Minggu, 24 Februari 2008

banjir muara tebo

Di Batanghari Puluhan Rumah Terendam

MUARATEBO - Bencana banjir yang melanda Kabupaten Tebo menelan korban jiwa. Senin (17/12) lalu Parmin, warga Tebo yang sedang mencari kayu bakar tewas terseret arus sungai Batanghari di Desa Mangun Jayo, karena tidak bisa berenang. Korban yang berprofesi sebagai pencari kayu bakar saat itu sedang mengejar kayu bakar yang sudah siap diangkut karena jatuh ke tepian sungai, Nasib malang, saat akan mengambil kayu bakar korban terseret oleh derasnya air sungai.
PAKAI PERAHU: Warga Pulau Pandan, Kota Jambi terpaksa menggunakan perahu untuk aktivitas karena tingginya air yang sudah memasuki pekarangan rumah.

“Parmin bukan warga Mangun Jayo. Dia warga pendatang yang memang sengaja mencari kayu bakar di desa tersebut. Mungkin kayu tersebut untuk membakar batu-bata,

karena jumlah kayu bakar yang dicarinya sangat banyak. Namun korban sudah ditemukan dan langsung dimakamkan oleh keluarganya”ujar Riduan SE, Sekretaris Satkorlak Bencana Banjir kepada koran ini, kemarin.

Pantauan koran ini dilapangan, debit arus sungai Batanghari di Tebo terus mengalami kenaikan. Ini diakibatkan karena adanya pertemuan dua arus sungai besar yakni Batangtebo dan Batanghari yang bertempat di pasar Muara Tebo. Akibatnya, Taman Pasar Tanggo Rajo kini sudah tergenang air, selain itu di beberapa daerah pesisir dua arus sungai tersebut banyak yang sudah tergenang banjir. Seperti di Dusun Jambu area persawahan tergenang air untungnya warga sudah selesai melakukan pemanenan padi sawah.

Selain Taman Tanggo Rajo air juga sudah menggenangi pasar Baru, Muara Tebo, karena memang posisinya diselokan. Akibatnya beberapa pedagang mengungsi di tepian kiri kanan jalan aspal menuju pasar. Sementara itu, tim Satkorlak siaga banjir Tebo terus melakukan koordinasi dan pemantauan dilangan terutama beberapa desa rawan banjir, seperti Mangun Jayo, Teluk Pandak, Kandang, Semabu, Sungai Keruh dan desa lainnya pesisir sungai. “Kita terus melakukan pemantauan, memang Daerah Aliran Sungai (DAS) Batanghari debit airnya masih tinggi, namun diperkirakan akan terus turun karena sudah 1 hari ini tidak turun hujan. Hasil pantauan kami dilapangan belum ada di temukan desa yang terkena banjir, kendati demikian kita tetap minta kepada masyarkat,camat dan Kades waspada terhadap ancaman banjir ini,”ungkap sekretaris Satkorlak banjir Riduan , kepada koran ini, kemarin. Riduan yang juga Kakan Kesbanglinmas Tebo itu juga mengatakan, debit air dalam dua hari ini cukup tinggi, disamping itu air yang mengalir di dua aliran sungai di Tebo banyak terdapat sampah dan warna air terlihat keru.

“Kita juga minta kepada masyarakat untuk tidak perlu resah dengan tingginya debit air tersebut, jika sudah terdapat desa yang terkena banjir segera laporkan ke satkorlak Kabupaten agar bisa di tindak lanjuti,dan kondisi sekarang masih aman dan sejauh ini belum ada daerah yang terkena,lagi juga debit air sungai sudah mulai menurun,” katanya.

Terus Meningkat

Tingginya curah hujan di beberapa daerah di Jambi berdampak pada meningginya debit air sungai batanghari. Data terakhir dari Stasiun Pos Duga Air Automatik (PDAO) Kota Jambi menyebutkan tiga minggu terakhir tinggi muka air (TMA) Sungai Batanghari mengalami peningkatan dibanding hari biasanya.

Pada minggu pertama (7/12) TMA mencapai 12,25 M, sedangkan minggu kedua (14/12) dan pekan ketiga (21/12) adalah 11,85 M dan 13,55 M.

Petugas PDAO Kota Jambi, Syahruddin, mengatakan selama tiga hari terakhir memang terjadi peningkatan tinggi muka air. Tiga hari terakhir sejak tanggal 18 Desember TMA mencapai 13,10 M. Sedangkan 19 Desember 13,25 dan TMA mencapai 13, 50 M di 20 Desember. Dan kemarin ketinggiannya mencapai 13,55 M. "Memang dari hari ke hari ketinggiannya terus bertambah,"katanya kemarin.

Syahrudin mengatakan, TMA sungai Batanghari di penghujung Desember ini relatif tinggi dibandingkan dengan TMA Desember tahun lalu yang hanya mencapai 12,27 M.“Keadaan ini akan terus berlangsung jika air laut terus pasang,” ungkapnya.

Sementara itu Badan meteorologi dan geofisika atau BMG Jambi menyatakan kini memang sedang tinggi-tingginya curah hujan. Petugas pemantau di BMG Stasiun Bandara STS Jambi, M Nur, kemarin mengatakan tiga daerah di hulu Sungai Batanghari memang mempunyai curah hujan tinggi.

"Hingga dasarian (sepuluh hari) kedua Desember ini, curah hujan di Tebo, Bungo dan Tanjabar mencapai 79 mm,"katanya kemarin.

M Nur juga menjelaskan bahwa potensi gelombang tinggi tidak sampai di pantai timur Jambi. "Kecepatan angin pun juga normal, tidak sampai berpotensi putingbeliung bahkan badai,"pungkasnya.

Puluhan Rumah Terendam

Sementara itu, bencana banjir akibat meluapnya Sungai Batanghari dalam sepekan terakhir ini, mengakibatkan puluhan rumah, tempat ibadah dan sarana pendidikan terendam banjir. Seperti di Desa Pasar Terusan Muarabulian atau yang berseberangan dengan Desa Terusan, rumah-rumah mulai tergenang air. Data Koran ini, sedikitnya 13 rumah sudah terendam air, satu langgar, satu madrasah dan SD dan satu Balai Desa. Bangunan ini sudah terendam sejak dua hari yang lalu, sementara sawah warga yang sudah dipanen juga turut terendam.

Di Kecamatan Mersam, berdasarkan keterangan tokoh masyarakat setempat, H Muhammad, secara umum rumah warga memang belum ada yang terendam, namun debit air sungai sudah mencapai bibir sungai. Sementara di daerah rendah juga sudah terendam, tapi belum masuk ke rumah warga karena bangunan rumah berbentuk rumah panggung.

Di lima desa di Batin XXIV, antara lain Durian Luncuk, Muaro Jangga, Mata Gual, Olak Besar dan Simpang Jelutih, debit air sungai kian naik, namun belum menggenangi rumah warga. Menurut keterangan Yusar, warga Kelurahan Durian Luncuk, di Desa Jelutih, air sudah mencapai badan jalan. ‘’Namun belum sampai melumpuhkan arus transportasi di daerah tersebut,’’tandasnya

Terendamnya puluhan rumah warga dalam beberapa hari belakangan ini, ternyata mulai menimbulkan kecemasan warga yang berada di bantaran Sungai Batanghari, salah satunya warga Desa Terusan Maro Sebo Ilir. Nasrullah, warga Terusan yang ditemui Koran ini kemarin mengatakan, di samping mencemaskan rumah mereka yang hampir terendam banjir, warga sangat mengkhawatirkan bakal berjangkitnya penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dan diare yang biasanya muncul di saat musim banjir.

‘’Berdasararkan pengalaman tahun-tahun yang sudah-sudah, dua penyakit ini seringkali muncul apabila ada banjir besar di Batanghari ini. Ini yang sangat kita khawatirkan,’’ujar Nasrullah, kemarin.

Namun demikian, sampai sejauh ini menurut Nasrullah, memang belum ada warga Terusan yang terjangkit penyakit tersebut. Pasalnya, air belum ada yang menggenangi rumah warga. ‘’Untuk itu kita sangat mengharapkan perhatian dari pemerintah untuk mengantisipasi masalah ini,’’harapnya.

Di Terusan sendiri sambungnya, ketinggian debit air sungai memang sudah melampui bibir Sungai Batangari. Bahkan sudah mencapai bahu jalan, namun belum menggenangi badan jalan. Sedangkan di Desa Danau Embat yang juga berada satu kecamatan dengan Terusan, akses jalan di desa tersebut masih lumpuh.

Dikonfirmasikan hal ini, Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes), Zaiful Mahdi, saat dihubungi via ponselnya, kemarin mengatakan pihaknya sudah menyiapkan antisipasi masalah tersebut. Lembaga kesehatan di desa dan kecamatan sudah membuka posko banjir untuk melayani warga yang berjangkit penyakit akibat banjir. ‘’Sampai saat ini belum ada laporan dari Puskesmas maupun Pustu tentang adanya warga yang terjangkit penyakit DBD dan diare akibat banjir ini,’’ujar Kadinkes.

Bagaimana dengan stok obat-obatan? Zaiful mengatakan, untuk stok obat tersebut juga sudah disiapkan dan sejauh ini tidak ada masalah baik di Puskesmas maupun di Pustu yang ada. Dan antisipasi itu sudah dilakukan sejak jauh-jauh hari. ‘’Diare dan DBD memang menjadi ancaman serius saat banjir maupun pasca banjir,’’ujarnya.

Tak Dapat Bantuan

Banjir yang melanda beberapa kecamatan, dalam kabupaten Bungo satu minggu terakhir, terlihat sudah mulai surut. Saat ini aktivitas warga sudah kembali lancar, sebagian warga terlihat sibuk membersihkan rumahnya, yang selama beberapa hari tergenang banjir. Namun sayangnya, warga yang tertimpa musibah banjir sampai saat ini belum menerima bantuan dari Pemkab Bungo. Kadis Kesejahteraan Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat (KSPM) Bungo H. Sumasno melalui stafnya Sirlinawati mengatakan, untuk saat ini tidak ada bantuan dari Pemkab Bungo untuk korban banjir, karena Pemkab menilai banjir yang melanda beberapa kecamatan tergolong tidak begitu berat, hanya berbentuk banjir bandang yang tidak mengganggu aktivitas warga.

"Kita tidak ada memberi bantuan karena kita menganggap banjir yang melanda beberapa wilayah tidak mengganggu aktivitas warga, hanya saja kita ada memberi bantuan kepada orang tua Novita (18) korban banjir yang meninggal dunia di kecamatan Pelepat Ilir",ungkapnya saat dihubungi melalui telepon selular kemarin (21/12).

Dikatakannya lagi, bantuan yang diberikan kepada orang tua korban yang terkena banjir tersebut diberikan oleh Pemkab Bungo kemarin (21/12) yang langsung mengunjungi rumah korban di desa Danau Pelepat Ilir. Bantuan yang diserahkan oleh Pemkab dalam bentuk barang diantaranya adalah Beras sejumlah 20 Kg, minyak sayur sebanyak dua liter, supermi satu dus, kecap manis sebanyak 20 botol, saus 20 botol dan sardencis sebanyak 10 dus.

"Ini lah bentuk bantuan dari Pemkab, dan namanya bukan bantuan banjir, akan tetapi bantuan terhadap korban yang meninggal, dan itu hanya diserahkan pada satu tempat saja, untuk korban banjir lainnya belum ada bantuan",tegasnya berkali-kali.

Sementara itu, dari pantauan koran ini di daerah aliran sungai (DAS) batang bungo kemarin, terlihat debit air telah menyusut, hal ini dibuktikan dengan aktivitas warga disepanjang aliran sungai yang sudah kembali normal. Namun menurut warga Tanjung Gedang, Kecamatan Pasar Muara Bungo, debet air dalam dua hari ini kembali naik, meskipun tidak sebesar satu minggu yang lalu, yang hampir menyentuh perumahan warga.

"Kalau dibandingkan satu minggu yang lalu memang telah turun, namun dalam dua hari ini air kembali naik, mungkin hujan di hulu seperti di kecamatan Bathin II Pelayang masih terus terjadi, sehingga air disini kembali naik",ungkap salah seorang warga yang ditemui koran ini usai mandi disungai.

Sementara itu Camat Bathin II Pelayang Thobroni Yusuf, saat dihubungi koran ini kemarin menjelaskan, saat ini dikecamatan Bathin II Pelayang banjir telah surut, dan frekwensi hujan juga sudah normal. Warga diberbagai desa dapat menjalankan aktivitasnya seperti hari biasa.

"Kalau hujan sudah mulai berkurang, tidak seperti beberapa waktu yang lalu hampir tiap hari, sehingga warga saat ini bisa bekerja seperti biasanya",tandas Camat singkat.

Sementara itu, banjir yang melanda kabupaten Bungo, ternyata juga berakibat fatal, terhadap perkebunan dan persawahan masyarakat. Dari laporan sementara Dinas Pertanian, Peternakan dan Perikanan Bungo, terdapat puluhan Hektar lahan produktif warga, dengan jenis tanaman sayur-sayuran seperti kacang panjang, singkong, bayam, mentimun, kangkung, pare serta padi dan cabe terancam puso (gagal panen).

Hasil sementara yang diperoleh tersebut, baru terdapat di Kecamatan Tanah Sepenggal, sedangkan untuk kecamatan-kecamatan lainnya, yang terkena bencana banjir seperti Kecamatan Bathin II Pelayang, Tanah Tumbuh, Limbur Lubuk Mengkuang, Pelepat dan Pelepat Ilir, sama sekali belum terhimpun oleh pihak dinas, yang menangani tiga bidang sekaligus itu.

"Ini baru data sementara, jadi belum secara keseluruhan, sebab baru kecamatan Tanah Sepenggal yang melaporkan, kemungkinan bisa bertambah," ungkap Kadis Pertanian, Perikanan dan Peternakan Bungo Ir. H Saiful Azhar kepada koran ini di kediamannya kemarin.

Adapun puluhan hektar lahan pertanian, yang dinyatakan fuso itu antara lain, terdapat di Desa Candi dengan lahan-lahan seperti cabe seluas 3,5 hektare, terong 3,5 hektare, mentimun 2 hektare, kacang panjang 0,75 hektare, pare 1,5 hektare, bayam 0,5 hektare, kangkung 0,5 hektare dan singkong 0,75 hektare. Sedangkan untuk desa lainnya terdapat di desa Teluk Pandak seluas 20 hektare padi terendam, dan mengalami puso seluas 0,25 hektar serta Desa Empelu dengan menghantam lahan padi seluas 6,5 hektare yang dinyatakan puso.

Meskipun banjir yang melanda tahun ini, lebih besar dari tahun-tahun sebelumnya, dikatakan Syaiful bahwa kerugian yang dialami oleh warga tidak begitu besar, karena pihaknya belum mendapat laporan, tentang kerugian yang dialami warga, di bidang lain seperti di bidang perternakan dan perikanan.

"Biasanya banjir selalu ada kerambah yang hanyut dan ternak yang mati, tapi untuk saat ini kami belum mendapat laporan," ujarnya.

Keramba Ikan Warga Hanyut

Hujan lebat yang terus-menerus turun di Muarojambi sejak beberapa Minggu terakhir ini, mengakibatkan ribuan usaha ikan keramba milik warga di sepanjang Sungai Batanghari terganggu. Bahkan, delapan unit keramba apung milik warga Sungai Duren, Kecamatan Jaluko, putus dari tali tambatannya dan hanyut di bawa arus Sungai Batanghari.

Hanyutnya delapan keramba itu terjadi saat para pemilik keramba membersihkan kerambanya dari sampah-sampah yang hanyut dibawa luapan arus Sungai Batanghari. Tiba-tiba delapan unit keramba terlepas dari tali yang mengikatnya dengan keramba lainnya. Mengetahui ada keramba yang hanyut, warga Sungai Duren ramai-ramai mengejarnya dengan perahu boat.

Setelah melakukan pencarian yang sulit, delapan keramba itu akhirnya berhasil ditemukan kembali di daerah Arab Melayu. ‘’Dikejar pakai perahu oleh warga, kemudian ditarik lagi dengan boat perlahan-lahan ke Sungai Duren,’’kata Budi, warga Sembubuk

Bukan hanya itu, air yang keruh seiring dengan turunnya hujan, mengakibatkan ikan-ikan yang dipelihara warga dalam keramba apung mudah mati, terutama yang masih kecil. Fenomena ikan mati seperti itu selama ini sudah biasa terjadi ketika datang musim hujan. Menurut warga, kandungan oksigen dalam air hujan sangat sedikit, sehingga tingkat keasaman air meningkat.

Sementara itu, ratusan hektare lahan persawahan milik warga di lima kecamatan yaitu Jaluko, Sekernan, Marosebo, Kumpeh, dan Kumpehilir, terendam banjir. Imbasnya, petani terpaksa mengurungkan rencana mereka untuk turun ke sawah pada musim tanam kedua. Semestinya, saat ini telah memasuki musim tanam kedua. Namun, akibat lahan persawahan terendam, bibit yang telah disemai dan siap tanam pun ikut terendam.

Di Jaluko, lahan persawahan warga yang terendam air diantaranya terdapat di Desa Sarang Burung dan sekitarnya. Di Kecamatan Sekernan diantaranya terjadi di sekitar Desa Pulau Kayu Aro dan Sekernan. Sedangkan, di Marosebo terjadi di Desa Setiris, Jmabi Tulo, dan Jambi Kecil.

Bahkan di Desa Sarang Burung, luapan air telah menggenangi kolong-kolong rumah panggung warga dan badan jalan sepanjang sekitar 200 meter di Dusun Tuo. Akibatnya, warga kesulitan untuk keluar rumah dan menjalankan aktivitas sehari-hari. Warga setempat terlihat mewaspadai kemungkinan datangnya banjir dengan mempersiapkan perahu di bawah rumah. ‘’Jalan sudah tergenang di Dusun Tuo, tetapi rumah belum,’’kata Camat Jaluko, Wahyono SSo

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda