teman, bukan aku hendak menyakiti kalian tapi ayah dan para paman ingin mengetahui apa sebabnya kalian tidak bakal menyakiti aku.” kata Aswin lembut kepada kedua ular itu. Dan anehnya kedua ular itu mengangguk-anggukan kepalanya kepada Aswin.
Setelah itu dengan hati-hati Aswin memasukan kedua ular itu ke dalam tabungnya. Kemudian dia berpaling menatap kembali kepada ayah, bunda dan teman ayahnya.

”Begitu cara kakek Inal mengajari aku untuk menaklukan kedua ular itu. Siulan tadi membuat kedua ular itu kesakitan hebat di kepalanya dan lama-lama dia lemas karena tidak kuat menahan sakit, karena itu kakek bilang kalau kedua ularku ini nakal harus dibunyikan siulan seperti tadi jadi mereka tidak akan bisa berbuat macam-macam lagi.”
”Hmmm...mmmm..., apa kamu bisa mengajari paman siulan tadi?”

”Boleh saja, kata kakek Inal, jika memang ada orang yang mempunyai kemampuan untuk bersiul seperti aku, tidak masalah aku mengajarinya.”
”Benarkah, begitu kata kakek Inal?”

”Iya, paman Masnan.”
"Apa kakek Inal tidak mengatakan yang lain lagi mengenai kamu mengajari siulan itu.”

”Kata kakek Inal, siulan itu hanya bisa dikeluarkan oleh hawa murni yang bersih dan kuat dari dalam diri orang tersebut, jika tidak mempunyai jangan coba-coba melakukannya malahan nanti bisa binasa karena kedua ular tersebut menjadi marah dan akan mengeluarkan racunnya.”
”Coba kamu ajarkan kepada paman, siapa tahu paman juga bisa seperti kamu.”

”Baiklah paman Masnan, tapi izinkan aku meletakkan tabung ini di tempat tidurku.”
"Silahkan.”

Aswin berjalan menuju tempat tidurnya dan mengambil sebuah kotak yang berlubang di sekitar badan kotak tersebut lalu menaruh tabung ular ke dalam kotak dan menutupnya. Lalu menutupi kotak tersebut dengan sebuah kain yang berwarna hitam dan meletakkannya di samping bantal kepalanya.
Lalu segera dia berjalan menuju meja dan kursi yang ada di tengah ruang tidurnya, sementara dia mengurus sepasang ularnya itu, ayahnya mempersilahkan tamu-tamunya untuk duduk di kursi sekeliling meja yang ada di ruangan itu sambil menunggu Aswin.

Aswin berjalan mendekati Bundanya, yang wajahnya masih terlihat sebentar pucat sebentar merah setiap matanya berbenturan dengan mata Kahar yang sedang sembunyi-sembunyi menatap dia dengan penuh kerinduan.
Siti mengulurkan tangannya dan mengangkat Aswin untuk duduk di pangkuannya, biasanya diperlakukan seperti ini Aswin tidak menyukainya dan memprotes sang Bunda yang memperlakukannya seperti adik bayi, padahal dia sendiri masih di kategorikan balita. Tapi kali ini dia tidak protes bahkan dengan senangnya duduk di pangkuan sang bunda setelah sebelumnya mengusap wajah sang bunda dan mencium pipinya. Sitipun jadi senang dengan perlakuan Aswin dan mencium pipi montok Aswin.

”Bunda, Aswin janji tidak akan buat Bunda sedih dan menangis lagi serta akan menurut apa yang dikatakan Bunda.” terdengar Aswin berusaha menyakinkan sang bunda dengan janji dia sebelumnya.
”Iya, bunda tahu, anak Bunda mana mungkin ingkar janji, yang ingkar janji adalah tikus.” kata sang Bunda dengan tersenyum manis kepada Aswin.

Terdengar helaan nafas seseorang, dan kemudian disusul terdengar tertawa ditahan dari sang ayah. Mereka segera menoleh memandang Wali Nagari Bumi dan teman-temannya. Terlihat sang ayah sedang menahan tawa memandang Kahar diikuti oleh kedua temannya yang tersenyum simpul melihat Kahar yang memerah mukanya salah tingkah. Dan Siti yang melihat itupun ikut-ikutan memerah pipinya karena malu, sengaja dia menyembunyikan mukannya di belakang kepala Aswin. Rupanya Kahar terpesona memandang senyum Siti sehingga tanpa terasa menghela nafas untuk melonggarkan dadanya yang terasa sesak
Buru-buru Kahar bertanya kepada Aswin untuk menghilangkan malunya,” Aswin, kamu mau mengajarkan kami ilmu siulan tadi kan ?”

”Baiklah paman, kata kakek Inal jika tidak bisa jangan memaksakan diri karena bisa berakibat terganggunya hawa murni yang ada. Bila paman merasa darah bergolak kencang dan jantung terasa mau meledak segera hentikan siulannya, kalau tidak paman bisa terluka dalam. ”
”Hah, bisa sampai seperti itu?” kata Masnan tercengang.

Dia merasa siulan ini merupakan sebuah ilmu tenaga dalam untuk mengatur pernafasan seseorang sehingga bisa mengeluarkan siulan seperti yang dilakukan Aswin dan yang bisa digunakan untuk menekan lawan yang mempunyai ilmu seperti Ilmu Lawa Tabang (kelelawar Terbang) dan ilmu Ikan Lacuik (Ikan Pecut) yang mengandalkan kekuatan suara yang menusuk gendang telinga untuk membuyarkan kosentrasi dan menekan musuh.
”Iya, paman, bagaimana ? apa kita mulai sekarang ?”

Terlihat kelima orang dewasa itu menganggukkan kepalanya tanda setuju untuk mulai pengajaran ilmu tersebut. Jika ada orang yang lewat melihat keadaan ini pasti dia bisa terpingkal-pingkal tertawa melihat lima orang dewasa yang mempunyai ilmu yang hebat tapi menerima ajaran bagaimana bersiul dari seorang bocah berusia lima tahun. Tapi bagi yang mengerti pasti akan mau mengikuti pelajaran ini karena merupakan sebuah ilmu yang sangat berguna buat mereka.
”Baiklah paman, kita mulai, pertama paman pejamkan mata rasakan hawa yang ada di dalam tubuh paman, setelah itu pelan-pelan hawa itu ditarik ke arah paru-paru, buatlah paru-paru paman terasa mengembang karena hawa itu mengisi paru-paru paman. Terus kembalikan lagi hawa itu ke perut, lakukan itu sebanyak 3 kali setelah itu kumpulkan hawa murni tersebut kembali ke paru-paru biarkan sesaat lalu mulailah menghembuskan udara keluar dari mulut, pelan-pelan lalu naik terus nada siulannya sampai hembusan udara yang terjadi karena hawa murni yang keluar membentuk siulan.” sambil menjelaskan Aswin mempraktekkan kata-katanya. Mereka melakukan sesuai petunjuk Aswin, mula-mula semuanya lancar sampai pada ketiga kali menarik nafas ke paru-paru, tiba-tiba mulai Siti merasakan dadanya terasa sesak dan pemandangan matanya terasa gelap, cepat-cepat dia mengembalikan hawa murni ke perut dan pelan-pelan membuyarkan hawa murni itu. Dia tahu dia tidak bisa meneruskannya karena dia merasa paru-parunya seakan-akan membengkak kesakitan seperti hendak meledak makanya buru-buru dia mengikuti saran Aswin untuk tidak memaksakan diri.

Lalu Basri mulai merasakan hal yang sama ketika hawa murni itu didiamkan sesaat pada paru-paru sebelum dihembuskan keluar dalam bentuk siulan. Segera dia merasakan pergolakan darahnya seakan-akan bergerak dengan derasnya mengaliri seluruh tubuhnya dan itu terasa menghantam jantungnya terus menerus sehingga sakitnya bukan kepalang dan segera dia menghentikan penyaluran hawa murni ke paru-parunya.

Kahar, Masnan dan Bumi masih bisa bertahan, kemudian giliran Bumi yang merasa matanya berkunang-kunang dan gelombang mual yang terus menerus membuat dadanya berdenyut sakit sekali. Seperti kedua temannya, diapun menarik kembali hawa murninya.

Setelah beberapa saat mulai Kahar dan Masnan memajukan mulutnya untuk bersiul mengikuti Aswin, mula-mula terasa biasa saja karena pelan-pelan mereka melakukannya, lalu ketika nadanya semakin cepat dan tinggi, segera terlihat di wajah Kahar dan Masnan keringat deras turun dan muka mereka menjadi merah seolah-olah mereka berada di ruangan yang sangat panas sekali. Kedua tubuh mereka mulai bergetar, Kahar yang tenaga dalamnya lebih baik setingkat dari Masnan kelihatan getarannya tidak sehebat getaran tubuh Masnan.
Akhirnya Masnan tidak sanggup melanjutkannya dan segera melakukan penarikan kembali tenaga dalamnya dan mulai mengatur kembali hawa murninya supaya tidak buyar dan semua organ tubuhnya yang terasa sakit, sedikit sedikit dan pelan-pelan dialiri hawa murni itu untuk mengurangi rasa sakit yang dialaminya tadi.

Kaharpun mengalami hal yang sama tapi dia bisa mencapai nada tertinggi yang masih terdengar bunyi siulannya tapi begitu memasuki area siulan itu tidak bisa didengar oleh manusia, dia mulai kepayahan dan cepat dia tarik kembali hawa murninya, kalau tidak jantung dan paru-parunya akan meledak karena pergolakan di dalam tubuhnya sangat kuat sekali.
Sedangkan Aswin tetap dengan santainya bersiul seperti tidak mengalami apapun. Lalu dia berhenti bersiul dan memandang heran kepada kelima orang tersebut kenapa tiba-tiba bisa berhenti bersiul.

Tanyanya,” Ayah, Bunda dan Paman, kenapa berhenti bersiulnya ? Katanya mau mempelajari ilmu siulku ?”
”Aswin, kami tidak bisa melakukan siulan seperti kamu, Benar yang dikatakan kakek Inal, kami merasa dada sesak dan jantung berdebar dengan kencangnya.”

”Masak ayah merasakan seperti itu, kenapa aku tidak ?” kata Aswin bingung.
”Aswin, kakek Inal ada bilang apa lagi tidak ke kamu mengenai ilmu siulan ini ?” tanya Masnan penasaran.

Aswin berusaha mengingat-ingat apa yang telah dikatakan kakek Inal mengenai ilmu siulan ini. Tiba-tiba dia teringat,” Oh yah paman, aku lupa mengatakan, kakek Inal bilang ilmu ini tidak akan bisa dipelajari oleh orang yang sudah bisa menggunakan hawa murni tubuhnya untuk menerapkan ilmu silatnya. Kalau dia tetap melakukannya maka semua tenaga dalam yang dia miliki akan musnah akibat hawa murninya yang membuyar dari dalam tubuh.”
Kaget bukan kepalang semua yang mendengarnya, mereka juga heran kenapa hanya sebuah ilmu siulan tapi bisa mempengaruhi seperti itu. Saking penasaran Masnan kembali bertanya,” Apa ada lagi tidak yang dikatakan oleh kakek Inal itu kepada kamu, Aswin ?”

Aswin berusaha mengingat apa ada lagi yang dikatakan kakek Inal kepadanya mengenai siulan ini, dia menggeleng-gelengkan kepalanya merasa tidak ada lagi perkataan kakek Inal mengenai masalah ini.
”Paman, seingat aku tidak ada lagi yang dikatakan kakek Inal.” kata Aswin dengan kening berkerut.

”Hmmm...mmm... aku rasa siulan itu merupakan sebuah ilmu tenaga dalam yang punya ciri khas tersendiri dan tidak bisa bercampur dengan tenaga dalam lain aliran.”
”Aku juga pikir begitu, Masnan, masak cuma bersiul saja harus menggerakkan hawa murni segala.” kata wali Bumi.

”Siapakah gerangan kakek Inal itu, menurut Uda Basri ?” kata Kahar.
”Aku juga belum bisa menerka siapa gerangan dia, jika melihat cara dia mengajari Aswin sepertinya dia mengetahui bahwa siapapun yang melihat bagaimana Aswin menangani ular itu pasti ingin mempelajarinya juga, karena itu dia bisa mengatakan kepada Aswin untuk tidak masalah mengajarkan siulan itu bahkan bisa menebak apa yang terjadi pada kita.”

”Uda Bumi, apa uda mengenal kakek Inal ini ? Karena kata Aswin, dia sering datang ke rumah uda, tapi sepertinya uda tidak pernah tahu akan hal ini ?”
”Ini juga mengherankan bagiku, Masnan, selama ini aku tidak pernah merasa ada orang yang datang ke rumahku tapi aku tidak mengenalnya !”

”Aswin, kapan biasanya kakek Inal datang menjengukmu ?”
”Tidak tentu ayah, kadang pagi sekali, kadang siang, kadang sore, pernah juga malam.”

”Waktu beliau datang, apa ayah atau bunda ada di rumah, sayang.” tanya Siti penasaran.
”Ada Bunda, seperti kemarin siang waktu kakek datang, kan aku pamitan sama bunda mau pergi main di luar. Apa Bunda tidak melihat beliau yang berdiri di belakangku ?”

”Kemarin siang ?”
”Iya, apa Bunda lupa ?, waktu itu Bunda lagi memasak obat untuk ibunya Tias, kata Bunda, aku boleh main tapi tidak boleh pulang sampai malam.”

Terlihat Siti mengerutkan keningnya untuk mengingat kembali kejadian kemarin, sambil memandang Aswin.
”Mungkin karena Bunda sibuk siapkan obat, Bunda tidak perhatikan beliau ada di belakang kamu.” kata Siti sambil tetap berkerut berusaha mengingat.

”Kalau ayah, kapan kamu pamit sama ayah mau pergi dengan beliau ?, ayah tidak pernah melihat kamu pamitan sama ayah ada kakek Inal di sekitar kamu.” kata wali Bumi.
”Ayah ini bagaimana pula, tadi pagi kan aku pamit sama ayah mau pergi bermain dengan kakek. Kata ayah, boleh tapi jangan main jauh-jauh.”

”Hah, masak ? Kapan itu, ayah tidak merasa .”
”He he he, ayah sudah pikun, aku pamit kan waktu ayah sedang bersihkan kadang si Jantan, ayah menoleh kepadaku sambil tersenyum.”

”Maksud kamu, kakek Inal itu kakek Nurdin ?”
”Bukan ayah, kakek Nurdin yah kakek Nurdin, kakek Inal lain lagi orangnya.”

”Ayah pikir kamu mau bermain dengan kakek Nurdin, memang ayah melihat kamu pergi dengan seorang tua tapi ayah tidak tahu dia bukan kakek Nurdin.”
”Memangnya uda Bumi tidak lihat jelas wajah orang itu?”

Terlihat wali Bumi memegang dagunya sambil berpikir,”setelah aku pikir-pikir sepertinya memang aku tidak melihat wajah orang tua itu karena dia berdiri pas di posisi sinar matahari jadi aku hanya melihat bayangannya saja.”
”Apa ayah juga tidak melihat kakek sedang memegang ular, temanku itu ?, kan si Jantan jadi kaget begitu merasakan kehadiran ular itu, yah.”

”Iya juga, mungkin karena aku sibuk menenangkan si Jantan jadi aku lebih tidak perhatian lagi pada orang itu. Aku sempat bingung juga kenapa tiba-tiba si jantan seperti ketakutan begitu, berusaha melepaskan diri dengan mematuk tanganku.” kata wali bumi kepada Kahar.
”Kesimpulannya, kalian berdua tidak pernah melihat dia, benar kan?” kata Basri.

”Mengapa aku merasa sepertinya dia tidak ingin kita mengenali wajahnya?”
”Benar juga kamu, Kahar, sepertinya dia tidak mau kita mengenalinya tapi dia tetap bertanggung jawab menyuruh Aswin minta izin sebelum pergi dengannya, bahkan dia mendampinginya tapi kenapa kalian bisa tidak memperhatikannya?”

”Aku juga tidak tahu, kenapa bisa begitu?” kata wali Bumi bingung.
”Bunda, aku lapar belum makan malam.” rengek Aswin.

”Kamu lapar sayang, tadi sore bukannya sudah makan 2 pisang goreng, masak masih lapar, jangan-jangan perut kamu bukan cacing isinya tapi naga....” kata Siti menggoda Aswin.
”Ah Bunda, masak perut Aswin isinya naga, nanti perut Aswin bisa gendut kayak mamak Gapuak...iiiihhhh... serem ?” kata Aswin manja sambil menyenderkan kepalanya ke dada Siti.

Yang lain di luar wali Bumi mendengarkan canda bocah itu tersenyum-senyum, dalam hati mereka tahu watak bocah ini pasti anak periang dan galetek (jahil) sekali.
”Uda Bumi, lebih baik sekarang kita sudahi dulu pembicaraan ini, nanti setelah makan kita ngobrol lagi. Aswin, hayo bantu Bunda, biar ayah dan paman bisa makan bersama kita.”

Segera Aswin turun dari pangkuan Siti dan menarik tangannya untuk pergi ke belakang membantu menyiapkan hidangan makan malam.
Setelah mereka pergi, terlihat Basri masih termenung berpikir mengenai masalah ini, katanya,”Uda Bumi, kita lupa menanyakan kepada Aswin ciri-ciri kakek Inal itu, nanti begitu ada waktu kita jangan lupa tanyakan kepada dia, aku masih penasaran setelah berpikir dari tadi kenapa aku tidak bisa menebak siapakah gerangan dia.”

Basri berbicara begini karena dia merasa mempunyai pergaulan yang luas maklum pedagang jadi tidak terbatas teman-temannya baik di dunia persilatan maupun di pemerintahan dan cukup mengenal banyak tokoh-tokoh berilmu tinggi tapi kenapa dia tidak bisa memikirkan siapa kakek Inal tersebut.
”Iya, aku juga penasaran sekali, apalagi dia bisa punya ilmu menaklukan ula sirah ameh itu, tidak sembarangan orang yang bisa melakukan hal itu. Belum pernah aku mendengar ada orang yang bisa menaklukan ular itu dalam keadaan hidup, bahkan bisa mengajari Aswin menaklukan ula sirah ameh itu.”

”Uda Bumi, apa uda mengenal semua penduduk yang tinggal di nagari ini ?” kata Kahar.
“Cukup banyak aku mengenal penduduk nagari ini, boleh dibilang hampir seluruhnya aku kenal, tapi kenapa aku tidak bisa memikirkan siapa sebenarnya kakek Inal ini, karena setahu aku penduduk nagari ini tidak ada yang bernama Inal.”

“Sudahlah sampai botak kita pikirkan siapa dia, pasti tidak akan bisa kita menebaknya karena dia memang tidak ingin kita mengenalinya, pada waktunya pasti dia memperkenalkan diri pada kita.” Kata Masnan.
“Kenapa kamu berpikir begitu, Uda Masnan.” kata Basri.

”Entahlah firasatku mengatakan begitu, karena kalau dia tidak mau mengenalkan diri, pasti dia akan menyuruh Aswin merahasiakan pertemuan mereka, tapi pada kenyataannya kan tidak, jadi aku menarik kesimpulan dia belum mau memperkenalkan dirinya saat ini, tapi suatu saat nanti pasti dia akan bertemu dengan uda Bumi.”
”Benar juga katamu, aku merasa begitu juga.”

Terlihat Aswin berlari-lari memasuki kamar kembali, ”Ayah, paman, makan malamnya sudah tersedia, hayo kita makan.” kata Aswin sambil menarik tangan ayahnya.
”Hayo, teman-teman, kita makan dulu nanti kita lanjuti pembicaraan ini, siapa tahu dengan perut kenyang kita bisa berpikir siapa gerangan kakek Inal itu.”

Segera mereka beranjak ke ruang makan untuk menyantap makan malam, Aswin dengan lincahnya berjalan sambil meloncar-loncat di samping ayahnya. Sedangkan Masnan terlihat memandang bocah ini dengan mulut tersenyum, Basri berjalan masih dengan kening berkerut memikirkan siapa gerangan kakek Inal itu, dan Kahar berjalan dengan kepala agak ditundukan karena takut orang akan melihat jantung didadanya sedang berdebar-debar keras sekali. Semuanya berjalan ke ruang makan dengan otak yang penuh dengan teka teki kejadian tadi dan pemikiran masing-masing.
Siapakah gerangan kakek Inal yang disebut-sebut Aswin ? Akan menjadi murid siapakah Aswin nantinya ? Ada apa antara Kahar dan Siti ? Nantikan kelanjutan cerita ini.

bersambung




0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda