Senin, 14 April 2008

Terapi Penyakit Cinta



Penyakit mabuk cinta (al isyq) akan

menimpa orang-orang yang hatinya kosong dari rasa mahabbah (cinta) kepada Allah,

selalu berpaling dari-Nya dan dipenuhi kecintaan kepada selain-Nya. Hati yang

penuh cinta kepada Allah dan rindu bertemu dengan-Nya pasti akan kebal terhadap

serangan virus ini, sebagaimana yang terjadi dengan Yusuf

'alaihissalam,''Sesungguhnya wanita itu telah bermaksud (melakukan

perbuatan itu) dengan Yusuf, dan Yusuf pun bermaksud (melakukan pula) dengan

wanita itu andaikata dia tidak melihat tanda (dari) Tuhannya. Demikianlah, agar

Kami memalingkan daripadanya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf pun

termasuk hamba-hamba Kami yang terpilih...(QS Yusuf : 24).Nyatalah

bahwa ikhlas merupakkan imunisasi manjur yang dapat menolak virus ini dengan

berbagai dampak negatifnya, berupa perbuatan jelek dan keji. Artinya,

memalingkan seseorang dari kemaksiatan harus dengan menjauhkan berbagai sarana

yang menjurus ke arah itu. Berkata ulama salaf, ''Penyakit cinta

adalah getaran hati yang kosong dari segala sesuatu selain apa yang yang dicinta

dan dipujanya. Allah berfirman mengenai ibu Nabi Musa

alaihissalam,''Dan menjadi kosonglah hati ibu Musa. Sesungguhnya

hampir saja ia menyatakan rahasia tentang Musa, seandainya tidak Kami teguhkan

hatinya, supaya ia termasuk orang-orang yang percaya (kepada janji Allah). (QS

Al Qashash : 10).Yakni kosong dari segala sesuatu, kecuali Musa;

karena sangat cintanya kepada Musa dan bergantungnya hatinya kepada

Musa.Bagaimana Virus Ini Bisa Berjangkit?Penyakit al isyq

terjadi karena dua sebab. Pertama, karena menganggap indah apa-apa yang

dicintainya. Kedua, perasaan ingin memiliki apa yang dicintainya. Jika

salah satu dari dua faktor ini tak ada, niscaya virus tidak akan berjangkit.

Walaupun penyakit kronis ini telah membingungkan banyak orang dan sebagian pakar

berupaya memberikan terapinya, namun solusi yang diberikan belum

mengena.Makhluk Diciptakan Saling Mencari yang Sesuai

DengannyaBerkata Ibnu Al Qayyim, ketetapan Allah dengan hikmahNya

menciptakan makhlukNya dalam kondisi saling mencari yang sesuai dengannya.

Secara fitrah saling tertarik dengan jenisnya, dan sebaliknya akan menjauh dari

yang berbeda dengannya.Rahasia adanya pencampuran dan kesesuaian di alam

ruh, menyebabkan adanya keserasian serta kesamaan, sebagaimana adanya perbedaan

di alam ruh akan berakibat tidak adanya keserasian dan kesesuaian. Dengan cara

inilah tegaknya urusan manusia. Allah berfirman,

''Dialah Yang menciptakan kamu dari

diri yang satu dan daripadanya Dia menciptakan isterinya, agar dia merasa senang

kepadanya. (QS Al A'raf : 189).Dalam

ayat ini Allah menjadikan sebab perasaan tenteram dan senang seorang lelaki dan

bentuknya. Jelaslah faktor pendorong cinta tidak bergantung dengan kecantikan

rupa. Tidak pula kerana adanya kesamaan dalam tujuan dan keinginan, ataupun

kesamaan bentuk dan dalam mendapat petunjuk. Pun demikian tidak dipungkiri,

bahwa hal-hal ini merupakan salah satu penyebab ketenangan dan timbulnya

cinta.Nabi pernah mengatakan dalam sebuah hadits,

''Ruh-ruh itu ibarat tentara yang saling berpasangan, yang saling

mengenal sebelumnya akan bersatu dan yang saling mengingkari akan berselisih.''

(HR. Bukhori dan Muslim)Dalam Musnad

Imam Ahmad diceritakan, bahwa asbabul wurud hadits ini yaitu ketika seorang

wanita penduduk Makkah yang selalu membuat orang tertawa hijrah ke Madinah,

ternyata dia tinggal dan bergaul dengan wanita yang sifatnya sama sepertinya.

Yaitu senang membuat orang tertawa. Karena itulah Nabi mengucapkan hadits

ini.Karena itulah syariat Allah menghukumi sesuatu sesuai jenisnya.

Mustahil syariat menghukumi dua hal yang sama dengan perlakuan yang berbeda atau

mengumpulkan dua hal yang kontradiktif. Barang siapa yang berpendapat lain, maka

jelaslah minimnya ilmu pengetahuannya terhadap syariat ini atau kurang memahami

kaidah persamaan dan sebaliknya.Penerapan kaedah ini tidak saja berlaku

di dunia. Lebih dari itu akan diterapkan pula di akhirat. Allah

berfirman,''(kepada malaikat diperintahkan), 'Kumpulkanlah orang-orang

yang dhalim bersama teman sejawat mereka dan sembahan-sembahan yang selalu

mereka sembah'.'' (QS Ash Shaffat : 22).Umar Ibnu Khattab dan

setelahnya Imam Ahmad pernah berkata mengenai tafsiran 'azwajahum' yakni yang

sesuai dan mirip dengannya.Allah juga berfirman,''dan apabila jiwa

http://www.jilbab.or.id - Jilbab Online - Portal Muslimah Indonesia Powered by Mambo Open Source Generated: 12 September, 2005, 03:54
(ruh-ruh) dipertemukan. (QS At Takwir : 7).Yakni setiap orang akan

digiring beserta dengan orang-orang yang sama perilakunya. Allah akan menggiring

sesama orang-orang yang saling mencintai karenaNya ke dalam surga, dan

orang-orang yang saling berkasih-kasihan di atas jalan syetan digiring ke neraka

jahim. Mau tidak mau, maka setiap orang akan digiring dengan siapa yang

dicintainya. Di dalam Mustadrak Al Isyq Hakim disebutkan, bahwa Nabi shalallahu

alaihi wa salam bersabda,''Tidaklah seseorang mencintai suatu kaum, kecuali

akan digiring bersama mereka kelak''. (HR Ahmad) Cinta Dan

Jenis-JenisnyaCinta memiliki berbagai macam jenis dan tingkatan.

Yang tertinggi dan paling mulia ialah mahabbatu fillah wa lillah (cinta karena

Allah dan didalam agama Allah). Yaitu cinta yang mengharuskan mencintai apa-apa

yang dicintai Allah, dilakukan berlandaskan cinta kepada Allah dan RosulNya.

Cinta berikutnya adalah cinta yang karena adanya kesamaan dalam cara hidup,

agama, madzhab, ideologi, hubungan kekeluargaan, profesi dan kesamaan dalam

hal-hal lainnya.Diantara jenis cinta lainnya, yakni cinta yang motifnya

karena ingin mendapatkan sesuatu dari yang dicintainya, baik karena kedudukan,

harta, pengajaran dan bimbingan, ataupun kebutuhan biologis. Cinta yang didasari

hal-hal seperti tadi - yaitu al mahabbah al 'ardiyah - akan hilang

bersama hilangnya apa yang ingin didapatkan dari orang yang dicintainya.

Yakinlah, bahwa orang yang mencintaimu karena sesuatu, akan meninggalkanmu

ketika telah mendapatkan apa yang diinginkan darimu.Adapun cinta

lainnya, yaitu cinta karena adanya kesamaan dan kesesuaian antara yang menyinta

dan yang dicinta. Mahabbah al isyq termasuk cinta jenis ini. Tidak akan

sirna kecuali jika ada sesuatu yang menghilangkannya. Cinta jenis ini, yaitu

berpadunya ruh dan jiwa. Oleh karena itu tidak terdapat pengaruh yang begitu

besar baik berupa rasa was-was, hati yang gundah gulana maupun kehancuran

kecuali pada cinta jenis ini.Timbul pertanyaan, bahwa cinta ini

merupakan bertemunya ikatan batin dan ruh, tetapi mengapa ada cinta yang

bertepuk sebelah tangan? Bahkan kebanyakan cinta seperti ini hanya sepihak dari

orang yang sedang kasmaran saja? Jika cinta ini perpaduan antara jiwa dan ruh,

maka tentulah cinta itu akan terjadi antara kedua belah pihak dan bukan sepihak

saja?Jawabnya ialah, bahwa tidak terpenuhinya hasrat disebabkan

kurangnya syarat tertentu. Atau adanya penghalang sehingga tidak terealisasikan

cinta antara keduanya. Hal ini disebabkan tiga faktor. Pertama, bahwa cinta ini

sebatas cinta karena adanya kepentingan. Oleh karena itu tidak mesti keduanya

saling mencintai. Terkadang yang dicintai justru lari darinya. Kedua, adanya

penghalang sehingga seseorang tidak dapat mencintai orang yang dicintainya, baik

karena adanya cela dalam akhlak, bentuk rupa, sikap dan faktor lainnya. Ketiga,

adanya penghalang dari pihak orang yang dicintai.Jika penghalang ini

dapat disingkirkan, maka akan terjalin benang-benang cinta antara keduanya.

Kalau bukan karena kesombongan, hasad, cinta kekuasaan dan permusuhan dari

orang-orang kafir, niscaya para rasul-rasul akan menjadi orang yang paling

mereka cintai lebih dari cinta mereka kepada diri, keluarga dan

harta.Terapi Penyakit Al-IsyqSebagai salah

satu jenis penyakit, tentulah al-isyq dapat disembuhkan dengan terapi-terapi

tertentu. Diantara terapi tersebut ialah sebagai berikut.Jika terdapat

peluang bagi orang yang sedang kasmaran tersebut untuk meraih cinta orang yang

dikasihinya dengan ketentuan syariat dan suratan taqdirnya, maka inilah terapi

yang paling utama. Sebagaimana terdapat dalam shahihain dari riwayat Ibnu Mas'ud

radhiallahu anhu, bahwa Rasulullah shalallahu alaihi wa salam

bersabda,

''Hai

sekalian pemuda, barangsiapa yang mampu untuk menikah, maka hendaklah dia

menikah. Barangsiapa yang belum mampu, maka hendaklah berpuasa. Karena puasa

dapat menahan dirinya dari ketergelinciran (kepada perbuatan

zina).Hadits ini memberikan dua

solusi, utama dan pengganti. Solusi utama dalah menikah. Jika solusi ini dapat

dilakukan, maka tidak boleh mencari solusi lain. Ibnu Majah meriwayatkan dari

Ibnu Abbas, bahwa Rasulullah shalallahu alaihi wa salam bersabda,''Aku

tidak pernah melihat ada dua orang yang saling mengasihi selain melalui jalur

pernikahan.''Inilah tujuan dan anjuran Allah untuk menikahi wanita,

baik yang merdeka ataupun budak dalam firman-Nya,''Allah hendak

memberikan keringanan kepadamu, dan manusia dijadikan bersifat lemah. (QS. An

Nisa: 28).Allah menyebutkan dalam ayat ini keringanan yang diberikan

terhadap hamba-Nya. Dan Allah mengetahui kelemahan manusia dalam menahan

http://www.jilbab.or.id - Jilbab Online - Portal Muslimah Indonesia Powered by Mambo Open Source Generated: 12 September, 2005, 03:54
syahwatnya, sehingga memperbolehkan para wanita yang baik-baik dua, tiga,

ataupun empat. Sebagaimana Allah memperbolehkan mendatangi budak-budak wanita

mereka. Sampai-sampai Allah membuka bagi mereka pintu untuk menikahi budak-budak

wanita jika mereka membutuhkannya sebagai peredam syahwat. Demikianlah

keringanan dan rahmat-Nya terhadap makhluk yang lemah ini.Jika terapi

pertama tidak dapat dilakukan akibat tertutupnya peluang menuju orang yang

dikasihinya karena ketentuan syar'i dan takdir, maka penyakit ini bisa semakin

ganas. Adapun terapinya harus dengan meyakinkan pada dirinya, bahwa apa-apa yang

diimpikannya mustahil terjadi. Lebih baik baginya untuk segera melupakannya.

Jiwa yang telah memutus harapan untuk mendapatkan sesuatu, niscaya akan tenang

dan tidak lagi mengingatnya. Jika ternyata belum terlupakan, dapat mempengaruhi

keadaan jiwanya hingga semakin menyimpang jauh.Dalam kondisi seperti ini

wajib baginya untuk mencari terapi lain. Yaitu dengan mengajak akalnya berfikir,

bahwa menggantungkan hatinya kepada sesuatu yang mustahil dijangkaunya itu

ibarat perbuatan gila. Ibarat pungguk merindukan bulan. Bukankah orang-orang

akan menganggapnya termasuk ke dalam kumpulan orang-orang yang tidak

waras?Apabila kemungkinan untuk mendapatkan apa yang dicintainya

terhalang karena larangan syariat, maka terapinya yaitu dengan menganggap bahwa

yang dicintainya itu bukan ditakdirkan menjadi miliknya. Jalan keselamatan yaitu

dengan menjauhkan dirinya dari orang yang dicintainya. Dia harus merasa bahwa

pintu ke arah yang diinginkannya tertutup, dan mustahil tercapai.Jika

ternyata jiwanya yang selalu menyuruhnya kepada kemungkaran masih tetap

menuntut, handaklah dia mau meninggalkannya karena dua

hal.Pertama, karena takut (kepada Allah). Yaitu dengan

menumbuhkan perasaan bahwa ada hal yang lebih layak dicintai, lebih bermanfaat,

lebih baik dan lebih kekal. Seseorang yang berakal jika menimbang-nimbang antara

mencintai sesuatu yang cepat sirna dengan sesuatu yang lebih layak untuk

dicintai, lebih bermanfaat, lebih kekal dan lebih nikmat, tentu akan memilih

yang lebih tinggi derajatnya. Jangan sampai engkau menggadaikan kenikmatan abadi

yang tidak terlintas dalam pikiranmu dan menggantikannya dengan kenikmatan

sesaat yang segera berbalik menjadi sumber penyakit. Ibarat orang yang sedang

bermimpi indah, ataupun berkhayal terbang melayang jauh, maka ketika tersadar

ternyata hanyalah mimpi dan khayalan. Akhirnya sirnalah segala keindahan semu.

Yang tertinggal hanyalah keletihan, hilang nafsu dan kebinasaan

menunggu.Kedua, keyakinan bahwa resiko yang sangat menyakitkan

akan ditemuinya jika gagal melupakan yang dikasihinya. Dia akan mengalami dua

hal yang menyakitkan sekaligus. Yaitu gagal mendapatkan kekasih yang

diinginkannya, serta bencana menyakitkan dan siksa yang pasti akan

menimpanya. Jika yakin bakal mendapatkan dua hal menyakitkan ini, niscaya

akan mudah baginya meninggalkan perasaan ingin memiliki yang dicinta. Dia akan

berpikir, bahwa sabar menahan diri itu lebih baik. Akal, agama, harga diri dan

kemanusiaannya akan memerintahkannya untuk bersabar, demi mendapatkan

kebahagiaan abadi. Sementara kebodohan, hawa nafsu, kedhalimannya akan

memerintahkannya untuk mengalah mendapatkan apa yang dikasihinya. Sungguh, orang

yang terhindar ialah orang-orang yang dipelihara oleh Allah.Jika hawa

nafsunya masih tetap ngotot dan tidak menerima terapi tadi, maka hendaklah

berfikir mengenai dampak negatif dan kerusakan yang akan ditimbulkannya segera,

dan kemaslahatan yang akan gagal diraihnya. Sebab mengikuti hawa nafsu dapat

menimbulkan kerusakan dunia dan menepis kebaikan yang bakal diterimanya. Lebih

parah lagi, dengan memperturutkan hawa nafsu ini akan menghalanginya untuk

mendapat petunjuk yang merupakan kunci keberhasilan dan

kemaslahatannya.Jika terapi ini tidak mempan juga untuknya, hendaklah

dia selalu mengingat sisi-sisi keburukan kekasihnya dan hal-hal yang dapat

membuatnya menjauh darinya. Jika dia mau mencari-cari kejelekan yang ada pada

kekasihnya, niscaya dia akan mendapatkannya lebih dominan daripada keindahannya.

Hendaklah dia banyak bertanya kepada orang-orang yang berada di sekeliling

kekasihnya tentang berbagai kejelekannya yang belum diketahuinya. Sebab,

sebagaimana kecantikan sebagai faktor pendorong seseorang untuk mencintai

kekasihnya, maka demikian pula kejelekan merupakan pendorong kuat agar dapat

membenci dan menjauhinya. Hendaklah dia mempertimbangkan dua sisi ini dan

memilih yang terbaik baginya. Jangan terpedaya karena kecantikan kulit, dan

membandingkannya dengan orang yang terkena penyakit sopak atau kusta. Tetapi

hendaklah dia memalingkan pandangannya kepada kejelekan sikap dan perilakunya.

Hendaklah dia mentutup matanya dair kencantikan fisik dan melihat kepada

kejelekan yang diceritakan mengenai hatinya.Jika terapi ini masih saja

http://www.jilbab.or.id - Jilbab Online - Portal Muslimah Indonesia Powered by Mambo Open Source Generated: 12 September, 2005, 03:54
tidak mempan baginya, maka terapi terakhir yaitu mengadu dan memohon dengan

jujur kepada Allah penolong orang-orang yang ditimpa musibah jika memohon

kepada-Nya. Hendaklah dia menyerahkan jiwa sepenuhnya dihadapan kebesaran-Nya

sambil memohon, merendahkan dan menghinakan diri. Jiak dia dapat melaksanakan

terapi akhir ini, maka sesungguhnya dia telah membuka pintu taufik (pertolongan

Allah). Hendaklah dia berbuat iffah (menjaga diri) dan menyembunyikan

perasaannya. Jangan menjelek-jelekkan kekasihnya dan mempermalukannya di hadapan

manusia ataupun menyakitinya. Sebab hal tersebut merupakan kedzaliman dan

melampaui batas.Penutup

Demikianlah kiat-kiat khusus untuk menyembuhkan penyakit ini. Namun

ibarat kata pepatah, mencegah lebih baik daripada mengobati. Sebelum terkena

virus ini, maka lebih baik menghindar. Bagaimana cara mengindarinya? Tidak lain,

yaitu dengan tazkiyatun nafs (pembersihan jiwa). Semoga pembahasan ini

bermanfaat.Sumber: Majalah As-Sunnah Edisi 08/Tahun VI/1423 H/2002 M

(dari tulisan Ibnul Qoyyim Al-Jauziyah dalam kitab beliau Zadul Ma'ad Fi

Hadyi Khairi Ibad)
http://www.jilbab.or.id - Jilbab Online - Portal Muslimah Indonesia Powered by Mambo Open Source Generated: 12 September, 2005, 03:54

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda